kesempatan
pada saudara2 ku atas ke ikhlasan hamba untuk menyampaikan pengetahuan untuka
mendapatkan ridho allah dan inayahnya melalui pendekatan dzikrullah dengan sang
khaliq allah azza wajalla..
1. Rahasia dibalik Dzikir Jahar
Hingga kini, masih banyak orang yang under estimate,
merasa tidak mempercayai dengan dalil suudzon dan syak
wasangka, apakah benar ada yang dinamakan dzikir jahar atau
dzikir keras. Kebanyakan dari mereka, mengira bahwa yang dinamakan dzikir keras
itu sesuatu yang tidak ada riwayat dari Rasulnya. Benarkah?
Sebagai ilustrasi, sebagaimana orang bijak pernah berkata,
bahwa manusia akan dikumpulkan dengan orang yang disukainya. Jika ia mencintai
musik, maka ia akan berkumpul dengan para pecinta musik. Jika ia mencintai
hobi motor cross misalnya, maka ia akan berkumpul dengan
mereka yang mencitai hobi yang sama. Tidak perduli dengan suara bising dan
dentuman musik yang menjadi-jadi. Bagi mereka yang penting adalah mencari
kenikmatan.
Ya, begitulah bahwa manusia akan dikumpulkan bersama dengan
orang yang memiliki hobi dan minat yang sama. Demikian juga dengan dzikir, atau
bagi mereka yang menyukai dzikir. Timbulnya pertanyaan, benarkah ada dzikirjahar,
ialah keluar dari mereka yang memang belum mencintai apa itu dzikir jahar.
Padahal, Allah sendiri
adalah firman-Nya menyatakan bahwa orang yang beriman yang memiliki hati suci,
jika mendengar dzikir akan tersentuh dan gemetar hatinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka hanyakepada Allah
saja berserah diriQS. Al Anfal ayat 2).” (
Dalam ayat ini, Allah memberi isyarat bahwa mereka yang
beriman tidak akan merasa resah tetapi akan tersentuh hati dan jiwanya jika
mendengarkan dzikir. Dari ayat
ini yang menjadi titik tekan adalah dalam kata dzukiro, yang
berarti dzikir itu dibacakan. Berarti orang yang beriman itu mendengar bacaan
dzikir, lalu mereka bergetar hatinya. Kemudian, kita bisa menyimpulkan bahwa
apa pun yang bisa didengar atau terdengar itu adalah suara yang dinyaringkan
atau dikeraskan. Berarti dzikir dalam ayat tersebut adalah dzikir jahar atau
dzikir yang dinyaringkan. Untuk lebih jelasnya, maka kita uraikan satu per satu
ayat Al Quran dan Hadits yang menerangkan tentang dzikirjahar.
HUKUM DZIKIR KERAS (JAHAR) DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITSHUKUM DZIKIR JAHAR DALAM
AQUR’AN
-
1. Q.S. AL-‘AROF AYAT 204 :
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik,
dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat .”
Penjelasan
ayat ini bukan menunjukan dzikir dalam hati tapi dzikir yang terdengar atau
dzikir keras. Namun, Ayat di atas seakan bertentangan dengan Al-Qur’an dan
hadits yang lain tentang anjuran untuk berdzikir dalam hati seperti
Q.S.Al-‘Arof ayat 205: “Sebutlah nama Allah di
dalam hatimu dengan merendahkan diri dan tidak dengan suara yang keras dari pagi
sampai petang, Dan janganlah dirimu menjadi golongan yang lupa (lalai).”
Sebenarnya Ayat 205 ini tidaklah bertentangan dengan ayat 204 yang
menunjukan akan diperintahkannya dzikirjahar. Dan ayat 205 ini tidak bisa dijadikan alasan untuk melarang
dzikir keras karena akan bertentangan dengan dzikir yang telah umum yang biasa
dibaca dengan suara keras, seperti takbiran, adzan, membaca talbiyah ketika
pelaksanakan haji, membaca al-qur’an dengan dikeraskan atau dilagukan, membaca
sholawat dangan suara keras dan lain-lain.
Hanya saja, Q.S Al’Arof ayat 205 ini hanya menjelaskan
tentang dzikir yang tidak memakai gerak lidah yaitu dzikir dalam hati
atau khofi. Jadi penjelasan Ayat 205 ini menunjukan,
bagaimanapun bentuknya dzikir jika dibaca dalam hati pasti tidak akan
mengeluarkan suara karena dzikirnya sudah menggunakan hati, bahkan sudah tidak
menggunakan gerak lidah.
Kesimpulan
dari dua ayat itu, Allah menunjukan adanya perintah dibolehkannya berdzikir
dengan jahar (keras) maupun dzikir dalam hati (khofi)
yang tidak memakai gerak lidah.
-
2. Q.S.AL-BAQOROH AYAT 200 :
“Apabila
engkau telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menywebut
nama Allah) sebagaimana kamu menyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau
bahkan berdzikirlah lebih (nyaring dan banyak) daripada itu.”
Menurut
Ibnu Katsir, latar belakang turunnya ayat ini ialah kebiasaan bangsa Arab, baik
suku quraisy maupun lainnya pada musim haji mereka biasanya berkumpul di
Mudzalifah setelah wukuf di Arafah.
Disitu mereka membanggakan kebesaran nenek moyang mereka dengan cara
menyebut-nyebut kebesaran nenek moyang mereka itu dalam pidato mereka. Ketika
telah memeluk agama Islam, Nabi memerintahkan mereka hadir di Arafah
untuk wukuf kemudian menuju mudzdalifah.
Setelah mabit di mudzdalifah mereka
diperintahkan untuk meninggalkan tempat itu dengan tidak menunjukan perbedaan
diantara mereka (dengan cara menyebut kebesaran nenek moyang) seperti yang
mereka lakukan pada masa pra Islam.
Berbeda
dengan Ibnu Katsir, yaitu Mahmud Hijazi menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,
bila kamu selesai mengerjakan haji maka berdzikirlah kepada Tuhanmu dengan baik
(dengan cara menyebut-nyebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut-nyebut nama
nenek moyangmu sewaktu kamu jahiliyah atau sebutlah nama Allah
itu lebih keras daripada kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu itu. Begitu
pun penafsiran Ibnu Abbas, seperti terdapat dalam kitab Tanwir al Miqbas ketika
menafsirkan kata aw asyadda dzikro yang berarti menyebut Allah
dengan mengatakan “Ya Abba” seperti menyebut nenek moyang “Ya Allah”.
Dua
pendapat mufasir di atas mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa menyebut nama
Allah dalam pengertian dzikrullah dianjurkan setelah menunaikan ibadah haji,.
Dzikrullah tersebut dikerjakan dengan suara keras, bahkan boleh dengan suara
yang lebih keras daripada suara jahiliyah tatkala mereka menyebut nama nenek
moyang mereka ketika berhaji.
-
3. Q.S. AL-BAQOROH AYAT 114 :
“
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang
menghalangi-halangi menyebut nama Allah di dalam mesjid-mesjid-Nya ..”
-
4. Q.S. AN-NUR AYAT
36 :
“ Didalam
semua rumah Allah diijinkan meninggikan (mengagungkan) suara untuk berdzikir
dengan menyebut nama-Nya dalam mensucikan-Nya sepanjang pagi dan petang.”
-
5. Dan lain-lain
HUKUM DZIKIR JAHAR MENURUT HADITS ROSUL
HADITS
KE SATU
Dalam
Kitab Bukhori jilid
1:
Dalam
hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Abbas ra.,
berkata: “Inna rof’ash shauti bidzdzikri hiina
yanshorifunnaasu minal maktuubati kaana ‘ala ‘ahdi Rosuulillaahi sholallaahu
alaihi wasallam kuntu ‘alamu idzaanshorrofuu bidzaalika sami’tuhu.” Artinya :“Sesungguhnya mengeraskan suara dalam
berdzikir setelah manusia-manusia selesai dari sholat fardlu yang lima waktu
benar-benar terjadi pada zaman Nabi Saw. Saya (ibnu Abbas) mengetahui para
sahabat melakukan hal itu karena saya mendengarnya .”
Selanjutnya
dalam hadits :“Suara yang keras dalam berdzikir
bersama-sama pada waktu tertentu atau ba’da waktu sholat fardhu, akan berbekas
dalam menyingkap hijab, menghasilkan nur dzikir” (HR. Bukhari).
-
HADITS KE DUA
Dari
Abu Khurairah ra, katanya Rasulullah bersabda: “Allah berfirman; ‘Aku berada di dalam sangkaan hamba-Ku tentang diri-Ku,
Aku menyertainya ketika dia menyebut-Ku, jika dia menyebut-Ku kepada dirinya,
maka Aku menyebutnya kepda diri-Ku. Maka jika menyebut-tu di depan orang
banyak, maka Aku akan menyebutnya di tempat yang lebih baik
daripada mereka” (HR. Bukhari). Penjelasan hadits ini, jika
dikatakan menyebut ‘di depan orang banyak’, berarti dzikir tersebut
dilakukan secara jahar.
-
HADITS KE TIGA
Diriwayatkan
di dalam Al Mustadrak dan dianggap saheh, dari Jabir ra. berkata: “Rasulullah keluar menjumpai kami dan bersabda: ‘Wahai
saudara-saudara, Allah memiliki malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di
majlis-majlis dzikir di dunia. Maka penuhilah taman-taman syurga’. Mereka
bertanya:’Dimanakah taman-taman syurga itu?’. Rasulullah menjawab:
‘Majlis-majlis dzikir.’ Kunjungilah dan hiburlah diri dengan dzikir kepada Allah” (HR.
Al Badzar dan Al Hakim). Penjelasan hadits ini, bahwa dalam kalimat ‘malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis dzikir di dunia’maksudnya
berarti dzikir dalam hal ini adalah dzikir jahar yang
dilakukan manusia. Karena malaikat hanya mengetahui dzikir jahar dan
tidak mampu mengetahui dzikir khofi. Hal ini sebagaimana sabda
Rasul: “Adapun dzikir yang tidak terdengar
oleh malaikat yakni dzikir khofi atau dzikir dalam hati yakni dzikir yang
memiliki keutamaan 70x lipat dari dzikir yang diucapkan” (HR. Imam
Baihaqi dalam Kitab Tanwirul Qulub hal.509).
-
HADITS KE EMPAT
Hadits
yang dishohehkan oleh An Nasai dan Ibdu Majjah dari As Sa’ib dari Rasululah
SAW, beliau bersabda: “Jibril telah
datang kepadaku dan berkata, ‘Perintahkanlah kepada sahabat-sahabatmu untuk mengeraskan suaranya di
dalam takbir”(HR.
Imam Ahmad Abu Daud At Tirmidzi).
Penjelasan
hadits ini, bahwa sangat jelas tidak dilarangnya dzikir keras tetapi dianjurkan
untuk melakukan dzikirjahar.
-
HADITS KE LIMA
Didalam
kitab Sya’bil Iman dari Abil Jauza’ ra. berkata :“Nabi Saw, bersabda, “Perbanyaklah dzikir kepada Allah sampai
orang-orang munafik berkata bahwa kalian adalah orang-orang ria (mencari
pujian).” (H.R.Baihaqi)
Penjelasan
hadits ini, jika dikatakan menyebut “orang-orang munafik berkata bahwa
kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” Hadits ini menunjukan
dzikir jahar karena dengan dzikir jahar (terdengar)
itulah orang munafik akhirnya menyebutnya ria .
-
HADIITS KE ENAM
Juga
dalam kitab Sya’bil Iman yang di shohehkan oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id
Al-Khudri ra., berkata :“Nabi Saw, bersabda,”
Perbanyaklah dzikir kepada Allah kendati kalian dikatakan gila”. (H.R.Al-Hakim
danAl-Baihaqi)
-
HADITS KE TUJUH,
Dari
Jabir bin Abdullahra, berkata :“Ada seorang
yang mengeraskan suaranya dalam berdzikir, maka seorang berkata, “ semestinya
dia merendahkan suaranya.” Rosulullah bersabda,” Biarkanlah
dia,sebab sesungguhnya dia adalah lebih baik.“ (Al-Baihaqi). Dari
Sa’id bin Aslam ra., katanya Ibnu Adra’ berkata, “ Aku menyertai Nabi
Saw. Pada suatu malam, lalu melewati seseorang di mesjid yang mengeraskan
suaranya, lalu aku berkata, “ Wahai Rosulullah, tidaklah ia termasuk orang ria
? “ Beliau menjawab, “ Tidak,tetapi dia pengeluh,” (H.R.Baihaqi).
PENDAPAT
PARA ULAMA TENTANG DZIKIR JAHAR
Imam
An-Nawawi berkata : “Bahwa bacaan dzikir sir
(samar) lebih utama apabila takut ria, atau khawatir mengganggu orang yang
sedang sholat atau tidur. Sedangkan yang jahar (dzikir keras) lebih baik
apabila tidak ada kekhawatiran tentang hal ini, mengingat amalan di dalamnya
lebih banyak manfaatnya, karena ia dapat membangkitkan kalbu orang yang membaca
atau yang berdzikir, ia mengumpulkan semangat untuk berfikir, mengalahkan
pendengaran kepadanya, mengusir tidur, dan menambah
kegiatan” (dalam Kitab Haqiqot Al-Tawwasulu wa Al-Wasilat
Al-Adlow’il kitabi wa As-Sunnah).
Syekh
Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal
108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal
‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah
suaramu didalam berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan
hatimu) seperti orang-orang yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan wajib bagi
murid-murid yang masih didalam tahap belajar menuju Allah, untuk mengangkat
suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu penghalang kepada
Allah yang telah menjadikan hati jadi keras bagaikan batu, penghalangnya yaitu
seperti sipat malas, sombong, ria, iri dengki dan sebagainya)
Imam
Al-Ghozali r.a. mengatakan: “Sunnat
dzikir keras (jahar) diberjemaahkan di mesjid karena dengan banyak suara keras
akan memudahkan cepat hancurnya hati yang keras bagaikan batu, seperti satu
batu dipukul oleh orang banyak maka akan cepat hancur”.
KENAPA
MESTI DZIKIR KERAS?
Ulama
ahli ma’rifat mengatakan bahwa untuk mencapai ma’rifat kepada Allah bisa
diperoleh dengan kebeningan hati. Sedangkan kebeningan hati itu bisa dicapai
dengan suatu thoriqoh (cara), diantaranya banyak berdzikir
kepada Allah. Jadi, ma’rifattidak akan bisa diperoleh jika hati kita busuk
penuh dengan kesombongan, ria, takabur, iri dengki, dendam, pemarah, malas
beribadah dan lain-lain. Oleh sebab itu dzikir diantara salah satu cara (thiriqoh)
untuk membersihkan hati.
Sebab,
manusia sering menyalahgunakan fitrah yang diberikan Tuhan, sehingga hati
mereka menjadi keras. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut, mendorong
manusia memiliki hati yang keras melebihi batu. Hal tersebut sebagaimana
kalimat yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat 74: “tsumma
qosat quluubukumminba’di dzaalika fahiya kal hijaaroti aw asyaddu
qoswatun”, artinya “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras
seperti batu,bahkan lebih keras lagi”.Dari ayat tersebut hati manusia yang
membangkang terhadap Allah menjadikan hatinya keras bagaikan batu bahkan lebih
keras daripada batu.
Maka,
jalan keluarnya untuk melembutkan hati yang telah keras bagaikan batu sehingga
kembali tunduk kepada Allah, sebagaimana Ulama ahli ma’rifat mengatakan
penafsirkan ayat tersebut, sebagaimana dalam kitab miftahu Ash-Sshudur karya
Sulthon Awliya Assayyid Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Ahmad Shohibul
wafa Tajul ‘Arifin r.a. bahwa “fakamaa annal hajaro laa yankasiru illa
biquwwatin dlorbil muawwil fakadzaalikal qolbu laayankasiru illa
biquwwati ”, artinya “sebagaimana batu tidak pecah kecuali bila dipukul
dengan tenaga penuh pukulan palunya, demikian hati yang membatu tidak akan
hancur kecuali dengan pukulan kuatnya suara dzikir. “liannadz dzikro
laa yu’tsiru fiijam’i tsanaati qolbi shohibihi illa biquwwatin”, artinya
“ Demikian pula dzikir tak akan memberi dampak dalam menghimpun fokus
hati pendzikirnya yang terpecah pada Allah kecuali dengan suara keras”.
Syekh
Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal
108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal
‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir,
sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang
yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan
wajib bagi murid-murid yang masih di dalam tahap belajar menuju Allah, untuk
mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu
penghalang yang akan menghalangi kita dekat kepada Allah, seperti sifat-sifat
jelek manusia: iri, dengki, sombong, takabur,dll yang disumberkan oleh hati
yang keras).
CARA
BERDZIKIR DENGAN KERAS YANG DIAJARKAN ROSUL
Dalam
hadits shohihnya, dari Yusuf Al-Kaorani : “Sesungguhnya Sayyidina ‘Ali
r.a. telah bertanya pada Nabi Saw. : Wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku
macam-macam thoriqot (jalan) yang paling dekat menuju Allah dan yang paling
mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama di sisi Allah, maka Nabi Saw
menjawab: wajiblah atas kamu mendawamkan dzikkrullah: Sayyidina ‘Ali r.a
bertanya lagi: Bagaimana cara berdzikirnya ya Rosulallah? Maka Nabi menjawab:
pejamkan kedua matamu, dan dengarkan (ucapan) dariku tiga kali, kemudian
ucapkan olehmu tiga kali, dan aku akan mendengarkannya. Maka Nabi Saw.
Mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali sambil memejamkan kedua matanya dan
mengeraskan suaranya, sedangkan Sayyidina ‘Ali r.a mengucapkan LAA ILAAHA
ILLALLAH tiga kali, sedangkan Nabi Saw memdengarkannya”. (Hadits
dengan sanad sahih, dalam kitab Jami’ul Ushul Auliya)
Dalam
kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar
terjaga dari datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat
Al’Arof ayat 17: “Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada manusia
melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri”. Ayat ini
menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda manusia agar menjadi ingkar
terhadap Allah. Jelas, sasarannya manusia melalui empat arah; 1. Depan
2.Belakang 3.Kanan 4.Kiri.Maka, dzikirnya pun harus menutup empat arah. Dalam
kitab Tanwirul Qulub: ucapkan kalimat “LAA”dengan diarahkan
dari bawah pusat tarik sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang
datang dari arah depan dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena
syetan mengganggu otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu
suuddzon. Dan “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan
kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun ini
untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan “ILLALLAH”diarahkan
ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya, hal ini untuk menutup pintu
syetan yang datangnya dari arah kiri, namun lapadz jalalah yaitu
lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah
sekitar dua jari, karena disanalah letaknya jantung atau hati (keras bagaikan
batu) sebagaimana pendapat Imam Al-ghozali.
Syarat
berdzikir menurut para Ulama Tasawuf:
1.
Dengan berwudlu sempurna
2.
Dengan suara kuat/ keras
3.
Dengan pukulan yang tepat ke hati sanubari
MANA
YANG PALING UTAMA, DZIKIR KERAS (JAHAR) ATAU DZIKIR HATI (KHOFI)?
Dalam
kitab ulfatu mutabarikin dan kitab makanatu
Adz-dzikri bahwasanya Rosul pernah bersabda: “sebaik-baik dzikir
adalah dalam hati”. Dalam kitab tersebut dijelaskan hal itu bagi orang yang
telah mencapai kelembutan bersama Allah, hati bersih dari penyakit, hati yang
sudah lembut. Sedangkan dzikir keras itu lebih utama bagi orang yang hatinya
keras bagaikan batu, sehingga sulit untuk tunduk pada perintah Allah karena
sudah dikuasai oleh nafsunya.
Dalam
kitab Miftahu Ash-Shudur karya Sulthon Auliya As-Sayyid
Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin
r.a. bahwa “ Sulthon Awliya As-Sayyid Syekh Abu A-Mawahib
Asy-Syadzili r.a. berkata:“Para ulama toriqoh berbeda pendapat tentang mana
yang lebih utama, apakah dzikir sir (hati) atau dzikir jahar (keras), menurut
pendapat saya bahwa dzikir jahar lebih utama bagi pendzikir tingkat pemula
(bidayah) yang memang hanya dapat meraih dampak dzikir dengan suara keras dan
bahwa dzikir sir (pelan) lebih utama bagi pendzikir tingkat akhir (nihayah) yang
telah meraih Al-Jam’iyyah (keteguhan hati kepada Allah)” .
Imam
Bukhori, dalam kitab Sahihnya bab dzikir setelah salat fardlu, berkata: “ Ishaq
ibnu Nasr memberitahu kami, dia berkata’Amru memberitahu saya bahwa Abu Ma’bad,
pelayan Ibnu Abbas, semoga Allah meridloi keduanya, memberitahu Ibnu Abbas
bahwa “Mengeraskan suara dalam berdzikir ketika jama’ah selesai dan
shalat fardlu sudah biasa dilakukan pada masa Nabi Muhammad. Ibnu Abbas
berkata: “Aku tahu hal itu, saat mereka selesai shalat karena aku mendengarnya”.
Sayyid Ahmad Qusyayi. Q.s., berkata: ”inilah dalil keutamaan dzikir keras
(jahar) yang didengar orang lain, dengan demikian ia membuat orang lain
berdzikir kepada Allah dengan dzikirnya kepada Allah“.
DZIKIR
KERAS MERESAHKAN?
Dzikir
keras tidak akan meresahkan atau mengganggu orang yang hatinya penuh dengan
cinta kepada Allah. Dengan terdengarnya dzikir menjadi magnet (daya tarik) yang
kuat bagi orang yang beriman, bahkan menjadi kenikmatan tersendiri. Sebagaimana
firman Allah dalam Al-qur’an QS.Al-Anfal ayat 2 :
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat
imannya dan mereka hanya kepada Allah saja berserah diri” .
ALLAH
TIDAK TULI
Ada
anekdot dari seorang Ulama Tasawuf pengamal thoriqoh: suatu
hari ada dialog antara mahasiswi dan ulama tasawuf. Mahasiswi bertanya: “Pak
Kiai, kenapa dzikir mesti keras (jahar) padahal Allah itu tidak tuli?”.
Ulama Tasawuf menjawab dengan membalikan pertanyaan: “yang bisa kena sifat tuli
itu yang memiliki telinga atau tidak?”. Mahasiswi menjawab: “iya yang punya
telinga”. Ulama Tasawuf kembali bertanya: “Kalau Allah punya telinga tidak?”.
Mahasiswi menjawab: “tidak punya”. Ulama tasawuf kembali bertanya lagi: “apakah
dengan suara keras makhluk akan merusak pendengaran Allah?”. Mahasiswi
menjawab: “tidak Pak Kiai”.
Selanjutnya Ulama Tasawuf mengatakan:
“oleh sebab itu istighfarlah dan bersyahadatlah dengan baik, bagaimanapun Allah
tidak akan tuli dan tidak akan rusak pendengaran-Nya oleh suara kerasnya
makhluk. Bagi-Nya suara keras maupun pelan terdengar oleh Allah sama. Hanya
saja, hati manusia yang tuli akan perintah Allah. Jadi, dzikir keras bukan
untuk Allah dan bukan ingin didengar oleh Allah karena Allah sudah tahu. Tapi
tujuan dzikir keras itu diarahkan untuk hati yang tuli kepada Allah yang keras
bagaikan batu sedangkan kita tahu batu itu tidak akan hancur kecuali dengan
pukulan yang kuat, begitupun hati yang keras bagaikan batu tidak akan hancur
kecuali dengan suara pukulan dzikir yang kuat. Jadi, Allah tidak butuh akan
dzikir kita, sebaliknya kitalah yang butuh akan dzikir kepada Allah supaya hati
menjadi lembut, bersih dan ma’rifat kepada Allah.
ZIKIR:
NUR DI ATAS NUR
Dalam praktik-praktik keruhanian
Tasawuf, selalu ada unsur-unsur yang tidak memberi ruang yang bisa dijangkau
akal-rasional. Karena dimensi “operatif” dari Tasawuf ini sebagian besar
berlangsung di wilayah batin yang tidak berurusan dengan dimensi empiris, maka
akal-rasional, pada level tertentu, tidak bisa dijadikan dasar untuk
memverifikasi kebenaran suatu doktrin Sufi. Artinya, walaupun pada taraf
tertentu akal tetaplah harus hidup dan dipakai, tetapi ada masa-masa ketika
akal dan nalar-rasional harus diistirahatkan sepenuhnya, dan beralih secara
bertahap ke penggunaan “mata hati yang bercahaya” atau qalb. Sebab, seperti
firman Allah dalam hadis qudsi, “hanya hati (qalb) orang beriman yang mampu
menampung-Ku, alam semesta tidak bisa.” Juga, “Allah tidak melihat pada
bentukmu, tetapi pada hati-Mu.”
Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.
Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8). Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa, dan vice versa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).
Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.
hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:
Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.
Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).
ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.
Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.
Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.
Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)
Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.
Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8). Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa, dan vice versa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).
Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.
hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:
Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.
Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).
ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.
Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.
Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.
Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)
SHOLAWAT AZHIMIYYAH
ALLAAHUMMA INNII AS ‘ALUKA BI NUURI WAJHILLAAHIL
‘AZHIIM. WA QOOMAT BIHII ‘AWAALIMULLAHIL ‘AZHIIM. ANTUSHOLLIYA ‘ALAA MAWLAANAA
MUHAMMADIN DZIL QODRIL ‘AZHIIM. WA ‘ALAA AALI NABIYYILLAHIL ‘AZHIIM. BIQODRI
‘AZHOMATI DZAATILLAHIL ‘AZHIIM. FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADAMA FII
‘ILMILLAHIL ‘AZHIIM. SHOLAATAN DAA ‘IMATANM BIDAWAAMILLAAHIL ‘AZHIIM.
TA’ZHIIMAL LIHAQQIKA YAA MAWLAANAA YAA MUHAMMAD YAA DZAL KHULUQIL ‘AZHIIM.
WASALLIM ‘ALAYHI WA ‘ALAA AALIHII MITSLA DZAALIK. WAJMA’ BAYNII WABAYNAHUU
KAMAA JAMA’TA BAYNAR RUUHI WANAFS, ZHOOHIROW WABAATHINAA, YAQHZHOTAW
WAMANAAMAA. WAJ’ALHU YAA ROBBI RUUHAL LIDZAATII MIN JAMII’IL WUJUUHI FID DUNYAA
QOBLAL AAKHIROTI YAA ‘AZHIIM.
Yaa Allah sesunggguhnya aku memohon kepadaMu dengan cahaya
Wajah Allah Yang Agung. Yang memenuhi tiang-tiang Arasy Allah Yang Agung. Dan
dengannya berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang Agung. Agar shalawat
tersampaikan atas pelindung kami, Muhammad SAW, yang memiliki derajat yang
Agung. Dan atas keluarga nabi Allah Yang Agung. Dengan ukuran Keagungan Zat
Allah yang Agung. Disetiap kedipan dan nafas, sebanyak apa yang termaktub dalam
Ilmu Allah Yang Agung. Shalawat yang sentosa dengan Kekekalan Allah Yang Agung.
(sebagai) pengagungan terhadap Haq (kebenaran) engkau wahai Muhammad, yang
memiliki akhlak (perangai) yang Agung. Dan salam atas beliau SAW serta
keluarganya, semisal yang demikian itu . dan satukanlah aku dengan Beliau
sebagaimana engkau satukan ruh dengan nafas, secara zhahir dan batin, dalam
keadaan terjaga (sadar) atau tidur (mimpi). Dan jadikanlah beliau yaa Tuhanku,
sebagai ruhani jiwaku, di setiap arah, didunia ini sebelum (datangnya) hari
akhir, wahai Zat yang memiliki Keagungan.
Ada sebuah peristiwa menakjubkan sehubungan dengan
shalawat ini. Al-Arif billah Habib Abu Bakar bin Abdullah ‘Atthas memperoleh
shalawat ini dari SAYYID AHMAD BIN IDRIS secara langsung . Beliau lalu menulis
shalawat ini dan menyimpannya dalam tas pakaian. sewaktu berlayar dilaut ,
seorang darwis ahli sir batin dan kasyaf melihat cahaya keluar dari tas Habib
Abu Bakar hingga ke langit. Ia lalu memberitahukan apa yang dilihatnya kepada
Habib Au Bakar. habib abu Bakar berkata kepadanya, ” Tas ku ini hanya berisi
pakaian dan shalawat”. habib Abu Bakar lalu menunjukan sholawat itu kepada si
Darwisy.
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad
bin Idris al-Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 – 1837 M). Sebenarnya Tarekat
ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang
diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas’ud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad
bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan
berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh
Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan
mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik. Oleh
karenanya tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang
erat dengan nama-nama Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah, Mirghaniyyah,
Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah. Bahkan
Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40
Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya ‘Salsabil Mu’in fi
Tharaa-iqul Arba’iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah
Thariqah Mu’tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40).
Syekh Ahmad bin Idris berguru kepada Syekh Abdul Wahab
at-Tazi, yang merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab
Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya
adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang diperolehnya
dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina
Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Beliau diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah
dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir As. Namun yang masih eksis
diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah adalah Shalawat ‘Azhimiyyah,
Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena
menggunakan jalur Nabi Khidhir As hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur
pengajaran syari’at Tarekat ini menggunakan jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Qs. hingga kepada Sayidina Hasan Ra.
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia adalah
Tarekat yang dibawa oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang
sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya
dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais,
Mekah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Al-Idrisiyyah diteruskan oleh Syekh
Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam
ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam
berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan
berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama’ahnya
menjauhi perkara haram dan makruh seperti merokok. Adapun dalam aspek
peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama’ah termasuk salat
sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di
Indonesia, karena banyak berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada
Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah
diambil dari nama depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia,
karena alasan politis nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah.
Mengingat pergerakan Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para penjajah
Barat.
AWRAD DAN DZIKIR
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama’ah
Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba’da Maghrib hingga Isya dan ba’da Shubuh
hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara
nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu
dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama ‘Hadiqatur Riyahin’ yang
merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan
(awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian
seorang murid Idrisiyyah adalah:
Membaca Al-Quran satu Juz,
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah adalah
menunaikan salat tahajjud dan membaca Sholawat Azhimiiyyah sebanyak 70 kali
sesudah ba’da Shubuh hingga terbit Fajar.
@@@
SHOLAWAT SYEKH
HABIB Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy
ALLAHUMMA SHALLI WA SALLIM ALAA SAYIDINA MUHAMMADIN
NABIYIIL UMMIY WA ALAA ALIHI WA SHAHBIHI WASALIM BI ADADI SHALAWATULLAH WA
ANBIYA’IHI WA RASULIHI WA MALAIKATIHI WA AWLIYA’IHI, WA YANFA’UNA BIHAA MIN
BARAKATIHIM WA ANWARIHIM WA ASRARIHIM WA NAFAKHATIHIM WA ‘ALAA AWLADINA WA
ABNAA’INA WA BANATINAA WA AHLI BAITINA WA AHBABINA WA LIMAN AHABUHUM WA LIMAN
AHSANA ILAYNA FIIKA FII DUNYA WAL AKHIRAH BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAHIMIN
Yaa Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Baginda
Sayidina Muhammad Nabi yang Ummi dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya,
dengan shalawatnya Allah dan shalawatnya para Nabi, shalawatnya para Rasul dan
Shalawatnya para malaikat serta shalawatnya para Awliya-Nya, yang memberikan
kepada kita barakahnya, cahayanya, rahasianya, manfaatnya kepada kita, anak
cucu keturunan kita, keluarga kita, ahli bait kita, kecintaan kita dan yang
mencintai kita, dan orang-orang yang berbuat baik kepada kita karena Allah di
dunia dan akhirat, dengan rahmat dari Mu, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
Diijazahkan dan dihadiahkan dari Syekh al-Allamah
al-Arifbillah Al-Walid al-Habib Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Ba’Alawy. Shalawat luar biasa yang mencakup seluruh shalawat-shalawat yang ada,
yang manfaat serta barakahnya menyeluruh meliputi anak cucu keturunan dan keluarga
kerabat kita. Boleh di baca sekali, atau tiga kali. Beliau menganjurkan untuk
dibaca tujuh kali pagi dan sore/malam.
Zdikir Segitiga Emas
Assalamu`alaikum Wr.Wb
Bismillah hirohmanirrohim
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puji bagi alloh SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita sekalian, sholawat serta salam kita hatur kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya hormati sesepuh KWA Ki wongalus, saudaraku dan sedulurku semua yang saya hormati pula. Izikan sekali lagi saya disini untuk memposting amalan Dzikir Agung Wong Tani.
Bismillah hirohmanirrohim
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puji bagi alloh SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita sekalian, sholawat serta salam kita hatur kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya hormati sesepuh KWA Ki wongalus, saudaraku dan sedulurku semua yang saya hormati pula. Izikan sekali lagi saya disini untuk memposting amalan Dzikir Agung Wong Tani.
Deskripsi :
I. Pendahuluan :
Dzikir ini meliputi 3 komponen permohonan
a. (sholawat, tahmid, takbir, Tahlil dll) pada doa ini kita bersifat memuji kebesaran Asma Alloh serta utusanNya,
b. (Tawasul/ pemberian hadiah/ Pemohonan batuan Doa/ mohon penyaksian) kepada para leluhur hujatul islam dari berbagai latar belakang serta para leluhur tanah jawa, tawasul ini diharapkan para auliyaillahita`ala memberi hadiah kepada sang pembaca atau mereka akan membatu kita dalam permohonan ini serta memberikan berbagai barokah yang di miliki masing2 leluhur disini terdapat lebih 50 kekasih Alloh SWT. Yang akan kita mintai perantara / barokah/bantuan dlm berbagai hal dalam doa` ini, dalam proses membaca sebagian besar wali-wali alloh akan datang berada disekitar kita untuk turut medoakan kita pada saat itu juga terutama bagi yang sudah istiqomah. Kenapa tawasulnya kok begitu banyak? Karena mereka2 adalah wali alloh yang telah banyak mengarang dan menyusun berbagai keilmuan dari berbagai sisi dan dimensi, insyaalloh tanpa kita belajar ilmunya kita akan mendapatkan secara langsung wali-wali alloh tersebut ilmu tersebut tanpa kita minta amin3x.
c. (Sholat wajib, sholat sunnah nawafil, Tobat, Lidafil bala`, Birrul walidain dll) disini sholat merupakan ujung tingkat tinggi dalam berdoa yaitu sholat di mana setelah kita memuji Alloh yang telah digariskan adalah hanya melalui sholat juga bersamaan kita minta sarana bantuan kepada leluhur Wali Alloh baik di wilayah tanah arab dan wali Nusantara RI untuk membawa doa kita pada sisi Alloh SWT. Jadi sholat merupakan ujung dari segala doa.
Dari semua itu kami menyimpulkan sebagai Dzikir Segitia Emas, karena antara sisi satu dengan yang lainnya saling menguatkan untuk membetuk segitiga trapezium menuju Alloh SWT.
II. Nama :
Asmak ini diberi nama cukup istimewa karena amalan ini adalah warisan dari beberapa guru yang kemudian saya simpulkan dan diringkas serapi-rapinya sehingga menjadi bentuk seperti ini. Termasuk didalamnya terdapat Dzikrul Ghofilin dari Mbah Khamid, Gus Miek, Mbah siddiq, serta dari kyai-kyai lain yg tidak bisa di sebut satu persatu.
Dzikir ini meliputi 3 komponen permohonan
a. (sholawat, tahmid, takbir, Tahlil dll) pada doa ini kita bersifat memuji kebesaran Asma Alloh serta utusanNya,
b. (Tawasul/ pemberian hadiah/ Pemohonan batuan Doa/ mohon penyaksian) kepada para leluhur hujatul islam dari berbagai latar belakang serta para leluhur tanah jawa, tawasul ini diharapkan para auliyaillahita`ala memberi hadiah kepada sang pembaca atau mereka akan membatu kita dalam permohonan ini serta memberikan berbagai barokah yang di miliki masing2 leluhur disini terdapat lebih 50 kekasih Alloh SWT. Yang akan kita mintai perantara / barokah/bantuan dlm berbagai hal dalam doa` ini, dalam proses membaca sebagian besar wali-wali alloh akan datang berada disekitar kita untuk turut medoakan kita pada saat itu juga terutama bagi yang sudah istiqomah. Kenapa tawasulnya kok begitu banyak? Karena mereka2 adalah wali alloh yang telah banyak mengarang dan menyusun berbagai keilmuan dari berbagai sisi dan dimensi, insyaalloh tanpa kita belajar ilmunya kita akan mendapatkan secara langsung wali-wali alloh tersebut ilmu tersebut tanpa kita minta amin3x.
c. (Sholat wajib, sholat sunnah nawafil, Tobat, Lidafil bala`, Birrul walidain dll) disini sholat merupakan ujung tingkat tinggi dalam berdoa yaitu sholat di mana setelah kita memuji Alloh yang telah digariskan adalah hanya melalui sholat juga bersamaan kita minta sarana bantuan kepada leluhur Wali Alloh baik di wilayah tanah arab dan wali Nusantara RI untuk membawa doa kita pada sisi Alloh SWT. Jadi sholat merupakan ujung dari segala doa.
Dari semua itu kami menyimpulkan sebagai Dzikir Segitia Emas, karena antara sisi satu dengan yang lainnya saling menguatkan untuk membetuk segitiga trapezium menuju Alloh SWT.
II. Nama :
Asmak ini diberi nama cukup istimewa karena amalan ini adalah warisan dari beberapa guru yang kemudian saya simpulkan dan diringkas serapi-rapinya sehingga menjadi bentuk seperti ini. Termasuk didalamnya terdapat Dzikrul Ghofilin dari Mbah Khamid, Gus Miek, Mbah siddiq, serta dari kyai-kyai lain yg tidak bisa di sebut satu persatu.
III. Proses Peyusunan
Dzikir ini disusun layak lahirnya seorang bayi, perlu perawatan diuji lalu dirasakan di telaah manfaat dan faedahnya di dilihat latar belakang setiap kalimat setiap wali-wali alloh yang dikirimi fatikha serta kitab-kitab, doa dan asma-asma yang telah di karang oleh mereka sampai pada dampak langsung posisi kita di akhirat pada saat sidang ila yaumil qimayah sampai perjalanan sidratul muntaha. Karena memang begini tidak serta merta tersusun langsung jadi seperti ini dulu hanya poit A-E lalu Dzikrul Ghofilin kemudian meningkat tambah banyak dan insyaalloh mentok sampai disini tingkat paling tinggi.
Butuh 2 tahun untuk merampungkannya selesai pada tahun 2003 meskipun tidak pernah saya tulis dalam lembaran apapun. Pada tahun 2010 bulan juli ada tambahan 2 asmak pada poin M dan N yang saya ambil sesepuh di ASR mencari ridho alloh SWT. Di kampus KWAngen ini.
sebagian kecil Dzikir ini sudah saya blow up di ‘posting asmak warisan dua Guru’ beberapa bulan yang lalu.
Dzikir ini disusun layak lahirnya seorang bayi, perlu perawatan diuji lalu dirasakan di telaah manfaat dan faedahnya di dilihat latar belakang setiap kalimat setiap wali-wali alloh yang dikirimi fatikha serta kitab-kitab, doa dan asma-asma yang telah di karang oleh mereka sampai pada dampak langsung posisi kita di akhirat pada saat sidang ila yaumil qimayah sampai perjalanan sidratul muntaha. Karena memang begini tidak serta merta tersusun langsung jadi seperti ini dulu hanya poit A-E lalu Dzikrul Ghofilin kemudian meningkat tambah banyak dan insyaalloh mentok sampai disini tingkat paling tinggi.
Butuh 2 tahun untuk merampungkannya selesai pada tahun 2003 meskipun tidak pernah saya tulis dalam lembaran apapun. Pada tahun 2010 bulan juli ada tambahan 2 asmak pada poin M dan N yang saya ambil sesepuh di ASR mencari ridho alloh SWT. Di kampus KWAngen ini.
sebagian kecil Dzikir ini sudah saya blow up di ‘posting asmak warisan dua Guru’ beberapa bulan yang lalu.
IV. Cara membaca
Amalan ini dibaca setelah sholat maghrib sampai isya, untuk membaca Dzikir ini membutuhkan waktu 80 menit jika sudah hafal kalau dalam tahap pertama bisa sampai 2 jam + sholat sunnahnya, jelas membutuhkan waktu luang bagi sedulur yang hendak mengamalkannya, apalagi dijaman serba ruwet bin mumet benar-benar harus bisa mendisiplinkan waktu, apabila tidak ada waktu silahkan diamalkan diatas jam 9 malam. Sedulur bisa membacanya sekali saja seumur hidup atau hanya untuk mencoba silahkan, sedulur bisa membuat amalan ini sebagai koleksi lemari atau sekedar dibaca juga tidak apa-apa.
Amalan ini dibaca setelah sholat maghrib sampai isya, untuk membaca Dzikir ini membutuhkan waktu 80 menit jika sudah hafal kalau dalam tahap pertama bisa sampai 2 jam + sholat sunnahnya, jelas membutuhkan waktu luang bagi sedulur yang hendak mengamalkannya, apalagi dijaman serba ruwet bin mumet benar-benar harus bisa mendisiplinkan waktu, apabila tidak ada waktu silahkan diamalkan diatas jam 9 malam. Sedulur bisa membacanya sekali saja seumur hidup atau hanya untuk mencoba silahkan, sedulur bisa membuat amalan ini sebagai koleksi lemari atau sekedar dibaca juga tidak apa-apa.
V. Tujuan
Tujuan mengamalkan Dzikir ini tidak lain hanya untuk mencari ridho alloh SWT. Sama sekali tidak ada terlintas /terbesit untuk mengharap kesaktian karena manusia sudah sakti bin mandraguna.
Tujuan mengamalkan Dzikir ini tidak lain hanya untuk mencari ridho alloh SWT. Sama sekali tidak ada terlintas /terbesit untuk mengharap kesaktian karena manusia sudah sakti bin mandraguna.
Selamat membaca semoga bermanfaat :
VI. Dzikir Segita Emas
Bismillahirrohmanirrohim
A. Istighfar 11 x
B. Subhanalloh 33 x
C. Allohu akbar 33 x
D. Alhamdulillah 33 x
E. Lailaha illalloh 100 x
F. Baca QS (Tha`ha /20:39). 3X
“Wa`alqoitu alaika mahabbatamminni walitus na`a ala ainin”
G. Bismillahirrohmanirrohim. Wabimu`jizati Wabikaromati Wabibarokati Wabissafa`ati rosulillah Nabiyulloh Isa Khidir Sulaiman Alfatikha …3X
H. Ayat Kursi … 3X
I. Sollallohu ala Muhammad 11 X
J. Bismillahimasyaalloh 7 X
K. La haula wala quwata illabillah 1 X
L. Bismillahirrohmanirrohim 11 X
M. Inna kuwwatih nakaban nata kitaban nata 11 x
N. Inna kuwwatih nakatahta kitaban nata lailahaillalloh bi idznillah illa haula wala quwata illa billah 3 x
O. Tawasul
1. Ila hadrotin 1. Nabi mustofa muhammad sollallohu alaihi wasallam 2. Tsumma ila hadroti sayyidisy-syaikh abdul qodir zaelani 3. wasayyidisy-syaikh abi khamid muhammad al-ghozalie 4. wasayyidisy-syaikh habibi abdi alwi al-haddad rodiyallohu anhu lahumul fatikha …(50x) setiap 10 kali diulang ilahadroti …dst.
2. Doa ‘Allohumma inna nas`aluka bihaqil fatikhatil muaddlomatil wasab il matsani antaf tahalana bikulli khoir wa`an tatafadlolana alaina likulli khoir wa antu amilana mu amalaka bi ilmil khoir wa`antahfadlona fi adyanina wa anfusina wa auladina wa amwalina wa ahlina wa ahbabina wa ashabina min kulli mihnatin wafitnatin wa bu’sin wadhoirin innaka waliyu likulli khoir wamutafaddilu likulli khoir wamu`din likulli khoir birohmatika ya arhamarrohimin wasollahlu ala sayidina muhammadin waala ali wasohbihi wasallam walhamdulillah hirobbil alamin.
3. Huwallohu lailahaillalloh huwararrohmanu jalla jalalu Arrohimu jalla jalalu…( baca asmaul khusna… ila akhir setiap asma di akhiri dengan lafad “jalla jalalu) 1x
4. Robbana atina fiddunya hasanah wafil a-khiroti hasanah wakina adzabannar 10X (doa sapu jagat)
5. Alladzi lamyalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad laitsa kamislihi syai`un fil ardli wala fissama`I wahuwas sami`ul alim 1 x
6. Ila hadroti jami`il ambiya`I wal mursalin wa`ulil azmi minarrusuli wajami`il malaikatil muqorrobin alaihimussolatu wassalam lahumul fatikha …1x
7. Allohumma sholli ala sayyidina jibril Wasayyidina mikail Wasayyidina isrofil, Wasayyidina ijro`il, wahamalatil arsy, wa’alal malaikatil muqorrobin wa`ala jami`il ambiya`I walmursalin solawatullohi wasalamuhu alaihim ajma`in 1x
8. Astaghfirulloh hal adhim 100x
9. Ila hadrotissyafi`ina sayyidissadati muhammadin sholallohu alaihi wasallam wa`ala alihi wasobbih, wakhususon ahlil badri minal muhajirina wal ansori rodiyallohu anhum ajma`in, wajami`i atba`ihi wasyuhada`I wajami`il ambiya`I wal mursalin wajami`il auliya`i wal ulama`I wassyuhada`I was sholihin sholawatullohi wasamuhu alaihim ajma`in walmusonnifina wamuallifina wajududina wajaddatina waaba ina waummahatina faman lahu huqukun alaina ghofarullohu lana lahumul fathika …1 x
10. Ila hadroti bachkrissyafa`ati sayyidina mahbubi muhammadin sollallohu alaihi wasallam lahumul fatikha ..1x
11. Ila hadroti nabiyina khadiri abi abbas balyan bin malkan alaihissalam lahumul fatikha ..1x
12. Ila hadroti 1. sultoni auliya`I auwali sayyidisy syababi ahli jannati sibti khoiri bariyyah, 2. abi Mummadin sayyidina khasani aliy ibni abi tholib, 3. wa`akhihis sokhibi sayyidina husain 4. wawalidaihima sayyidina ali bin abi tholib 5. wassayyidatina fatimatus zahro al-bathul rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
13. Ila hadroti 1. sayyidisy-syaikh muhyiddin abi muhammad shulton al-auliya asyikh abdul qodir al-jaelani ibni abi soleh musa janka dzausat 2. wasayyidisy-syaikh abi hamid muhammad al-ghozali 3. wa akhihi shoghiri sayyidisy-syaikh achmadal ghozali 4. wasayyidisy-syaikh abi bachri as-sibli 5. wasayyidisy-syaikh qutbi ghousi habibi abdi alwi al-hadad rodiyallohu anhum lahumul fatikha ..2 x
14. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abu yazid taufur ibni isa al-bustomy 2. wasayyidisy-syaikh muhammad hanafi 3. wasayyidisy-syaikh yusuf bin ismail an-nabhani 4. wasayyidisy-syaikh jalalidin as-suyuti 5. wasayyidisy-syaikh abi zakariya abi yahya ibni sarofi an-nawawi rodiyalluhu anhu lahumul fatikha …1 x
15. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abdi wahab asy sya`roni 2. wasayyidisy-syaikh ali nuriddin as-sauni 3. wasayyidisy-syaikh abi abbas achmad ali bunniy 4. wasayyidisy-syaikh ibrohim adzhama 5. wasayyidisy-syaikh ibrohim ad-dasuki rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
16. Ila Hadroti 1.Assyaikh abi abbas sihabiddin achmad umar al-ansori al-mursiyi 2. wasayyidisy-syaikh abi sa`id abdi karimi busyiri 3. wasayyidisy-syaikh abi hasan al-bachkri 4. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni ismail al-bukhori 5. wasayyidisy-syaikh jainiddin ibni abdi aziz al-mali baril fanani 4. wasayyidisy-syaikh tajiddin ibni atoillah as-sakandari rodiyallohu anhu lahumul fathika ..1x
17. Sholawat 300 x
18. Ila hadroti a`immati arba`ati mujtahidi ashabi madzahibi arba`ah 1. wakhususon sayyidisy-syaikh Muhammad idris as-syafi`I 2. wasayyidisy-syaikh abi khofdin umar suhro wardiyi 3. wasayyidisy-syaikh abi madyana 4. wasayyidisy-syaikh ibnu maliki al-andalusia 5 wasayyidisy-syaikh. Zainiddin sulaiman az-zajuli 6. wasayyidisy-syaikh muhyiddin ibni arobi 7. wasayyidisy-syaikh imron bin Husain rodiyallohu anhu lahumul fatikha ..1x
19. Ila hadroti 1. Qutbi kabiri abdi salam al-masyisi, 2. wasayyidisy-syaikh abi al-hasani ali ibni abi abdi jabbari as-syadzili 3. wasayyidisy-syaikh abi ma`fudin al-karhiyi 4.wasayyidisy-syaikh abil hasan sarris saqoti 5. wasayyidisy-syaikh abi qosim al-imam al-zunaid al-baghdadi 5. wasayyidisy-syaikh abi abbasi achmad al-badawi 6. wasayyidisy-syaikh achmad abi husain ar-rifaiyi 7. wasayyidisy-syaikh achmad al-badawi 8. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni nu`mani rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1 x
20. Ila hadroti 1. wasayyidisy-syaikh imam al-hasan abi hasani abi said al-basyri 2. wasayyidatir robiah al-adawiyah 3. wasyyidah ubaidah binti abi kilab rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1x
21. Ila Hadrotin 1. sayyidisy-syaikh Sulaim adz-daroein, 2. wasayyidisy-syaikh as`adinil mukhasibin, 3 wasayyidisy-syaikh abi sayyid din-dunnun al-misri, 4. wasayyidisy-syaikh Husain al-Mansyur al-hallaj, 5. wasayyidisy-syaikh Jalaluddin ar-rumi, 6. wasayyidisy-syaikh Abi khofdin umar bin farid al-sarofi al-hamwiyi al-misri rodhiyallohu`anhu lahumul fatikha …1x
22. Wakhususon sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan giri, sunan gunungjati, , sunan kudus, sunan muria, sunan, sunan kali jogo, syeich maulana malik ibrahim alfatikha …1 x
23. Wakhususon 1. Mbah Kyai Hasyim As`ary 2. Mbah Munawwir 3. Mbah Bahkruddin, 4. Mbah Kyai Muhammad Soleh Bahruddin rohimallohu ta`ala Al-Fatikha …1x
24. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi, 1. Mbah Kholil, 2. Mbah Khamid, 3. Mbah Abdulloh Amin, 4. Mbah Min, 5. Mbah Qusyairy Ilyas, 6. Gus Khamim Jazuli, 7. Mbah Slagah, 8. Mbah Sumberkerto, 9. Mbah Darrin, 10. Mbah Nyai Kholifatus sarifah 11. Mbah Semendi 12. Mbah Kyai Jalil Mustaqim, 13. Mbah Kyai Nawawi 14. Sayyid Arif, 15. Sayyid Abdurrohan, 16. Syeich Jumadil Kubro, 17. Syeich Yasin, 18. Mbah Syahri, 19. Mbah Mangli, 20. Mbah Kyai Badrudin, 21. Mbah Kendil Wesi 22. syeich Damanhuri Al-Fatikha …3x
25. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi 1. mbah Madun 2. mbah ki ageng penanggungan Al-Fatikha 1x
26. Ila Ruhi…/… (sebutkan nama kakek dan nenek minimal 2 turunan) Al-Fatikha…1x
27. Ila Ruhi wa jasadi Abi wa Umi … (ibu/ bapak) Al-Fatikha…1x
28. Ila Hadiyati babir rohmatin nafsi… (sebutkan nama istri dan anak bagi yg sudah menikah) Al-Fatikha…1x
29. Wakhususon wilayah (sebut nama dusun, desa kec. Kab. Prop. Pulau, NKRI) ‘jauhkan dari segala marabaha dan musibah aman3 ila yaumil qiyamah” al-fatihka ..1x
30. Ila hadroti ahya`i wal amwati min jami`issolikhina minal auliya`irrizalil arifin wal ulama`il amilin wajai`il auliya`i’ fi jawata wa madurota wa Indonesia wabil khossin jami`i sunan-sunan walisongo ajma`ina wasairissadati shoufiyatil muhakikina ainama kanu mim masyarikil ardlo ila maghoribiha innalloha yajma`una waiyahum wayahdina bi himayatihim yamahmina bihimamatihim wayumiduna bimadadihim wayu`iduna mim barokatihim wa asrorihim wa anwarihim wa`ulumihim fiddaroein, waila hadrotin mujtabah sollallohu alaihi wasallam alama nawassalafussolihk Al-Fatikha …3x
31. Ila hadroti ihwani dzkirina bi dzikril ghofilin wadzakiroti taghommada humullohu wamaghfirotu minallohi waridwan lahumul fatikha …1 x
32. Tahlil 100 x
33. lamabuda illaloh lamaksuda illalloh lamadzluba illalloh lamaujuda illalloh maula yasolliwasallim daiman abada ala habibika khoiril kholqikul lihimin huwal habibulladi turjasofa atuhu likullihau liminal ahwalimuktahimi
34. lishohibi burdati liqodoi hajatina wahajatiku min hawaijiddunya wal akhiroh al-fatikha …1x
Bismillahirrohmanirrohim
A. Istighfar 11 x
B. Subhanalloh 33 x
C. Allohu akbar 33 x
D. Alhamdulillah 33 x
E. Lailaha illalloh 100 x
F. Baca QS (Tha`ha /20:39). 3X
“Wa`alqoitu alaika mahabbatamminni walitus na`a ala ainin”
G. Bismillahirrohmanirrohim. Wabimu`jizati Wabikaromati Wabibarokati Wabissafa`ati rosulillah Nabiyulloh Isa Khidir Sulaiman Alfatikha …3X
H. Ayat Kursi … 3X
I. Sollallohu ala Muhammad 11 X
J. Bismillahimasyaalloh 7 X
K. La haula wala quwata illabillah 1 X
L. Bismillahirrohmanirrohim 11 X
M. Inna kuwwatih nakaban nata kitaban nata 11 x
N. Inna kuwwatih nakatahta kitaban nata lailahaillalloh bi idznillah illa haula wala quwata illa billah 3 x
O. Tawasul
1. Ila hadrotin 1. Nabi mustofa muhammad sollallohu alaihi wasallam 2. Tsumma ila hadroti sayyidisy-syaikh abdul qodir zaelani 3. wasayyidisy-syaikh abi khamid muhammad al-ghozalie 4. wasayyidisy-syaikh habibi abdi alwi al-haddad rodiyallohu anhu lahumul fatikha …(50x) setiap 10 kali diulang ilahadroti …dst.
2. Doa ‘Allohumma inna nas`aluka bihaqil fatikhatil muaddlomatil wasab il matsani antaf tahalana bikulli khoir wa`an tatafadlolana alaina likulli khoir wa antu amilana mu amalaka bi ilmil khoir wa`antahfadlona fi adyanina wa anfusina wa auladina wa amwalina wa ahlina wa ahbabina wa ashabina min kulli mihnatin wafitnatin wa bu’sin wadhoirin innaka waliyu likulli khoir wamutafaddilu likulli khoir wamu`din likulli khoir birohmatika ya arhamarrohimin wasollahlu ala sayidina muhammadin waala ali wasohbihi wasallam walhamdulillah hirobbil alamin.
3. Huwallohu lailahaillalloh huwararrohmanu jalla jalalu Arrohimu jalla jalalu…( baca asmaul khusna… ila akhir setiap asma di akhiri dengan lafad “jalla jalalu) 1x
4. Robbana atina fiddunya hasanah wafil a-khiroti hasanah wakina adzabannar 10X (doa sapu jagat)
5. Alladzi lamyalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad laitsa kamislihi syai`un fil ardli wala fissama`I wahuwas sami`ul alim 1 x
6. Ila hadroti jami`il ambiya`I wal mursalin wa`ulil azmi minarrusuli wajami`il malaikatil muqorrobin alaihimussolatu wassalam lahumul fatikha …1x
7. Allohumma sholli ala sayyidina jibril Wasayyidina mikail Wasayyidina isrofil, Wasayyidina ijro`il, wahamalatil arsy, wa’alal malaikatil muqorrobin wa`ala jami`il ambiya`I walmursalin solawatullohi wasalamuhu alaihim ajma`in 1x
8. Astaghfirulloh hal adhim 100x
9. Ila hadrotissyafi`ina sayyidissadati muhammadin sholallohu alaihi wasallam wa`ala alihi wasobbih, wakhususon ahlil badri minal muhajirina wal ansori rodiyallohu anhum ajma`in, wajami`i atba`ihi wasyuhada`I wajami`il ambiya`I wal mursalin wajami`il auliya`i wal ulama`I wassyuhada`I was sholihin sholawatullohi wasamuhu alaihim ajma`in walmusonnifina wamuallifina wajududina wajaddatina waaba ina waummahatina faman lahu huqukun alaina ghofarullohu lana lahumul fathika …1 x
10. Ila hadroti bachkrissyafa`ati sayyidina mahbubi muhammadin sollallohu alaihi wasallam lahumul fatikha ..1x
11. Ila hadroti nabiyina khadiri abi abbas balyan bin malkan alaihissalam lahumul fatikha ..1x
12. Ila hadroti 1. sultoni auliya`I auwali sayyidisy syababi ahli jannati sibti khoiri bariyyah, 2. abi Mummadin sayyidina khasani aliy ibni abi tholib, 3. wa`akhihis sokhibi sayyidina husain 4. wawalidaihima sayyidina ali bin abi tholib 5. wassayyidatina fatimatus zahro al-bathul rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
13. Ila hadroti 1. sayyidisy-syaikh muhyiddin abi muhammad shulton al-auliya asyikh abdul qodir al-jaelani ibni abi soleh musa janka dzausat 2. wasayyidisy-syaikh abi hamid muhammad al-ghozali 3. wa akhihi shoghiri sayyidisy-syaikh achmadal ghozali 4. wasayyidisy-syaikh abi bachri as-sibli 5. wasayyidisy-syaikh qutbi ghousi habibi abdi alwi al-hadad rodiyallohu anhum lahumul fatikha ..2 x
14. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abu yazid taufur ibni isa al-bustomy 2. wasayyidisy-syaikh muhammad hanafi 3. wasayyidisy-syaikh yusuf bin ismail an-nabhani 4. wasayyidisy-syaikh jalalidin as-suyuti 5. wasayyidisy-syaikh abi zakariya abi yahya ibni sarofi an-nawawi rodiyalluhu anhu lahumul fatikha …1 x
15. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abdi wahab asy sya`roni 2. wasayyidisy-syaikh ali nuriddin as-sauni 3. wasayyidisy-syaikh abi abbas achmad ali bunniy 4. wasayyidisy-syaikh ibrohim adzhama 5. wasayyidisy-syaikh ibrohim ad-dasuki rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
16. Ila Hadroti 1.Assyaikh abi abbas sihabiddin achmad umar al-ansori al-mursiyi 2. wasayyidisy-syaikh abi sa`id abdi karimi busyiri 3. wasayyidisy-syaikh abi hasan al-bachkri 4. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni ismail al-bukhori 5. wasayyidisy-syaikh jainiddin ibni abdi aziz al-mali baril fanani 4. wasayyidisy-syaikh tajiddin ibni atoillah as-sakandari rodiyallohu anhu lahumul fathika ..1x
17. Sholawat 300 x
18. Ila hadroti a`immati arba`ati mujtahidi ashabi madzahibi arba`ah 1. wakhususon sayyidisy-syaikh Muhammad idris as-syafi`I 2. wasayyidisy-syaikh abi khofdin umar suhro wardiyi 3. wasayyidisy-syaikh abi madyana 4. wasayyidisy-syaikh ibnu maliki al-andalusia 5 wasayyidisy-syaikh. Zainiddin sulaiman az-zajuli 6. wasayyidisy-syaikh muhyiddin ibni arobi 7. wasayyidisy-syaikh imron bin Husain rodiyallohu anhu lahumul fatikha ..1x
19. Ila hadroti 1. Qutbi kabiri abdi salam al-masyisi, 2. wasayyidisy-syaikh abi al-hasani ali ibni abi abdi jabbari as-syadzili 3. wasayyidisy-syaikh abi ma`fudin al-karhiyi 4.wasayyidisy-syaikh abil hasan sarris saqoti 5. wasayyidisy-syaikh abi qosim al-imam al-zunaid al-baghdadi 5. wasayyidisy-syaikh abi abbasi achmad al-badawi 6. wasayyidisy-syaikh achmad abi husain ar-rifaiyi 7. wasayyidisy-syaikh achmad al-badawi 8. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni nu`mani rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1 x
20. Ila hadroti 1. wasayyidisy-syaikh imam al-hasan abi hasani abi said al-basyri 2. wasayyidatir robiah al-adawiyah 3. wasyyidah ubaidah binti abi kilab rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1x
21. Ila Hadrotin 1. sayyidisy-syaikh Sulaim adz-daroein, 2. wasayyidisy-syaikh as`adinil mukhasibin, 3 wasayyidisy-syaikh abi sayyid din-dunnun al-misri, 4. wasayyidisy-syaikh Husain al-Mansyur al-hallaj, 5. wasayyidisy-syaikh Jalaluddin ar-rumi, 6. wasayyidisy-syaikh Abi khofdin umar bin farid al-sarofi al-hamwiyi al-misri rodhiyallohu`anhu lahumul fatikha …1x
22. Wakhususon sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan giri, sunan gunungjati, , sunan kudus, sunan muria, sunan, sunan kali jogo, syeich maulana malik ibrahim alfatikha …1 x
23. Wakhususon 1. Mbah Kyai Hasyim As`ary 2. Mbah Munawwir 3. Mbah Bahkruddin, 4. Mbah Kyai Muhammad Soleh Bahruddin rohimallohu ta`ala Al-Fatikha …1x
24. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi, 1. Mbah Kholil, 2. Mbah Khamid, 3. Mbah Abdulloh Amin, 4. Mbah Min, 5. Mbah Qusyairy Ilyas, 6. Gus Khamim Jazuli, 7. Mbah Slagah, 8. Mbah Sumberkerto, 9. Mbah Darrin, 10. Mbah Nyai Kholifatus sarifah 11. Mbah Semendi 12. Mbah Kyai Jalil Mustaqim, 13. Mbah Kyai Nawawi 14. Sayyid Arif, 15. Sayyid Abdurrohan, 16. Syeich Jumadil Kubro, 17. Syeich Yasin, 18. Mbah Syahri, 19. Mbah Mangli, 20. Mbah Kyai Badrudin, 21. Mbah Kendil Wesi 22. syeich Damanhuri Al-Fatikha …3x
25. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi 1. mbah Madun 2. mbah ki ageng penanggungan Al-Fatikha 1x
26. Ila Ruhi…/… (sebutkan nama kakek dan nenek minimal 2 turunan) Al-Fatikha…1x
27. Ila Ruhi wa jasadi Abi wa Umi … (ibu/ bapak) Al-Fatikha…1x
28. Ila Hadiyati babir rohmatin nafsi… (sebutkan nama istri dan anak bagi yg sudah menikah) Al-Fatikha…1x
29. Wakhususon wilayah (sebut nama dusun, desa kec. Kab. Prop. Pulau, NKRI) ‘jauhkan dari segala marabaha dan musibah aman3 ila yaumil qiyamah” al-fatihka ..1x
30. Ila hadroti ahya`i wal amwati min jami`issolikhina minal auliya`irrizalil arifin wal ulama`il amilin wajai`il auliya`i’ fi jawata wa madurota wa Indonesia wabil khossin jami`i sunan-sunan walisongo ajma`ina wasairissadati shoufiyatil muhakikina ainama kanu mim masyarikil ardlo ila maghoribiha innalloha yajma`una waiyahum wayahdina bi himayatihim yamahmina bihimamatihim wayumiduna bimadadihim wayu`iduna mim barokatihim wa asrorihim wa anwarihim wa`ulumihim fiddaroein, waila hadrotin mujtabah sollallohu alaihi wasallam alama nawassalafussolihk Al-Fatikha …3x
31. Ila hadroti ihwani dzkirina bi dzikril ghofilin wadzakiroti taghommada humullohu wamaghfirotu minallohi waridwan lahumul fatikha …1 x
32. Tahlil 100 x
33. lamabuda illaloh lamaksuda illalloh lamadzluba illalloh lamaujuda illalloh maula yasolliwasallim daiman abada ala habibika khoiril kholqikul lihimin huwal habibulladi turjasofa atuhu likullihau liminal ahwalimuktahimi
34. lishohibi burdati liqodoi hajatina wahajatiku min hawaijiddunya wal akhiroh al-fatikha …1x
P. Sholat at-taubah 2
rokaat
Niat : usolli sunnatan littaubati rokataini ada`an lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ ya Alloh terimalah tobat saya ampunilah segala dosa saya perkataan saya dan tingkah laku saya. segala tinglaku saya jadikanlah amal ibadah untukMu)
Q. Sholat Litsubutil Iman 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Litsubutil Iman rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ Ya Alloh tambahkan nikmat islamku nikmat imanku dan nikmat ihksanku, mudahkan segala urusanku, bahagiakanlah diriku ila yaumil qiyamah)
R. Sholat Birrul Walidain 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Birrul Walidain rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“Ya Alloh ampu1. Rahasia dibalik Dzikir Jahar
Niat : usolli sunnatan littaubati rokataini ada`an lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ ya Alloh terimalah tobat saya ampunilah segala dosa saya perkataan saya dan tingkah laku saya. segala tinglaku saya jadikanlah amal ibadah untukMu)
Q. Sholat Litsubutil Iman 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Litsubutil Iman rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ Ya Alloh tambahkan nikmat islamku nikmat imanku dan nikmat ihksanku, mudahkan segala urusanku, bahagiakanlah diriku ila yaumil qiyamah)
R. Sholat Birrul Walidain 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Birrul Walidain rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“Ya Alloh ampu1. Rahasia dibalik Dzikir Jahar
Hingga kini, masih banyak orang yang under estimate,
merasa tidak mempercayai dengan dalil suudzon dan syak
wasangka, apakah benar ada yang dinamakan dzikir jahar atau
dzikir keras. Kebanyakan dari mereka, mengira bahwa yang dinamakan dzikir keras
itu sesuatu yang tidak ada riwayat dari Rasulnya. Benarkah?
Sebagai ilustrasi, sebagaimana orang bijak pernah berkata,
bahwa manusia akan dikumpulkan dengan orang yang disukainya. Jika ia mencintai
musik, maka ia akan berkumpul dengan para pecinta musik. Jika ia mencintai
hobi motor cross misalnya, maka ia akan berkumpul dengan
mereka yang mencitai hobi yang sama. Tidak perduli dengan suara bising dan
dentuman musik yang menjadi-jadi. Bagi mereka yang penting adalah mencari
kenikmatan.
Ya, begitulah bahwa manusia akan dikumpulkan bersama dengan
orang yang memiliki hobi dan minat yang sama. Demikian juga dengan dzikir, atau
bagi mereka yang menyukai dzikir. Timbulnya pertanyaan, benarkah ada dzikirjahar,
ialah keluar dari mereka yang memang belum mencintai apa itu dzikir jahar.
Padahal, Allah sendiri
adalah firman-Nya menyatakan bahwa orang yang beriman yang memiliki hati suci,
jika mendengar dzikir akan tersentuh dan gemetar hatinya, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya
bertambah kuat imannya dan mereka hanyakepada Allah saja berserah diri” (QS. Al Anfal ayat 2).
Dalam ayat ini, Allah memberi isyarat bahwa mereka yang
beriman tidak akan merasa resah tetapi akan tersentuh hati dan jiwanya jika
mendengarkan dzikir. Dari ayat
ini yang menjadi titik tekan adalah dalam kata dzukiro, yang
berarti dzikir itu dibacakan. Berarti orang yang beriman itu mendengar bacaan
dzikir, lalu mereka bergetar hatinya. Kemudian, kita bisa menyimpulkan bahwa
apa pun yang bisa didengar atau terdengar itu adalah suara yang dinyaringkan
atau dikeraskan. Berarti dzikir dalam ayat tersebut adalah dzikir jahar atau
dzikir yang dinyaringkan. Untuk lebih jelasnya, maka kita uraikan satu per satu
ayat Al Quran dan Hadits yang menerangkan tentang dzikirjahar.
HUKUM
DZIKIR KERAS (JAHAR) DALAM AL-QUR’AN DAN
AL-HADITSHUKUM DZIKIR JAHAR DALAM AQUR’AN
-
1. Q.S. AL-‘AROF AYAT 204 :
“Dan
apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat .”
Penjelasan
ayat ini bukan menunjukan dzikir dalam hati tapi dzikir yang terdengar atau
dzikir keras. Namun, Ayat di atas seakan bertentangan dengan Al-Qur’an dan
hadits yang lain tentang anjuran untuk berdzikir dalam hati seperti
Q.S.Al-‘Arof ayat 205: “Sebutlah nama Allah di dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan tidak dengan suara yang keras dari pagi sampai petang, Dan
janganlah dirimu menjadi golongan yang lupa (lalai).”
Sebenarnya
Ayat 205 ini tidaklah bertentangan dengan ayat 204 yang menunjukan akan
diperintahkannya dzikirjahar. Dan ayat 205 ini tidak bisa dijadikan
alasan untuk melarang dzikir keras karena akan bertentangan dengan dzikir yang
telah umum yang biasa dibaca dengan suara keras, seperti takbiran, adzan,
membaca talbiyah ketika pelaksanakan haji, membaca al-qur’an
dengan dikeraskan atau dilagukan, membaca sholawat dangan suara keras dan
lain-lain. Hanya saja, Q.S Al’Arof ayat 205 ini hanya menjelaskan tentang
dzikir yang tidak memakai gerak lidah yaitu dzikir dalam hati atau khofi. Jadi
penjelasan Ayat 205 ini menunjukan, bagaimanapun bentuknya dzikir jika dibaca
dalam hati pasti tidak akan mengeluarkan suara karena dzikirnya sudah
menggunakan hati, bahkan sudah tidak menggunakan gerak lidah.
Kesimpulan
dari dua ayat itu, Allah menunjukan adanya perintah dibolehkannya berdzikir
dengan jahar (keras) maupun dzikir dalam hati (khofi)
yang tidak memakai gerak lidah.
-
2. Q.S.AL-BAQOROH AYAT 200 :
“Apabila
engkau telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menywebut
nama Allah) sebagaimana kamu menyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau
bahkan berdzikirlah lebih (nyaring dan banyak) daripada itu.”
Menurut
Ibnu Katsir, latar belakang turunnya ayat ini ialah kebiasaan bangsa Arab, baik
suku quraisy maupun lainnya pada musim haji mereka biasanya berkumpul di
Mudzalifah setelah wukuf di Arafah.
Disitu mereka membanggakan kebesaran nenek moyang mereka dengan cara
menyebut-nyebut kebesaran nenek moyang mereka itu dalam pidato mereka. Ketika
telah memeluk agama Islam, Nabi memerintahkan mereka hadir di Arafah
untuk wukuf kemudian menuju mudzdalifah.
Setelah mabit di mudzdalifah mereka
diperintahkan untuk meninggalkan tempat itu dengan tidak menunjukan perbedaan
diantara mereka (dengan cara menyebut kebesaran nenek moyang) seperti yang
mereka lakukan pada masa pra Islam.
Berbeda
dengan Ibnu Katsir, yaitu Mahmud Hijazi menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,
bila kamu selesai mengerjakan haji maka berdzikirlah kepada Tuhanmu dengan baik
(dengan cara menyebut-nyebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut-nyebut nama
nenek moyangmu sewaktu kamu jahiliyah atau sebutlah nama Allah
itu lebih keras daripada kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu itu. Begitu
pun penafsiran Ibnu Abbas, seperti terdapat dalam kitab Tanwir al Miqbas ketika
menafsirkan kata aw asyadda dzikro yang berarti menyebut Allah
dengan mengatakan “Ya Abba” seperti menyebut nenek moyang “Ya Allah”.
Dua
pendapat mufasir di atas mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa menyebut nama
Allah dalam pengertian dzikrullah dianjurkan setelah menunaikan ibadah haji,.
Dzikrullah tersebut dikerjakan dengan suara keras, bahkan boleh dengan suara
yang lebih keras daripada suara jahiliyah tatkala mereka menyebut nama nenek
moyang mereka ketika berhaji.
-
3. Q.S. AL-BAQOROH AYAT 114 :
“
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi-halangi menyebut
nama Allah di dalam mesjid-mesjid-Nya ..”
-
4. Q.S. AN-NUR AYAT
36 :
“ Didalam
semua rumah Allah diijinkan meninggikan (mengagungkan) suara untuk berdzikir
dengan menyebut nama-Nya dalam mensucikan-Nya sepanjang pagi dan petang.”
-
5. Dan lain-lain
HUKUM
DZIKIR JAHAR MENURUT HADITS ROSUL
HADITS
KE SATU
Dalam
Kitab Bukhori jilid
1:
Dalam
hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Abbas ra.,
berkata: “Inna rof’ash shauti bidzdzikri hiina yanshorifunnaasu minal
maktuubati kaana ‘ala ‘ahdi Rosuulillaahi sholallaahu alaihi wasallam kuntu
‘alamu idzaanshorrofuu bidzaalika sami’tuhu.” Artinya :“Sesungguhnya
mengeraskan suara dalam berdzikir setelah manusia-manusia selesai dari sholat
fardlu yang lima waktu benar-benar terjadi pada zaman Nabi Saw. Saya (ibnu
Abbas) mengetahui para sahabat melakukan hal itu karena saya mendengarnya .”
Selanjutnya
dalam hadits :“Suara yang keras dalam berdzikir bersama-sama pada waktu
tertentu atau ba’da waktu sholat fardhu, akan berbekas dalam menyingkap hijab,
menghasilkan nur dzikir” (HR. Bukhari).
-
HADITS KE DUA
Dari
Abu Khurairah ra, katanya Rasulullah bersabda: “Allah berfirman; ‘Aku berada
di dalam sangkaan hamba-Ku tentang diri-Ku, Aku menyertainya ketika dia
menyebut-Ku, jika dia menyebut-Ku kepada dirinya, maka Aku menyebutnya kepda
diri-Ku. Maka jika menyebut-tu di depan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya
di tempat yang lebih baik daripada mereka” (HR. Bukhari).
Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut ‘di depan orang banyak’,
berarti dzikir tersebut dilakukan secara jahar.
-
HADITS KE TIGA
Diriwayatkan
di dalam Al Mustadrak dan dianggap saheh, dari Jabir ra. berkata: “Rasulullah
keluar menjumpai kami dan bersabda: ‘Wahai saudara-saudara, Allah memiliki
malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis-majlis dzikir di dunia.
Maka penuhilah taman-taman syurga’. Mereka bertanya:’Dimanakah taman-taman
syurga itu?’. Rasulullah menjawab: ‘Majlis-majlis dzikir.’ Kunjungilah dan
hiburlah diri dengan dzikir kepada Allah” (HR. Al Badzar dan Al
Hakim). Penjelasan hadits ini, bahwa dalam kalimat ‘malaikat yang pergi
berkeliling dan berhenti di majlis dzikir di dunia’maksudnya
berarti dzikir dalam hal ini adalah dzikir jahar yang
dilakukan manusia. Karena malaikat hanya mengetahui dzikir jahar dan
tidak mampu mengetahui dzikir khofi. Hal ini sebagaimana sabda
Rasul: “Adapun dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat yakni dzikir
khofi atau dzikir dalam hati yakni dzikir yang memiliki keutamaan 70x lipat
dari dzikir yang diucapkan” (HR. Imam Baihaqi dalam
Kitab Tanwirul Qulub hal.509).
-
HADITS KE EMPAT
Hadits
yang dishohehkan oleh An Nasai dan Ibdu Majjah dari As Sa’ib dari Rasululah
SAW, beliau bersabda: “Jibril telah datang kepadaku dan berkata,
‘Perintahkanlah kepada sahabat-sahabatmu untuk mengeraskan suaranya
di dalam takbir”(HR. Imam Ahmad Abu Daud At Tirmidzi).
Penjelasan
hadits ini, bahwa sangat jelas tidak dilarangnya dzikir keras tetapi dianjurkan
untuk melakukan dzikirjahar.
-
HADITS KE LIMA
Didalam
kitab Sya’bil Iman dari Abil Jauza’ ra. berkata :“Nabi Saw, bersabda,
“Perbanyaklah dzikir kepada Allah sampai orang-orang munafik berkata bahwa
kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” (H.R.Baihaqi)
Penjelasan
hadits ini, jika dikatakan menyebut “orang-orang munafik berkata bahwa
kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” Hadits ini menunjukan
dzikir jahar karena dengan dzikir jahar (terdengar)
itulah orang munafik akhirnya menyebutnya ria .
-
HADIITS KE ENAM
Juga
dalam kitab Sya’bil Iman yang di shohehkan oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id Al-Khudri
ra., berkata :“Nabi Saw, bersabda,” Perbanyaklah dzikir kepada Allah kendati
kalian dikatakan gila”. (H.R.Al-Hakim danAl-Baihaqi)
-
HADITS KE TUJUH,
Dari
Jabir bin Abdullahra, berkata :“Ada seorang yang mengeraskan suaranya
dalam berdzikir, maka seorang berkata, “ semestinya dia merendahkan suaranya.”
Rosulullah bersabda,” Biarkanlah dia,sebab sesungguhnya dia adalah lebih
baik.“ (Al-Baihaqi). Dari Sa’id bin Aslam ra., katanya Ibnu Adra’
berkata, “ Aku menyertai Nabi Saw. Pada suatu malam, lalu melewati
seseorang di mesjid yang mengeraskan suaranya, lalu aku berkata, “ Wahai
Rosulullah, tidaklah ia termasuk orang ria ? “ Beliau menjawab, “ Tidak,tetapi
dia pengeluh,” (H.R.Baihaqi).
PENDAPAT
PARA ULAMA TENTANG DZIKIR JAHAR
Imam
An-Nawawi berkata : “Bahwa bacaan dzikir sir (samar) lebih utama
apabila takut ria, atau khawatir mengganggu orang yang sedang sholat atau
tidur. Sedangkan yang jahar (dzikir keras) lebih baik apabila tidak ada
kekhawatiran tentang hal ini, mengingat amalan di dalamnya lebih banyak
manfaatnya, karena ia dapat membangkitkan kalbu orang yang membaca atau yang
berdzikir, ia mengumpulkan semangat untuk berfikir, mengalahkan pendengaran
kepadanya, mengusir tidur, dan menambah kegiatan” (dalam
Kitab Haqiqot Al-Tawwasulu wa Al-Wasilat Al-Adlow’il kitabi wa As-Sunnah).
Syekh
Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal
108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal
‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir,
sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang
yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan
wajib bagi murid-murid yang masih didalam tahap belajar menuju Allah, untuk
mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu
penghalang kepada Allah yang telah menjadikan hati jadi keras bagaikan batu,
penghalangnya yaitu seperti sipat malas, sombong, ria, iri dengki dan
sebagainya)
Imam
Al-Ghozali r.a. mengatakan: “Sunnat dzikir keras (jahar) diberjemaahkan
di mesjid karena dengan banyak suara keras akan memudahkan cepat hancurnya hati
yang keras bagaikan batu, seperti satu batu dipukul oleh orang banyak maka akan
cepat hancur”.
KENAPA
MESTI DZIKIR KERAS?
Ulama
ahli ma’rifat mengatakan bahwa untuk mencapai ma’rifat kepada Allah bisa
diperoleh dengan kebeningan hati. Sedangkan kebeningan hati itu bisa dicapai
dengan suatu thoriqoh (cara), diantaranya banyak berdzikir
kepada Allah. Jadi, ma’rifattidak akan bisa diperoleh jika hati kita busuk
penuh dengan kesombongan, ria, takabur, iri dengki, dendam, pemarah, malas
beribadah dan lain-lain. Oleh sebab itu dzikir diantara salah satu cara (thiriqoh)
untuk membersihkan hati.
Sebab,
manusia sering menyalahgunakan fitrah yang diberikan Tuhan, sehingga hati mereka
menjadi keras. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut, mendorong manusia
memiliki hati yang keras melebihi batu. Hal tersebut sebagaimana kalimat yang
tercantum dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat 74: “tsumma qosat
quluubukumminba’di dzaalika fahiya kal hijaaroti aw asyaddu qoswatun”, artinya “Kemudian
setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,bahkan lebih keras lagi”.Dari
ayat tersebut hati manusia yang membangkang terhadap Allah menjadikan hatinya
keras bagaikan batu bahkan lebih keras daripada batu.
Maka,
jalan keluarnya untuk melembutkan hati yang telah keras bagaikan batu sehingga
kembali tunduk kepada Allah, sebagaimana Ulama ahli ma’rifat mengatakan
penafsirkan ayat tersebut, sebagaimana dalam kitab miftahu Ash-Sshudur karya
Sulthon Awliya Assayyid Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Ahmad Shohibul
wafa Tajul ‘Arifin r.a. bahwa “fakamaa annal hajaro laa yankasiru illa
biquwwatin dlorbil muawwil fakadzaalikal qolbu laayankasiru illa
biquwwati ”, artinya “sebagaimana batu tidak pecah kecuali bila dipukul
dengan tenaga penuh pukulan palunya, demikian hati yang membatu tidak akan
hancur kecuali dengan pukulan kuatnya suara dzikir. “liannadz dzikro
laa yu’tsiru fiijam’i tsanaati qolbi shohibihi illa biquwwatin”, artinya
“ Demikian pula dzikir tak akan memberi dampak dalam menghimpun fokus
hati pendzikirnya yang terpecah pada Allah kecuali dengan suara keras”.
Syekh
Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal
108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal
‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir,
sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang
yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan
wajib bagi murid-murid yang masih di dalam tahap belajar menuju Allah, untuk
mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu
penghalang yang akan menghalangi kita dekat kepada Allah, seperti sifat-sifat
jelek manusia: iri, dengki, sombong, takabur,dll yang disumberkan oleh hati
yang keras).
CARA
BERDZIKIR DENGAN KERAS YANG DIAJARKAN ROSUL
Dalam
hadits shohihnya, dari Yusuf Al-Kaorani : “Sesungguhnya Sayyidina ‘Ali
r.a. telah bertanya pada Nabi Saw. : Wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku
macam-macam thoriqot (jalan) yang paling dekat menuju Allah dan yang paling
mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama di sisi Allah, maka Nabi Saw
menjawab: wajiblah atas kamu mendawamkan dzikkrullah: Sayyidina ‘Ali r.a
bertanya lagi: Bagaimana cara berdzikirnya ya Rosulallah? Maka Nabi menjawab:
pejamkan kedua matamu, dan dengarkan (ucapan) dariku tiga kali, kemudian
ucapkan olehmu tiga kali, dan aku akan mendengarkannya. Maka Nabi Saw.
Mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali sambil memejamkan kedua matanya dan
mengeraskan suaranya, sedangkan Sayyidina ‘Ali r.a mengucapkan LAA ILAAHA
ILLALLAH tiga kali, sedangkan Nabi Saw memdengarkannya”. (Hadits
dengan sanad sahih, dalam kitab Jami’ul Ushul Auliya)
Dalam
kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar
terjaga dari datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat
Al’Arof ayat 17: “Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada manusia
melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri”. Ayat ini
menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda manusia agar menjadi ingkar
terhadap Allah. Jelas, sasarannya manusia melalui empat arah; 1. Depan
2.Belakang 3.Kanan 4.Kiri.Maka, dzikirnya pun harus menutup empat arah. Dalam
kitab Tanwirul Qulub: ucapkan kalimat “LAA”dengan diarahkan
dari bawah pusat tarik sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang
datang dari arah depan dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena
syetan mengganggu otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu
suuddzon. Dan “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan
kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun ini
untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan “ILLALLAH”diarahkan
ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya, hal ini untuk menutup pintu
syetan yang datangnya dari arah kiri, namun lapadz jalalah yaitu
lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah
sekitar dua jari, karena disanalah letaknya jantung atau hati (keras bagaikan
batu) sebagaimana pendapat Imam Al-ghozali.
Syarat
berdzikir menurut para Ulama Tasawuf:
1.
Dengan berwudlu sempurna
2.
Dengan suara kuat/ keras
3.
Dengan pukulan yang tepat ke hati sanubari
MANA
YANG PALING UTAMA, DZIKIR KERAS (JAHAR) ATAU DZIKIR HATI (KHOFI)?
Dalam
kitab ulfatu mutabarikin dan kitab makanatu
Adz-dzikri bahwasanya Rosul pernah bersabda: “sebaik-baik dzikir
adalah dalam hati”. Dalam kitab tersebut dijelaskan hal itu bagi orang yang
telah mencapai kelembutan bersama Allah, hati bersih dari penyakit, hati yang
sudah lembut. Sedangkan dzikir keras itu lebih utama bagi orang yang hatinya
keras bagaikan batu, sehingga sulit untuk tunduk pada perintah Allah karena
sudah dikuasai oleh nafsunya.
Dalam
kitab Miftahu Ash-Shudur karya Sulthon Auliya As-Sayyid
Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin
r.a. bahwa “ Sulthon Awliya As-Sayyid Syekh Abu A-Mawahib
Asy-Syadzili r.a. berkata:“Para ulama toriqoh berbeda pendapat tentang mana
yang lebih utama, apakah dzikir sir (hati) atau dzikir jahar (keras), menurut
pendapat saya bahwa dzikir jahar lebih utama bagi pendzikir tingkat pemula
(bidayah) yang memang hanya dapat meraih dampak dzikir dengan suara keras dan
bahwa dzikir sir (pelan) lebih utama bagi pendzikir tingkat akhir (nihayah) yang
telah meraih Al-Jam’iyyah (keteguhan hati kepada Allah)” .
Imam
Bukhori, dalam kitab Sahihnya bab dzikir setelah salat fardlu, berkata: “ Ishaq
ibnu Nasr memberitahu kami, dia berkata’Amru memberitahu saya bahwa Abu Ma’bad,
pelayan Ibnu Abbas, semoga Allah meridloi keduanya, memberitahu Ibnu Abbas
bahwa “Mengeraskan suara dalam berdzikir ketika jama’ah selesai dan
shalat fardlu sudah biasa dilakukan pada masa Nabi Muhammad. Ibnu Abbas
berkata: “Aku tahu hal itu, saat mereka selesai shalat karena aku mendengarnya”.
Sayyid Ahmad Qusyayi. Q.s., berkata: ”inilah dalil keutamaan dzikir keras
(jahar) yang didengar orang lain, dengan demikian ia membuat orang lain
berdzikir kepada Allah dengan dzikirnya kepada Allah“.
DZIKIR
KERAS MERESAHKAN?
Dzikir
keras tidak akan meresahkan atau mengganggu orang yang hatinya penuh dengan
cinta kepada Allah. Dengan terdengarnya dzikir menjadi magnet (daya tarik) yang
kuat bagi orang yang beriman, bahkan menjadi kenikmatan tersendiri. Sebagaimana
firman Allah dalam Al-qur’an QS.Al-Anfal ayat 2 :
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat
imannya dan mereka hanya kepada Allah saja berserah diri” .
ALLAH
TIDAK TULI
Ada
anekdot dari seorang Ulama Tasawuf pengamal thoriqoh: suatu
hari ada dialog antara mahasiswi dan ulama tasawuf. Mahasiswi bertanya: “Pak
Kiai, kenapa dzikir mesti keras (jahar) padahal Allah itu tidak tuli?”.
Ulama Tasawuf menjawab dengan membalikan pertanyaan: “yang bisa kena sifat tuli
itu yang memiliki telinga atau tidak?”. Mahasiswi menjawab: “iya yang punya
telinga”. Ulama Tasawuf kembali bertanya: “Kalau Allah punya telinga tidak?”.
Mahasiswi menjawab: “tidak punya”. Ulama tasawuf kembali bertanya lagi: “apakah
dengan suara keras makhluk akan merusak pendengaran Allah?”. Mahasiswi
menjawab: “tidak Pak Kiai”.
Selanjutnya Ulama Tasawuf
mengatakan: “oleh sebab itu istighfarlah dan bersyahadatlah dengan baik,
bagaimanapun Allah tidak akan tuli dan tidak akan rusak pendengaran-Nya oleh
suara kerasnya makhluk. Bagi-Nya suara keras maupun pelan terdengar oleh Allah
sama. Hanya saja, hati manusia yang tuli akan perintah Allah. Jadi, dzikir
keras bukan untuk Allah dan bukan ingin didengar oleh Allah karena Allah sudah
tahu. Tapi tujuan dzikir keras itu diarahkan untuk hati yang tuli kepada Allah
yang keras bagaikan batu sedangkan kita tahu batu itu tidak akan hancur kecuali
dengan pukulan yang kuat, begitupun hati yang keras bagaikan batu tidak akan hancur
kecuali dengan suara pukulan dzikir yang kuat. Jadi, Allah tidak butuh akan
dzikir kita, sebaliknya kitalah yang butuh akan dzikir kepada Allah supaya hati
menjadi lembut, bersih dan ma’rifat kepada Allah.
ZIKIR:
NUR DI ATAS NUR
Dalam praktik-praktik keruhanian
Tasawuf, selalu ada unsur-unsur yang tidak memberi ruang yang bisa dijangkau
akal-rasional. Karena dimensi “operatif” dari Tasawuf ini sebagian besar
berlangsung di wilayah batin yang tidak berurusan dengan dimensi empiris, maka
akal-rasional, pada level tertentu, tidak bisa dijadikan dasar untuk
memverifikasi kebenaran suatu doktrin Sufi. Artinya, walaupun pada taraf
tertentu akal tetaplah harus hidup dan dipakai, tetapi ada masa-masa ketika
akal dan nalar-rasional harus diistirahatkan sepenuhnya, dan beralih secara
bertahap ke penggunaan “mata hati yang bercahaya” atau qalb. Sebab, seperti
firman Allah dalam hadis qudsi, “hanya hati (qalb) orang beriman yang mampu
menampung-Ku, alam semesta tidak bisa.” Juga, “Allah tidak melihat pada
bentukmu, tetapi pada hati-Mu.”
Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.
Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8). Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa, dan vice versa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).
Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.
hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:
Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.
Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).
ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.
Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.
Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.
Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)
Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.
Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8). Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa, dan vice versa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).
Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.
hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:
Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.
Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).
ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.
Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.
Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.
Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)
SHOLAWAT AZHIMIYYAH
ALLAAHUMMA INNII AS ‘ALUKA BI NUURI WAJHILLAAHIL
‘AZHIIM. WA QOOMAT BIHII ‘AWAALIMULLAHIL ‘AZHIIM. ANTUSHOLLIYA ‘ALAA MAWLAANAA
MUHAMMADIN DZIL QODRIL ‘AZHIIM. WA ‘ALAA AALI NABIYYILLAHIL ‘AZHIIM. BIQODRI
‘AZHOMATI DZAATILLAHIL ‘AZHIIM. FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADAMA FII
‘ILMILLAHIL ‘AZHIIM. SHOLAATAN DAA ‘IMATANM BIDAWAAMILLAAHIL ‘AZHIIM.
TA’ZHIIMAL LIHAQQIKA YAA MAWLAANAA YAA MUHAMMAD YAA DZAL KHULUQIL ‘AZHIIM.
WASALLIM ‘ALAYHI WA ‘ALAA AALIHII MITSLA DZAALIK. WAJMA’ BAYNII WABAYNAHUU
KAMAA JAMA’TA BAYNAR RUUHI WANAFS, ZHOOHIROW WABAATHINAA, YAQHZHOTAW
WAMANAAMAA. WAJ’ALHU YAA ROBBI RUUHAL LIDZAATII MIN JAMII’IL WUJUUHI FID DUNYAA
QOBLAL AAKHIROTI YAA ‘AZHIIM.
Yaa Allah sesunggguhnya aku memohon kepadaMu dengan cahaya
Wajah Allah Yang Agung. Yang memenuhi tiang-tiang Arasy Allah Yang Agung. Dan
dengannya berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang Agung. Agar shalawat
tersampaikan atas pelindung kami, Muhammad SAW, yang memiliki derajat yang
Agung. Dan atas keluarga nabi Allah Yang Agung. Dengan ukuran Keagungan Zat
Allah yang Agung. Disetiap kedipan dan nafas, sebanyak apa yang termaktub dalam
Ilmu Allah Yang Agung. Shalawat yang sentosa dengan Kekekalan Allah Yang Agung.
(sebagai) pengagungan terhadap Haq (kebenaran) engkau wahai Muhammad, yang
memiliki akhlak (perangai) yang Agung. Dan salam atas beliau SAW serta
keluarganya, semisal yang demikian itu . dan satukanlah aku dengan Beliau
sebagaimana engkau satukan ruh dengan nafas, secara zhahir dan batin, dalam
keadaan terjaga (sadar) atau tidur (mimpi). Dan jadikanlah beliau yaa Tuhanku,
sebagai ruhani jiwaku, di setiap arah, didunia ini sebelum (datangnya) hari
akhir, wahai Zat yang memiliki Keagungan.
Ada sebuah
peristiwa menakjubkan sehubungan dengan shalawat ini. Al-Arif billah Habib Abu
Bakar bin Abdullah ‘Atthas memperoleh shalawat ini dari SAYYID AHMAD BIN IDRIS
secara langsung . Beliau lalu menulis shalawat ini dan menyimpannya dalam tas
pakaian. sewaktu berlayar dilaut , seorang darwis ahli sir batin dan kasyaf
melihat cahaya keluar dari tas Habib Abu Bakar hingga ke langit. Ia lalu
memberitahukan apa yang dilihatnya kepada Habib Au Bakar. habib abu Bakar
berkata kepadanya, ” Tas ku ini hanya berisi pakaian dan shalawat”. habib Abu
Bakar lalu menunjukan sholawat itu kepada si Darwisy.
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad
bin Idris al-Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 – 1837 M). Sebenarnya Tarekat
ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang
diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas’ud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad
bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan
berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh
Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan
mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik. Oleh
karenanya tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang
erat dengan nama-nama Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah, Mirghaniyyah,
Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah. Bahkan
Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40
Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya ‘Salsabil Mu’in fi
Tharaa-iqul Arba’iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah
Thariqah Mu’tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40).
Syekh Ahmad bin Idris berguru kepada Syekh Abdul Wahab
at-Tazi, yang merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab
Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada
murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang diperolehnya
dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina
Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Beliau diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah
dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir As. Namun yang masih eksis
diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah adalah Shalawat ‘Azhimiyyah,
Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena
menggunakan jalur Nabi Khidhir As hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur
pengajaran syari’at Tarekat ini menggunakan jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Qs. hingga kepada Sayidina Hasan Ra.
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia adalah
Tarekat yang dibawa oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang
sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya
dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais,
Mekah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Al-Idrisiyyah diteruskan oleh Syekh
Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam
ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam
berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan
berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama’ahnya
menjauhi perkara haram dan makruh seperti merokok. Adapun dalam aspek
peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama’ah termasuk salat
sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di
Indonesia, karena banyak berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada
Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah
diambil dari nama depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia,
karena alasan politis nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah.
Mengingat pergerakan Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para penjajah
Barat.
AWRAD DAN DZIKIR
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama’ah
Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba’da Maghrib hingga Isya dan ba’da Shubuh
hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara
nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu
dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama ‘Hadiqatur Riyahin’ yang
merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan
(awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian
seorang murid Idrisiyyah adalah:
Membaca Al-Quran satu Juz,
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah adalah
menunaikan salat tahajjud dan membaca Sholawat Azhimiiyyah sebanyak 70 kali
sesudah ba’da Shubuh hingga terbit Fajar.
@@@
SHOLAWAT SYEKH
HABIB Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy
ALLAHUMMA SHALLI WA SALLIM ALAA SAYIDINA
MUHAMMADIN NABIYIIL UMMIY WA ALAA ALIHI WA SHAHBIHI WASALIM BI ADADI SHALAWATULLAH
WA ANBIYA’IHI WA RASULIHI WA MALAIKATIHI WA AWLIYA’IHI, WA YANFA’UNA BIHAA MIN
BARAKATIHIM WA ANWARIHIM WA ASRARIHIM WA NAFAKHATIHIM WA ‘ALAA AWLADINA WA
ABNAA’INA WA BANATINAA WA AHLI BAITINA WA AHBABINA WA LIMAN AHABUHUM WA LIMAN
AHSANA ILAYNA FIIKA FII DUNYA WAL AKHIRAH BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAHIMIN
Yaa Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Baginda
Sayidina Muhammad Nabi yang Ummi dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya,
dengan shalawatnya Allah dan shalawatnya para Nabi, shalawatnya para Rasul dan
Shalawatnya para malaikat serta shalawatnya para Awliya-Nya, yang memberikan
kepada kita barakahnya, cahayanya, rahasianya, manfaatnya kepada kita, anak
cucu keturunan kita, keluarga kita, ahli bait kita, kecintaan kita dan yang
mencintai kita, dan orang-orang yang berbuat baik kepada kita karena Allah di
dunia dan akhirat, dengan rahmat dari Mu, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
Diijazahkan dan dihadiahkan dari Syekh al-Allamah
al-Arifbillah Al-Walid al-Habib Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Ba’Alawy. Shalawat luar biasa yang mencakup seluruh shalawat-shalawat yang ada,
yang manfaat serta barakahnya menyeluruh meliputi anak cucu keturunan dan
keluarga kerabat kita. Boleh di baca sekali, atau tiga kali. Beliau menganjurkan
untuk dibaca tujuh kali pagi dan sore/malam.
Assalamu`alaikum Wr.Wb
Bismillah hirohmanirrohim
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puji bagi alloh SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita sekalian, sholawat serta salam kita hatur kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya hormati sesepuh KWA Ki wongalus, saudaraku dan sedulurku semua yang saya hormati pula. Izikan sekali lagi saya disini untuk memposting amalan Dzikir Agung Wong Tani.
Bismillah hirohmanirrohim
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puji bagi alloh SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita sekalian, sholawat serta salam kita hatur kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya hormati sesepuh KWA Ki wongalus, saudaraku dan sedulurku semua yang saya hormati pula. Izikan sekali lagi saya disini untuk memposting amalan Dzikir Agung Wong Tani.
Deskripsi :
I. Pendahuluan :
Dzikir ini meliputi 3 komponen permohonan
a. (sholawat, tahmid, takbir, Tahlil dll) pada doa ini kita bersifat memuji kebesaran Asma Alloh serta utusanNya,
b. (Tawasul/ pemberian hadiah/ Pemohonan batuan Doa/ mohon penyaksian) kepada para leluhur hujatul islam dari berbagai latar belakang serta para leluhur tanah jawa, tawasul ini diharapkan para auliyaillahita`ala memberi hadiah kepada sang pembaca atau mereka akan membatu kita dalam permohonan ini serta memberikan berbagai barokah yang di miliki masing2 leluhur disini terdapat lebih 50 kekasih Alloh SWT. Yang akan kita mintai perantara / barokah/bantuan dlm berbagai hal dalam doa` ini, dalam proses membaca sebagian besar wali-wali alloh akan datang berada disekitar kita untuk turut medoakan kita pada saat itu juga terutama bagi yang sudah istiqomah. Kenapa tawasulnya kok begitu banyak? Karena mereka2 adalah wali alloh yang telah banyak mengarang dan menyusun berbagai keilmuan dari berbagai sisi dan dimensi, insyaalloh tanpa kita belajar ilmunya kita akan mendapatkan secara langsung wali-wali alloh tersebut ilmu tersebut tanpa kita minta amin3x.
c. (Sholat wajib, sholat sunnah nawafil, Tobat, Lidafil bala`, Birrul walidain dll) disini sholat merupakan ujung tingkat tinggi dalam berdoa yaitu sholat di mana setelah kita memuji Alloh yang telah digariskan adalah hanya melalui sholat juga bersamaan kita minta sarana bantuan kepada leluhur Wali Alloh baik di wilayah tanah arab dan wali Nusantara RI untuk membawa doa kita pada sisi Alloh SWT. Jadi sholat merupakan ujung dari segala doa.
Dari semua itu kami menyimpulkan sebagai Dzikir Segitia Emas, karena antara sisi satu dengan yang lainnya saling menguatkan untuk membetuk segitiga trapezium menuju Alloh SWT.
II. Nama :
Asmak ini diberi nama cukup istimewa karena amalan ini adalah warisan dari beberapa guru yang kemudian saya simpulkan dan diringkas serapi-rapinya sehingga menjadi bentuk seperti ini. Termasuk didalamnya terdapat Dzikrul Ghofilin dari Mbah Khamid, Gus Miek, Mbah siddiq, serta dari kyai-kyai lain yg tidak bisa di sebut satu persatu.
Dzikir ini meliputi 3 komponen permohonan
a. (sholawat, tahmid, takbir, Tahlil dll) pada doa ini kita bersifat memuji kebesaran Asma Alloh serta utusanNya,
b. (Tawasul/ pemberian hadiah/ Pemohonan batuan Doa/ mohon penyaksian) kepada para leluhur hujatul islam dari berbagai latar belakang serta para leluhur tanah jawa, tawasul ini diharapkan para auliyaillahita`ala memberi hadiah kepada sang pembaca atau mereka akan membatu kita dalam permohonan ini serta memberikan berbagai barokah yang di miliki masing2 leluhur disini terdapat lebih 50 kekasih Alloh SWT. Yang akan kita mintai perantara / barokah/bantuan dlm berbagai hal dalam doa` ini, dalam proses membaca sebagian besar wali-wali alloh akan datang berada disekitar kita untuk turut medoakan kita pada saat itu juga terutama bagi yang sudah istiqomah. Kenapa tawasulnya kok begitu banyak? Karena mereka2 adalah wali alloh yang telah banyak mengarang dan menyusun berbagai keilmuan dari berbagai sisi dan dimensi, insyaalloh tanpa kita belajar ilmunya kita akan mendapatkan secara langsung wali-wali alloh tersebut ilmu tersebut tanpa kita minta amin3x.
c. (Sholat wajib, sholat sunnah nawafil, Tobat, Lidafil bala`, Birrul walidain dll) disini sholat merupakan ujung tingkat tinggi dalam berdoa yaitu sholat di mana setelah kita memuji Alloh yang telah digariskan adalah hanya melalui sholat juga bersamaan kita minta sarana bantuan kepada leluhur Wali Alloh baik di wilayah tanah arab dan wali Nusantara RI untuk membawa doa kita pada sisi Alloh SWT. Jadi sholat merupakan ujung dari segala doa.
Dari semua itu kami menyimpulkan sebagai Dzikir Segitia Emas, karena antara sisi satu dengan yang lainnya saling menguatkan untuk membetuk segitiga trapezium menuju Alloh SWT.
II. Nama :
Asmak ini diberi nama cukup istimewa karena amalan ini adalah warisan dari beberapa guru yang kemudian saya simpulkan dan diringkas serapi-rapinya sehingga menjadi bentuk seperti ini. Termasuk didalamnya terdapat Dzikrul Ghofilin dari Mbah Khamid, Gus Miek, Mbah siddiq, serta dari kyai-kyai lain yg tidak bisa di sebut satu persatu.
III. Proses Peyusunan
Dzikir ini disusun layak lahirnya seorang bayi, perlu perawatan diuji lalu dirasakan di telaah manfaat dan faedahnya di dilihat latar belakang setiap kalimat setiap wali-wali alloh yang dikirimi fatikha serta kitab-kitab, doa dan asma-asma yang telah di karang oleh mereka sampai pada dampak langsung posisi kita di akhirat pada saat sidang ila yaumil qimayah sampai perjalanan sidratul muntaha. Karena memang begini tidak serta merta tersusun langsung jadi seperti ini dulu hanya poit A-E lalu Dzikrul Ghofilin kemudian meningkat tambah banyak dan insyaalloh mentok sampai disini tingkat paling tinggi.
Butuh 2 tahun untuk merampungkannya selesai pada tahun 2003 meskipun tidak pernah saya tulis dalam lembaran apapun. Pada tahun 2010 bulan juli ada tambahan 2 asmak pada poin M dan N yang saya ambil sesepuh di ASR mencari ridho alloh SWT. Di kampus KWAngen ini.
sebagian kecil Dzikir ini sudah saya blow up di ‘posting asmak warisan dua Guru’ beberapa bulan yang lalu.
Dzikir ini disusun layak lahirnya seorang bayi, perlu perawatan diuji lalu dirasakan di telaah manfaat dan faedahnya di dilihat latar belakang setiap kalimat setiap wali-wali alloh yang dikirimi fatikha serta kitab-kitab, doa dan asma-asma yang telah di karang oleh mereka sampai pada dampak langsung posisi kita di akhirat pada saat sidang ila yaumil qimayah sampai perjalanan sidratul muntaha. Karena memang begini tidak serta merta tersusun langsung jadi seperti ini dulu hanya poit A-E lalu Dzikrul Ghofilin kemudian meningkat tambah banyak dan insyaalloh mentok sampai disini tingkat paling tinggi.
Butuh 2 tahun untuk merampungkannya selesai pada tahun 2003 meskipun tidak pernah saya tulis dalam lembaran apapun. Pada tahun 2010 bulan juli ada tambahan 2 asmak pada poin M dan N yang saya ambil sesepuh di ASR mencari ridho alloh SWT. Di kampus KWAngen ini.
sebagian kecil Dzikir ini sudah saya blow up di ‘posting asmak warisan dua Guru’ beberapa bulan yang lalu.
IV. Cara membaca
Amalan ini dibaca setelah sholat maghrib sampai isya, untuk membaca Dzikir ini membutuhkan waktu 80 menit jika sudah hafal kalau dalam tahap pertama bisa sampai 2 jam + sholat sunnahnya, jelas membutuhkan waktu luang bagi sedulur yang hendak mengamalkannya, apalagi dijaman serba ruwet bin mumet benar-benar harus bisa mendisiplinkan waktu, apabila tidak ada waktu silahkan diamalkan diatas jam 9 malam. Sedulur bisa membacanya sekali saja seumur hidup atau hanya untuk mencoba silahkan, sedulur bisa membuat amalan ini sebagai koleksi lemari atau sekedar dibaca juga tidak apa-apa.
Amalan ini dibaca setelah sholat maghrib sampai isya, untuk membaca Dzikir ini membutuhkan waktu 80 menit jika sudah hafal kalau dalam tahap pertama bisa sampai 2 jam + sholat sunnahnya, jelas membutuhkan waktu luang bagi sedulur yang hendak mengamalkannya, apalagi dijaman serba ruwet bin mumet benar-benar harus bisa mendisiplinkan waktu, apabila tidak ada waktu silahkan diamalkan diatas jam 9 malam. Sedulur bisa membacanya sekali saja seumur hidup atau hanya untuk mencoba silahkan, sedulur bisa membuat amalan ini sebagai koleksi lemari atau sekedar dibaca juga tidak apa-apa.
V. Tujuan
Tujuan mengamalkan Dzikir ini tidak lain hanya untuk mencari ridho alloh SWT. Sama sekali tidak ada terlintas /terbesit untuk mengharap kesaktian karena manusia sudah sakti bin mandraguna.
Tujuan mengamalkan Dzikir ini tidak lain hanya untuk mencari ridho alloh SWT. Sama sekali tidak ada terlintas /terbesit untuk mengharap kesaktian karena manusia sudah sakti bin mandraguna.
Selamat membaca semoga bermanfaat :
VI. Dzikir Segita Emas
Bismillahirrohmanirrohim
A. Istighfar 11 x
B. Subhanalloh 33 x
C. Allohu akbar 33 x
D. Alhamdulillah 33 x
E. Lailaha illalloh 100 x
F. Baca QS (Tha`ha /20:39). 3X
“Wa`alqoitu alaika mahabbatamminni walitus na`a ala ainin”
G. Bismillahirrohmanirrohim. Wabimu`jizati Wabikaromati Wabibarokati Wabissafa`ati rosulillah Nabiyulloh Isa Khidir Sulaiman Alfatikha …3X
H. Ayat Kursi … 3X
I. Sollallohu ala Muhammad 11 X
J. Bismillahimasyaalloh 7 X
K. La haula wala quwata illabillah 1 X
L. Bismillahirrohmanirrohim 11 X
M. Inna kuwwatih nakaban nata kitaban nata 11 x
N. Inna kuwwatih nakatahta kitaban nata lailahaillalloh bi idznillah illa haula wala quwata illa billah 3 x
O. Tawasul
1. Ila hadrotin 1. Nabi mustofa muhammad sollallohu alaihi wasallam 2. Tsumma ila hadroti sayyidisy-syaikh abdul qodir zaelani 3. wasayyidisy-syaikh abi khamid muhammad al-ghozalie 4. wasayyidisy-syaikh habibi abdi alwi al-haddad rodiyallohu anhu lahumul fatikha …(50x) setiap 10 kali diulang ilahadroti …dst.
2. Doa ‘Allohumma inna nas`aluka bihaqil fatikhatil muaddlomatil wasab il matsani antaf tahalana bikulli khoir wa`an tatafadlolana alaina likulli khoir wa antu amilana mu amalaka bi ilmil khoir wa`antahfadlona fi adyanina wa anfusina wa auladina wa amwalina wa ahlina wa ahbabina wa ashabina min kulli mihnatin wafitnatin wa bu’sin wadhoirin innaka waliyu likulli khoir wamutafaddilu likulli khoir wamu`din likulli khoir birohmatika ya arhamarrohimin wasollahlu ala sayidina muhammadin waala ali wasohbihi wasallam walhamdulillah hirobbil alamin.
3. Huwallohu lailahaillalloh huwararrohmanu jalla jalalu Arrohimu jalla jalalu…( baca asmaul khusna… ila akhir setiap asma di akhiri dengan lafad “jalla jalalu) 1x
4. Robbana atina fiddunya hasanah wafil a-khiroti hasanah wakina adzabannar 10X (doa sapu jagat)
5. Alladzi lamyalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad laitsa kamislihi syai`un fil ardli wala fissama`I wahuwas sami`ul alim 1 x
6. Ila hadroti jami`il ambiya`I wal mursalin wa`ulil azmi minarrusuli wajami`il malaikatil muqorrobin alaihimussolatu wassalam lahumul fatikha …1x
7. Allohumma sholli ala sayyidina jibril Wasayyidina mikail Wasayyidina isrofil, Wasayyidina ijro`il, wahamalatil arsy, wa’alal malaikatil muqorrobin wa`ala jami`il ambiya`I walmursalin solawatullohi wasalamuhu alaihim ajma`in 1x
8. Astaghfirulloh hal adhim 100x
9. Ila hadrotissyafi`ina sayyidissadati muhammadin sholallohu alaihi wasallam wa`ala alihi wasobbih, wakhususon ahlil badri minal muhajirina wal ansori rodiyallohu anhum ajma`in, wajami`i atba`ihi wasyuhada`I wajami`il ambiya`I wal mursalin wajami`il auliya`i wal ulama`I wassyuhada`I was sholihin sholawatullohi wasamuhu alaihim ajma`in walmusonnifina wamuallifina wajududina wajaddatina waaba ina waummahatina faman lahu huqukun alaina ghofarullohu lana lahumul fathika …1 x
10. Ila hadroti bachkrissyafa`ati sayyidina mahbubi muhammadin sollallohu alaihi wasallam lahumul fatikha ..1x
11. Ila hadroti nabiyina khadiri abi abbas balyan bin malkan alaihissalam lahumul fatikha ..1x
12. Ila hadroti 1. sultoni auliya`I auwali sayyidisy syababi ahli jannati sibti khoiri bariyyah, 2. abi Mummadin sayyidina khasani aliy ibni abi tholib, 3. wa`akhihis sokhibi sayyidina husain 4. wawalidaihima sayyidina ali bin abi tholib 5. wassayyidatina fatimatus zahro al-bathul rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
13. Ila hadroti 1. sayyidisy-syaikh muhyiddin abi muhammad shulton al-auliya asyikh abdul qodir al-jaelani ibni abi soleh musa janka dzausat 2. wasayyidisy-syaikh abi hamid muhammad al-ghozali 3. wa akhihi shoghiri sayyidisy-syaikh achmadal ghozali 4. wasayyidisy-syaikh abi bachri as-sibli 5. wasayyidisy-syaikh qutbi ghousi habibi abdi alwi al-hadad rodiyallohu anhum lahumul fatikha ..2 x
14. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abu yazid taufur ibni isa al-bustomy 2. wasayyidisy-syaikh muhammad hanafi 3. wasayyidisy-syaikh yusuf bin ismail an-nabhani 4. wasayyidisy-syaikh jalalidin as-suyuti 5. wasayyidisy-syaikh abi zakariya abi yahya ibni sarofi an-nawawi rodiyalluhu anhu lahumul fatikha …1 x
15. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abdi wahab asy sya`roni 2. wasayyidisy-syaikh ali nuriddin as-sauni 3. wasayyidisy-syaikh abi abbas achmad ali bunniy 4. wasayyidisy-syaikh ibrohim adzhama 5. wasayyidisy-syaikh ibrohim ad-dasuki rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
16. Ila Hadroti 1.Assyaikh abi abbas sihabiddin achmad umar al-ansori al-mursiyi 2. wasayyidisy-syaikh abi sa`id abdi karimi busyiri 3. wasayyidisy-syaikh abi hasan al-bachkri 4. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni ismail al-bukhori 5. wasayyidisy-syaikh jainiddin ibni abdi aziz al-mali baril fanani 4. wasayyidisy-syaikh tajiddin ibni atoillah as-sakandari rodiyallohu anhu lahumul fathika ..1x
17. Sholawat 300 x
18. Ila hadroti a`immati arba`ati mujtahidi ashabi madzahibi arba`ah 1. wakhususon sayyidisy-syaikh Muhammad idris as-syafi`I 2. wasayyidisy-syaikh abi khofdin umar suhro wardiyi 3. wasayyidisy-syaikh abi madyana 4. wasayyidisy-syaikh ibnu maliki al-andalusia 5 wasayyidisy-syaikh. Zainiddin sulaiman az-zajuli 6. wasayyidisy-syaikh muhyiddin ibni arobi 7. wasayyidisy-syaikh imron bin Husain rodiyallohu anhu lahumul fatikha ..1x
19. Ila hadroti 1. Qutbi kabiri abdi salam al-masyisi, 2. wasayyidisy-syaikh abi al-hasani ali ibni abi abdi jabbari as-syadzili 3. wasayyidisy-syaikh abi ma`fudin al-karhiyi 4.wasayyidisy-syaikh abil hasan sarris saqoti 5. wasayyidisy-syaikh abi qosim al-imam al-zunaid al-baghdadi 5. wasayyidisy-syaikh abi abbasi achmad al-badawi 6. wasayyidisy-syaikh achmad abi husain ar-rifaiyi 7. wasayyidisy-syaikh achmad al-badawi 8. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni nu`mani rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1 x
20. Ila hadroti 1. wasayyidisy-syaikh imam al-hasan abi hasani abi said al-basyri 2. wasayyidatir robiah al-adawiyah 3. wasyyidah ubaidah binti abi kilab rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1x
21. Ila Hadrotin 1. sayyidisy-syaikh Sulaim adz-daroein, 2. wasayyidisy-syaikh as`adinil mukhasibin, 3 wasayyidisy-syaikh abi sayyid din-dunnun al-misri, 4. wasayyidisy-syaikh Husain al-Mansyur al-hallaj, 5. wasayyidisy-syaikh Jalaluddin ar-rumi, 6. wasayyidisy-syaikh Abi khofdin umar bin farid al-sarofi al-hamwiyi al-misri rodhiyallohu`anhu lahumul fatikha …1x
22. Wakhususon sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan giri, sunan gunungjati, , sunan kudus, sunan muria, sunan, sunan kali jogo, syeich maulana malik ibrahim alfatikha …1 x
23. Wakhususon 1. Mbah Kyai Hasyim As`ary 2. Mbah Munawwir 3. Mbah Bahkruddin, 4. Mbah Kyai Muhammad Soleh Bahruddin rohimallohu ta`ala Al-Fatikha …1x
24. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi, 1. Mbah Kholil, 2. Mbah Khamid, 3. Mbah Abdulloh Amin, 4. Mbah Min, 5. Mbah Qusyairy Ilyas, 6. Gus Khamim Jazuli, 7. Mbah Slagah, 8. Mbah Sumberkerto, 9. Mbah Darrin, 10. Mbah Nyai Kholifatus sarifah 11. Mbah Semendi 12. Mbah Kyai Jalil Mustaqim, 13. Mbah Kyai Nawawi 14. Sayyid Arif, 15. Sayyid Abdurrohan, 16. Syeich Jumadil Kubro, 17. Syeich Yasin, 18. Mbah Syahri, 19. Mbah Mangli, 20. Mbah Kyai Badrudin, 21. Mbah Kendil Wesi 22. syeich Damanhuri Al-Fatikha …3x
25. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi 1. mbah Madun 2. mbah ki ageng penanggungan Al-Fatikha 1x
26. Ila Ruhi…/… (sebutkan nama kakek dan nenek minimal 2 turunan) Al-Fatikha…1x
27. Ila Ruhi wa jasadi Abi wa Umi … (ibu/ bapak) Al-Fatikha…1x
28. Ila Hadiyati babir rohmatin nafsi… (sebutkan nama istri dan anak bagi yg sudah menikah) Al-Fatikha…1x
29. Wakhususon wilayah (sebut nama dusun, desa kec. Kab. Prop. Pulau, NKRI) ‘jauhkan dari segala marabaha dan musibah aman3 ila yaumil qiyamah” al-fatihka ..1x
30. Ila hadroti ahya`i wal amwati min jami`issolikhina minal auliya`irrizalil arifin wal ulama`il amilin wajai`il auliya`i’ fi jawata wa madurota wa Indonesia wabil khossin jami`i sunan-sunan walisongo ajma`ina wasairissadati shoufiyatil muhakikina ainama kanu mim masyarikil ardlo ila maghoribiha innalloha yajma`una waiyahum wayahdina bi himayatihim yamahmina bihimamatihim wayumiduna bimadadihim wayu`iduna mim barokatihim wa asrorihim wa anwarihim wa`ulumihim fiddaroein, waila hadrotin mujtabah sollallohu alaihi wasallam alama nawassalafussolihk Al-Fatikha …3x
31. Ila hadroti ihwani dzkirina bi dzikril ghofilin wadzakiroti taghommada humullohu wamaghfirotu minallohi waridwan lahumul fatikha …1 x
32. Tahlil 100 x
33. lamabuda illaloh lamaksuda illalloh lamadzluba illalloh lamaujuda illalloh maula yasolliwasallim daiman abada ala habibika khoiril kholqikul lihimin huwal habibulladi turjasofa atuhu likullihau liminal ahwalimuktahimi
34. lishohibi burdati liqodoi hajatina wahajatiku min hawaijiddunya wal akhiroh al-fatikha …1x
Bismillahirrohmanirrohim
A. Istighfar 11 x
B. Subhanalloh 33 x
C. Allohu akbar 33 x
D. Alhamdulillah 33 x
E. Lailaha illalloh 100 x
F. Baca QS (Tha`ha /20:39). 3X
“Wa`alqoitu alaika mahabbatamminni walitus na`a ala ainin”
G. Bismillahirrohmanirrohim. Wabimu`jizati Wabikaromati Wabibarokati Wabissafa`ati rosulillah Nabiyulloh Isa Khidir Sulaiman Alfatikha …3X
H. Ayat Kursi … 3X
I. Sollallohu ala Muhammad 11 X
J. Bismillahimasyaalloh 7 X
K. La haula wala quwata illabillah 1 X
L. Bismillahirrohmanirrohim 11 X
M. Inna kuwwatih nakaban nata kitaban nata 11 x
N. Inna kuwwatih nakatahta kitaban nata lailahaillalloh bi idznillah illa haula wala quwata illa billah 3 x
O. Tawasul
1. Ila hadrotin 1. Nabi mustofa muhammad sollallohu alaihi wasallam 2. Tsumma ila hadroti sayyidisy-syaikh abdul qodir zaelani 3. wasayyidisy-syaikh abi khamid muhammad al-ghozalie 4. wasayyidisy-syaikh habibi abdi alwi al-haddad rodiyallohu anhu lahumul fatikha …(50x) setiap 10 kali diulang ilahadroti …dst.
2. Doa ‘Allohumma inna nas`aluka bihaqil fatikhatil muaddlomatil wasab il matsani antaf tahalana bikulli khoir wa`an tatafadlolana alaina likulli khoir wa antu amilana mu amalaka bi ilmil khoir wa`antahfadlona fi adyanina wa anfusina wa auladina wa amwalina wa ahlina wa ahbabina wa ashabina min kulli mihnatin wafitnatin wa bu’sin wadhoirin innaka waliyu likulli khoir wamutafaddilu likulli khoir wamu`din likulli khoir birohmatika ya arhamarrohimin wasollahlu ala sayidina muhammadin waala ali wasohbihi wasallam walhamdulillah hirobbil alamin.
3. Huwallohu lailahaillalloh huwararrohmanu jalla jalalu Arrohimu jalla jalalu…( baca asmaul khusna… ila akhir setiap asma di akhiri dengan lafad “jalla jalalu) 1x
4. Robbana atina fiddunya hasanah wafil a-khiroti hasanah wakina adzabannar 10X (doa sapu jagat)
5. Alladzi lamyalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad laitsa kamislihi syai`un fil ardli wala fissama`I wahuwas sami`ul alim 1 x
6. Ila hadroti jami`il ambiya`I wal mursalin wa`ulil azmi minarrusuli wajami`il malaikatil muqorrobin alaihimussolatu wassalam lahumul fatikha …1x
7. Allohumma sholli ala sayyidina jibril Wasayyidina mikail Wasayyidina isrofil, Wasayyidina ijro`il, wahamalatil arsy, wa’alal malaikatil muqorrobin wa`ala jami`il ambiya`I walmursalin solawatullohi wasalamuhu alaihim ajma`in 1x
8. Astaghfirulloh hal adhim 100x
9. Ila hadrotissyafi`ina sayyidissadati muhammadin sholallohu alaihi wasallam wa`ala alihi wasobbih, wakhususon ahlil badri minal muhajirina wal ansori rodiyallohu anhum ajma`in, wajami`i atba`ihi wasyuhada`I wajami`il ambiya`I wal mursalin wajami`il auliya`i wal ulama`I wassyuhada`I was sholihin sholawatullohi wasamuhu alaihim ajma`in walmusonnifina wamuallifina wajududina wajaddatina waaba ina waummahatina faman lahu huqukun alaina ghofarullohu lana lahumul fathika …1 x
10. Ila hadroti bachkrissyafa`ati sayyidina mahbubi muhammadin sollallohu alaihi wasallam lahumul fatikha ..1x
11. Ila hadroti nabiyina khadiri abi abbas balyan bin malkan alaihissalam lahumul fatikha ..1x
12. Ila hadroti 1. sultoni auliya`I auwali sayyidisy syababi ahli jannati sibti khoiri bariyyah, 2. abi Mummadin sayyidina khasani aliy ibni abi tholib, 3. wa`akhihis sokhibi sayyidina husain 4. wawalidaihima sayyidina ali bin abi tholib 5. wassayyidatina fatimatus zahro al-bathul rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
13. Ila hadroti 1. sayyidisy-syaikh muhyiddin abi muhammad shulton al-auliya asyikh abdul qodir al-jaelani ibni abi soleh musa janka dzausat 2. wasayyidisy-syaikh abi hamid muhammad al-ghozali 3. wa akhihi shoghiri sayyidisy-syaikh achmadal ghozali 4. wasayyidisy-syaikh abi bachri as-sibli 5. wasayyidisy-syaikh qutbi ghousi habibi abdi alwi al-hadad rodiyallohu anhum lahumul fatikha ..2 x
14. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abu yazid taufur ibni isa al-bustomy 2. wasayyidisy-syaikh muhammad hanafi 3. wasayyidisy-syaikh yusuf bin ismail an-nabhani 4. wasayyidisy-syaikh jalalidin as-suyuti 5. wasayyidisy-syaikh abi zakariya abi yahya ibni sarofi an-nawawi rodiyalluhu anhu lahumul fatikha …1 x
15. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abdi wahab asy sya`roni 2. wasayyidisy-syaikh ali nuriddin as-sauni 3. wasayyidisy-syaikh abi abbas achmad ali bunniy 4. wasayyidisy-syaikh ibrohim adzhama 5. wasayyidisy-syaikh ibrohim ad-dasuki rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
16. Ila Hadroti 1.Assyaikh abi abbas sihabiddin achmad umar al-ansori al-mursiyi 2. wasayyidisy-syaikh abi sa`id abdi karimi busyiri 3. wasayyidisy-syaikh abi hasan al-bachkri 4. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni ismail al-bukhori 5. wasayyidisy-syaikh jainiddin ibni abdi aziz al-mali baril fanani 4. wasayyidisy-syaikh tajiddin ibni atoillah as-sakandari rodiyallohu anhu lahumul fathika ..1x
17. Sholawat 300 x
18. Ila hadroti a`immati arba`ati mujtahidi ashabi madzahibi arba`ah 1. wakhususon sayyidisy-syaikh Muhammad idris as-syafi`I 2. wasayyidisy-syaikh abi khofdin umar suhro wardiyi 3. wasayyidisy-syaikh abi madyana 4. wasayyidisy-syaikh ibnu maliki al-andalusia 5 wasayyidisy-syaikh. Zainiddin sulaiman az-zajuli 6. wasayyidisy-syaikh muhyiddin ibni arobi 7. wasayyidisy-syaikh imron bin Husain rodiyallohu anhu lahumul fatikha ..1x
19. Ila hadroti 1. Qutbi kabiri abdi salam al-masyisi, 2. wasayyidisy-syaikh abi al-hasani ali ibni abi abdi jabbari as-syadzili 3. wasayyidisy-syaikh abi ma`fudin al-karhiyi 4.wasayyidisy-syaikh abil hasan sarris saqoti 5. wasayyidisy-syaikh abi qosim al-imam al-zunaid al-baghdadi 5. wasayyidisy-syaikh abi abbasi achmad al-badawi 6. wasayyidisy-syaikh achmad abi husain ar-rifaiyi 7. wasayyidisy-syaikh achmad al-badawi 8. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni nu`mani rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1 x
20. Ila hadroti 1. wasayyidisy-syaikh imam al-hasan abi hasani abi said al-basyri 2. wasayyidatir robiah al-adawiyah 3. wasyyidah ubaidah binti abi kilab rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1x
21. Ila Hadrotin 1. sayyidisy-syaikh Sulaim adz-daroein, 2. wasayyidisy-syaikh as`adinil mukhasibin, 3 wasayyidisy-syaikh abi sayyid din-dunnun al-misri, 4. wasayyidisy-syaikh Husain al-Mansyur al-hallaj, 5. wasayyidisy-syaikh Jalaluddin ar-rumi, 6. wasayyidisy-syaikh Abi khofdin umar bin farid al-sarofi al-hamwiyi al-misri rodhiyallohu`anhu lahumul fatikha …1x
22. Wakhususon sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan giri, sunan gunungjati, , sunan kudus, sunan muria, sunan, sunan kali jogo, syeich maulana malik ibrahim alfatikha …1 x
23. Wakhususon 1. Mbah Kyai Hasyim As`ary 2. Mbah Munawwir 3. Mbah Bahkruddin, 4. Mbah Kyai Muhammad Soleh Bahruddin rohimallohu ta`ala Al-Fatikha …1x
24. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi, 1. Mbah Kholil, 2. Mbah Khamid, 3. Mbah Abdulloh Amin, 4. Mbah Min, 5. Mbah Qusyairy Ilyas, 6. Gus Khamim Jazuli, 7. Mbah Slagah, 8. Mbah Sumberkerto, 9. Mbah Darrin, 10. Mbah Nyai Kholifatus sarifah 11. Mbah Semendi 12. Mbah Kyai Jalil Mustaqim, 13. Mbah Kyai Nawawi 14. Sayyid Arif, 15. Sayyid Abdurrohan, 16. Syeich Jumadil Kubro, 17. Syeich Yasin, 18. Mbah Syahri, 19. Mbah Mangli, 20. Mbah Kyai Badrudin, 21. Mbah Kendil Wesi 22. syeich Damanhuri Al-Fatikha …3x
25. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi 1. mbah Madun 2. mbah ki ageng penanggungan Al-Fatikha 1x
26. Ila Ruhi…/… (sebutkan nama kakek dan nenek minimal 2 turunan) Al-Fatikha…1x
27. Ila Ruhi wa jasadi Abi wa Umi … (ibu/ bapak) Al-Fatikha…1x
28. Ila Hadiyati babir rohmatin nafsi… (sebutkan nama istri dan anak bagi yg sudah menikah) Al-Fatikha…1x
29. Wakhususon wilayah (sebut nama dusun, desa kec. Kab. Prop. Pulau, NKRI) ‘jauhkan dari segala marabaha dan musibah aman3 ila yaumil qiyamah” al-fatihka ..1x
30. Ila hadroti ahya`i wal amwati min jami`issolikhina minal auliya`irrizalil arifin wal ulama`il amilin wajai`il auliya`i’ fi jawata wa madurota wa Indonesia wabil khossin jami`i sunan-sunan walisongo ajma`ina wasairissadati shoufiyatil muhakikina ainama kanu mim masyarikil ardlo ila maghoribiha innalloha yajma`una waiyahum wayahdina bi himayatihim yamahmina bihimamatihim wayumiduna bimadadihim wayu`iduna mim barokatihim wa asrorihim wa anwarihim wa`ulumihim fiddaroein, waila hadrotin mujtabah sollallohu alaihi wasallam alama nawassalafussolihk Al-Fatikha …3x
31. Ila hadroti ihwani dzkirina bi dzikril ghofilin wadzakiroti taghommada humullohu wamaghfirotu minallohi waridwan lahumul fatikha …1 x
32. Tahlil 100 x
33. lamabuda illaloh lamaksuda illalloh lamadzluba illalloh lamaujuda illalloh maula yasolliwasallim daiman abada ala habibika khoiril kholqikul lihimin huwal habibulladi turjasofa atuhu likullihau liminal ahwalimuktahimi
34. lishohibi burdati liqodoi hajatina wahajatiku min hawaijiddunya wal akhiroh al-fatikha …1x
P. Sholat at-taubah 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan littaubati rokataini ada`an lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ ya Alloh terimalah tobat saya ampunilah segala dosa saya perkataan saya dan tingkah laku saya. segala tinglaku saya jadikanlah amal ibadah untukMu)
Q. Sholat Litsubutil Iman 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Litsubutil Iman rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ Ya Alloh tambahkan nikmat islamku nikmat imanku dan nikmat ihksanku, mudahkan segala urusanku, bahagiakanlah diriku ila yaumil qiyamah)
R. Sholat Birrul Walidain 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Birrul Walidain rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“Ya Alloh ampu1. Rahasia dibalik Dzikir Jahar
Niat : usolli sunnatan littaubati rokataini ada`an lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ ya Alloh terimalah tobat saya ampunilah segala dosa saya perkataan saya dan tingkah laku saya. segala tinglaku saya jadikanlah amal ibadah untukMu)
Q. Sholat Litsubutil Iman 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Litsubutil Iman rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ Ya Alloh tambahkan nikmat islamku nikmat imanku dan nikmat ihksanku, mudahkan segala urusanku, bahagiakanlah diriku ila yaumil qiyamah)
R. Sholat Birrul Walidain 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Birrul Walidain rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“Ya Alloh ampu1. Rahasia dibalik Dzikir Jahar
Hingga kini, masih banyak orang yang under estimate,
merasa tidak mempercayai dengan dalil suudzon dan syak
wasangka, apakah benar ada yang dinamakan dzikir jahar atau
dzikir keras. Kebanyakan dari mereka, mengira bahwa yang dinamakan dzikir keras
itu sesuatu yang tidak ada riwayat dari Rasulnya. Benarkah?
Sebagai ilustrasi, sebagaimana orang bijak pernah berkata,
bahwa manusia akan dikumpulkan dengan orang yang disukainya. Jika ia mencintai
musik, maka ia akan berkumpul dengan para pecinta musik. Jika ia mencintai
hobi motor cross misalnya, maka ia akan berkumpul dengan
mereka yang mencitai hobi yang sama. Tidak perduli dengan suara bising dan
dentuman musik yang menjadi-jadi. Bagi mereka yang penting adalah mencari
kenikmatan.
Ya, begitulah bahwa manusia akan dikumpulkan bersama dengan
orang yang memiliki hobi dan minat yang sama. Demikian juga dengan dzikir, atau
bagi mereka yang menyukai dzikir. Timbulnya pertanyaan, benarkah ada dzikirjahar,
ialah keluar dari mereka yang memang belum mencintai apa itu dzikir jahar.
Padahal, Allah sendiri adalah firman-Nya
menyatakan bahwa orang yang beriman yang memiliki hati suci, jika mendengar
dzikir akan tersentuh dan gemetar hatinya, “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya,
Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya
bertambah kuat imannya dan mereka hanyakepada Allah saja berserah diri” (QS. Al
Anfal ayat 2).
Dalam ayat ini, Allah memberi isyarat bahwa mereka yang
beriman tidak akan merasa resah tetapi akan tersentuh hati dan jiwanya jika
mendengarkan dzikir. Dari ayat ini yang menjadi titik
tekan adalah dalam kata dzukiro, yang berarti dzikir itu dibacakan.
Berarti orang yang beriman itu mendengar bacaan dzikir, lalu mereka bergetar
hatinya. Kemudian, kita bisa menyimpulkan bahwa apa pun yang bisa didengar atau
terdengar itu adalah suara yang dinyaringkan atau dikeraskan. Berarti dzikir
dalam ayat tersebut adalah dzikir jahar atau dzikir yang
dinyaringkan. Untuk lebih jelasnya, maka kita uraikan satu per satu ayat Al
Quran dan Hadits yang menerangkan tentang dzikirjahar.
HUKUM
DZIKIR KERAS (JAHAR) DALAM AL-QUR’AN DAN
AL-HADITSHUKUM DZIKIR JAHAR DALAM AQUR’AN
-
1. Q.S. AL-‘AROF AYAT 204 :
“Dan
apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat .”
Penjelasan
ayat ini bukan menunjukan dzikir dalam hati tapi dzikir yang terdengar atau
dzikir keras. Namun, Ayat di atas seakan bertentangan dengan Al-Qur’an dan
hadits yang lain tentang anjuran untuk berdzikir dalam hati seperti
Q.S.Al-‘Arof ayat 205: “Sebutlah nama Allah di dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan tidak dengan suara yang keras dari pagi sampai petang, Dan
janganlah dirimu menjadi golongan yang lupa (lalai).”
Sebenarnya
Ayat 205 ini tidaklah bertentangan dengan ayat 204 yang menunjukan akan
diperintahkannya dzikirjahar. Dan ayat 205 ini tidak bisa dijadikan
alasan untuk melarang dzikir keras karena akan bertentangan dengan dzikir yang
telah umum yang biasa dibaca dengan suara keras, seperti takbiran, adzan,
membaca talbiyah ketika pelaksanakan haji, membaca al-qur’an
dengan dikeraskan atau dilagukan, membaca sholawat dangan suara keras dan
lain-lain. Hanya saja, Q.S Al’Arof ayat 205 ini hanya menjelaskan tentang
dzikir yang tidak memakai gerak lidah yaitu dzikir dalam hati atau khofi. Jadi
penjelasan Ayat 205 ini menunjukan, bagaimanapun bentuknya dzikir jika dibaca
dalam hati pasti tidak akan mengeluarkan suara karena dzikirnya sudah
menggunakan hati, bahkan sudah tidak menggunakan gerak lidah.
Kesimpulan
dari dua ayat itu, Allah menunjukan adanya perintah dibolehkannya berdzikir
dengan jahar (keras) maupun dzikir dalam hati (khofi)
yang tidak memakai gerak lidah.
-
2. Q.S.AL-BAQOROH AYAT 200 :
“Apabila
engkau telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menywebut
nama Allah) sebagaimana kamu menyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau
bahkan berdzikirlah lebih (nyaring dan banyak) daripada itu.”
Menurut
Ibnu Katsir, latar belakang turunnya ayat ini ialah kebiasaan bangsa Arab, baik
suku quraisy maupun lainnya pada musim haji mereka biasanya berkumpul di
Mudzalifah setelah wukuf di Arafah. Disitu
mereka membanggakan kebesaran nenek moyang mereka dengan cara menyebut-nyebut
kebesaran nenek moyang mereka itu dalam pidato mereka. Ketika telah memeluk
agama Islam, Nabi memerintahkan mereka hadir di Arafah untuk wukuf kemudian
menuju mudzdalifah. Setelah mabit di mudzdalifah mereka
diperintahkan untuk meninggalkan tempat itu dengan tidak menunjukan perbedaan
diantara mereka (dengan cara menyebut kebesaran nenek moyang) seperti yang
mereka lakukan pada masa pra Islam.
Berbeda
dengan Ibnu Katsir, yaitu Mahmud Hijazi menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,
bila kamu selesai mengerjakan haji maka berdzikirlah kepada Tuhanmu dengan baik
(dengan cara menyebut-nyebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut-nyebut nama
nenek moyangmu sewaktu kamu jahiliyah atau sebutlah nama Allah
itu lebih keras daripada kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu itu. Begitu
pun penafsiran Ibnu Abbas, seperti terdapat dalam kitab Tanwir al Miqbas ketika
menafsirkan kata aw asyadda dzikro yang berarti menyebut Allah
dengan mengatakan “Ya Abba” seperti menyebut nenek moyang “Ya Allah”.
Dua
pendapat mufasir di atas mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa menyebut nama
Allah dalam pengertian dzikrullah dianjurkan setelah menunaikan ibadah haji,.
Dzikrullah tersebut dikerjakan dengan suara keras, bahkan boleh dengan suara
yang lebih keras daripada suara jahiliyah tatkala mereka menyebut nama nenek
moyang mereka ketika berhaji.
-
3. Q.S. AL-BAQOROH AYAT 114 :
“
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi-halangi menyebut
nama Allah di dalam mesjid-mesjid-Nya ..”
-
4. Q.S. AN-NUR AYAT
36 :
“ Didalam
semua rumah Allah diijinkan meninggikan (mengagungkan) suara untuk berdzikir
dengan menyebut nama-Nya dalam mensucikan-Nya sepanjang pagi dan petang.”
-
5. Dan lain-lain
HUKUM
DZIKIR JAHAR MENURUT HADITS ROSUL
HADITS
KE SATU
Dalam
Kitab Bukhori jilid
1:
Dalam
hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Abbas ra.,
berkata: “Inna rof’ash shauti bidzdzikri hiina yanshorifunnaasu minal
maktuubati kaana ‘ala ‘ahdi Rosuulillaahi sholallaahu alaihi wasallam kuntu
‘alamu idzaanshorrofuu bidzaalika sami’tuhu.” Artinya :“Sesungguhnya
mengeraskan suara dalam berdzikir setelah manusia-manusia selesai dari sholat
fardlu yang lima waktu benar-benar terjadi pada zaman Nabi Saw. Saya (ibnu
Abbas) mengetahui para sahabat melakukan hal itu karena saya mendengarnya .”
Selanjutnya
dalam hadits :“Suara yang keras dalam berdzikir bersama-sama pada waktu
tertentu atau ba’da waktu sholat fardhu, akan berbekas dalam menyingkap hijab,
menghasilkan nur dzikir” (HR. Bukhari).
-
HADITS KE DUA
Dari
Abu Khurairah ra, katanya Rasulullah bersabda: “Allah berfirman; ‘Aku berada
di dalam sangkaan hamba-Ku tentang diri-Ku, Aku menyertainya ketika dia
menyebut-Ku, jika dia menyebut-Ku kepada dirinya, maka Aku menyebutnya kepda
diri-Ku. Maka jika menyebut-tu di depan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya
di tempat yang lebih baik daripada mereka” (HR. Bukhari).
Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut ‘di depan orang banyak’,
berarti dzikir tersebut dilakukan secara jahar.
-
HADITS KE TIGA
Diriwayatkan
di dalam Al Mustadrak dan dianggap saheh, dari Jabir ra. berkata: “Rasulullah
keluar menjumpai kami dan bersabda: ‘Wahai saudara-saudara, Allah memiliki
malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis-majlis dzikir di dunia.
Maka penuhilah taman-taman syurga’. Mereka bertanya:’Dimanakah taman-taman
syurga itu?’. Rasulullah menjawab: ‘Majlis-majlis dzikir.’ Kunjungilah dan
hiburlah diri dengan dzikir kepada Allah” (HR. Al Badzar dan Al
Hakim). Penjelasan hadits ini, bahwa dalam kalimat ‘malaikat yang pergi
berkeliling dan berhenti di majlis dzikir di dunia’maksudnya
berarti dzikir dalam hal ini adalah dzikir jahar yang
dilakukan manusia. Karena malaikat hanya mengetahui dzikir jahar dan
tidak mampu mengetahui dzikir khofi. Hal ini sebagaimana sabda
Rasul: “Adapun dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat yakni dzikir
khofi atau dzikir dalam hati yakni dzikir yang memiliki keutamaan 70x lipat
dari dzikir yang diucapkan” (HR. Imam Baihaqi dalam
Kitab Tanwirul Qulub hal.509).
-
HADITS KE EMPAT
Hadits
yang dishohehkan oleh An Nasai dan Ibdu Majjah dari As Sa’ib dari Rasululah
SAW, beliau bersabda: “Jibril telah datang kepadaku dan berkata,
‘Perintahkanlah kepada sahabat-sahabatmu untuk mengeraskan suaranya
di dalam takbir”(HR. Imam Ahmad Abu Daud At Tirmidzi).
Penjelasan
hadits ini, bahwa sangat jelas tidak dilarangnya dzikir keras tetapi dianjurkan
untuk melakukan dzikirjahar.
-
HADITS KE LIMA
Didalam
kitab Sya’bil Iman dari Abil Jauza’ ra. berkata :“Nabi Saw, bersabda,
“Perbanyaklah dzikir kepada Allah sampai orang-orang munafik berkata bahwa
kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” (H.R.Baihaqi)
Penjelasan
hadits ini, jika dikatakan menyebut “orang-orang munafik berkata bahwa
kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” Hadits ini menunjukan
dzikir jahar karena dengan dzikir jahar (terdengar)
itulah orang munafik akhirnya menyebutnya ria .
-
HADIITS KE ENAM
Juga
dalam kitab Sya’bil Iman yang di shohehkan oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id Al-Khudri
ra., berkata :“Nabi Saw, bersabda,” Perbanyaklah dzikir kepada Allah kendati
kalian dikatakan gila”. (H.R.Al-Hakim danAl-Baihaqi)
-
HADITS KE TUJUH,
Dari
Jabir bin Abdullahra, berkata :“Ada seorang yang mengeraskan suaranya
dalam berdzikir, maka seorang berkata, “ semestinya dia merendahkan suaranya.”
Rosulullah bersabda,” Biarkanlah dia,sebab sesungguhnya dia adalah lebih
baik.“ (Al-Baihaqi). Dari Sa’id bin Aslam ra., katanya Ibnu Adra’
berkata, “ Aku menyertai Nabi Saw. Pada suatu malam, lalu melewati
seseorang di mesjid yang mengeraskan suaranya, lalu aku berkata, “ Wahai
Rosulullah, tidaklah ia termasuk orang ria ? “ Beliau menjawab, “ Tidak,tetapi
dia pengeluh,” (H.R.Baihaqi).
PENDAPAT
PARA ULAMA TENTANG DZIKIR JAHAR
Imam
An-Nawawi berkata : “Bahwa bacaan dzikir sir (samar) lebih utama
apabila takut ria, atau khawatir mengganggu orang yang sedang sholat atau
tidur. Sedangkan yang jahar (dzikir keras) lebih baik apabila tidak ada
kekhawatiran tentang hal ini, mengingat amalan di dalamnya lebih banyak
manfaatnya, karena ia dapat membangkitkan kalbu orang yang membaca atau yang
berdzikir, ia mengumpulkan semangat untuk berfikir, mengalahkan pendengaran
kepadanya, mengusir tidur, dan menambah kegiatan” (dalam
Kitab Haqiqot Al-Tawwasulu wa Al-Wasilat Al-Adlow’il kitabi wa As-Sunnah).
Syekh
Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal
108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal
‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir,
sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang
yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan
wajib bagi murid-murid yang masih didalam tahap belajar menuju Allah, untuk
mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu
penghalang kepada Allah yang telah menjadikan hati jadi keras bagaikan batu,
penghalangnya yaitu seperti sipat malas, sombong, ria, iri dengki dan
sebagainya)
Imam
Al-Ghozali r.a. mengatakan: “Sunnat dzikir keras (jahar) diberjemaahkan
di mesjid karena dengan banyak suara keras akan memudahkan cepat hancurnya hati
yang keras bagaikan batu, seperti satu batu dipukul oleh orang banyak maka akan
cepat hancur”.
KENAPA
MESTI DZIKIR KERAS?
Ulama
ahli ma’rifat mengatakan bahwa untuk mencapai ma’rifat kepada Allah bisa
diperoleh dengan kebeningan hati. Sedangkan kebeningan hati itu bisa dicapai
dengan suatu thoriqoh (cara), diantaranya banyak berdzikir
kepada Allah. Jadi, ma’rifattidak akan bisa diperoleh jika hati kita busuk
penuh dengan kesombongan, ria, takabur, iri dengki, dendam, pemarah, malas
beribadah dan lain-lain. Oleh sebab itu dzikir diantara salah satu cara (thiriqoh)
untuk membersihkan hati.
Sebab,
manusia sering menyalahgunakan fitrah yang diberikan Tuhan, sehingga hati mereka
menjadi keras. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut, mendorong manusia
memiliki hati yang keras melebihi batu. Hal tersebut sebagaimana kalimat yang
tercantum dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat 74: “tsumma qosat
quluubukumminba’di dzaalika fahiya kal hijaaroti aw asyaddu qoswatun”, artinya “Kemudian
setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,bahkan lebih keras lagi”.Dari
ayat tersebut hati manusia yang membangkang terhadap Allah menjadikan hatinya
keras bagaikan batu bahkan lebih keras daripada batu.
Maka,
jalan keluarnya untuk melembutkan hati yang telah keras bagaikan batu sehingga
kembali tunduk kepada Allah, sebagaimana Ulama ahli ma’rifat mengatakan
penafsirkan ayat tersebut, sebagaimana dalam kitab miftahu Ash-Sshudur karya
Sulthon Awliya Assayyid Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Ahmad Shohibul
wafa Tajul ‘Arifin r.a. bahwa “fakamaa annal hajaro laa yankasiru illa
biquwwatin dlorbil muawwil fakadzaalikal qolbu laayankasiru illa
biquwwati ”, artinya “sebagaimana batu tidak pecah kecuali bila dipukul
dengan tenaga penuh pukulan palunya, demikian hati yang membatu tidak akan
hancur kecuali dengan pukulan kuatnya suara dzikir. “liannadz dzikro
laa yu’tsiru fiijam’i tsanaati qolbi shohibihi illa biquwwatin”, artinya
“ Demikian pula dzikir tak akan memberi dampak dalam menghimpun fokus
hati pendzikirnya yang terpecah pada Allah kecuali dengan suara keras”.
Syekh
Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal
108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal
‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir,
sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang
yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan
wajib bagi murid-murid yang masih di dalam tahap belajar menuju Allah, untuk
mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu
penghalang yang akan menghalangi kita dekat kepada Allah, seperti sifat-sifat
jelek manusia: iri, dengki, sombong, takabur,dll yang disumberkan oleh hati
yang keras).
CARA
BERDZIKIR DENGAN KERAS YANG DIAJARKAN ROSUL
Dalam
hadits shohihnya, dari Yusuf Al-Kaorani : “Sesungguhnya Sayyidina ‘Ali
r.a. telah bertanya pada Nabi Saw. : Wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku
macam-macam thoriqot (jalan) yang paling dekat menuju Allah dan yang paling
mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama di sisi Allah, maka Nabi Saw
menjawab: wajiblah atas kamu mendawamkan dzikkrullah: Sayyidina ‘Ali r.a
bertanya lagi: Bagaimana cara berdzikirnya ya Rosulallah? Maka Nabi menjawab:
pejamkan kedua matamu, dan dengarkan (ucapan) dariku tiga kali, kemudian
ucapkan olehmu tiga kali, dan aku akan mendengarkannya. Maka Nabi Saw.
Mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali sambil memejamkan kedua matanya dan
mengeraskan suaranya, sedangkan Sayyidina ‘Ali r.a mengucapkan LAA ILAAHA
ILLALLAH tiga kali, sedangkan Nabi Saw memdengarkannya”. (Hadits
dengan sanad sahih, dalam kitab Jami’ul Ushul Auliya)
Dalam
kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar
terjaga dari datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat
Al’Arof ayat 17: “Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada manusia
melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri”. Ayat ini
menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda manusia agar menjadi ingkar
terhadap Allah. Jelas, sasarannya manusia melalui empat arah; 1. Depan
2.Belakang 3.Kanan 4.Kiri.Maka, dzikirnya pun harus menutup empat arah. Dalam
kitab Tanwirul Qulub: ucapkan kalimat “LAA”dengan diarahkan
dari bawah pusat tarik sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang
datang dari arah depan dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena
syetan mengganggu otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu
suuddzon. Dan “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan
kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun ini
untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan “ILLALLAH”diarahkan
ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya, hal ini untuk menutup pintu
syetan yang datangnya dari arah kiri, namun lapadz jalalah yaitu
lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah
sekitar dua jari, karena disanalah letaknya jantung atau hati (keras bagaikan
batu) sebagaimana pendapat Imam Al-ghozali.
Syarat
berdzikir menurut para Ulama Tasawuf:
1.
Dengan berwudlu sempurna
2.
Dengan suara kuat/ keras
3.
Dengan pukulan yang tepat ke hati sanubari
MANA
YANG PALING UTAMA, DZIKIR KERAS (JAHAR) ATAU DZIKIR HATI (KHOFI)?
Dalam
kitab ulfatu mutabarikin dan kitab makanatu
Adz-dzikri bahwasanya Rosul pernah bersabda: “sebaik-baik dzikir
adalah dalam hati”. Dalam kitab tersebut dijelaskan hal itu bagi orang yang
telah mencapai kelembutan bersama Allah, hati bersih dari penyakit, hati yang
sudah lembut. Sedangkan dzikir keras itu lebih utama bagi orang yang hatinya
keras bagaikan batu, sehingga sulit untuk tunduk pada perintah Allah karena
sudah dikuasai oleh nafsunya.
Dalam
kitab Miftahu Ash-Shudur karya Sulthon Auliya As-Sayyid
Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin
r.a. bahwa “ Sulthon Awliya As-Sayyid Syekh Abu A-Mawahib
Asy-Syadzili r.a. berkata:“Para ulama toriqoh berbeda pendapat tentang mana
yang lebih utama, apakah dzikir sir (hati) atau dzikir jahar (keras), menurut
pendapat saya bahwa dzikir jahar lebih utama bagi pendzikir tingkat pemula
(bidayah) yang memang hanya dapat meraih dampak dzikir dengan suara keras dan
bahwa dzikir sir (pelan) lebih utama bagi pendzikir tingkat akhir (nihayah) yang
telah meraih Al-Jam’iyyah (keteguhan hati kepada Allah)” .
Imam
Bukhori, dalam kitab Sahihnya bab dzikir setelah salat fardlu, berkata: “ Ishaq
ibnu Nasr memberitahu kami, dia berkata’Amru memberitahu saya bahwa Abu Ma’bad,
pelayan Ibnu Abbas, semoga Allah meridloi keduanya, memberitahu Ibnu Abbas
bahwa “Mengeraskan suara dalam berdzikir ketika jama’ah selesai dan
shalat fardlu sudah biasa dilakukan pada masa Nabi Muhammad. Ibnu Abbas
berkata: “Aku tahu hal itu, saat mereka selesai shalat karena aku mendengarnya”.
Sayyid Ahmad Qusyayi. Q.s., berkata: ”inilah dalil keutamaan dzikir keras
(jahar) yang didengar orang lain, dengan demikian ia membuat orang lain
berdzikir kepada Allah dengan dzikirnya kepada Allah“.
DZIKIR
KERAS MERESAHKAN?
Dzikir
keras tidak akan meresahkan atau mengganggu orang yang hatinya penuh dengan
cinta kepada Allah. Dengan terdengarnya dzikir menjadi magnet (daya tarik) yang
kuat bagi orang yang beriman, bahkan menjadi kenikmatan tersendiri. Sebagaimana
firman Allah dalam Al-qur’an QS.Al-Anfal ayat 2 :
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat
imannya dan mereka hanya kepada Allah saja berserah diri” .
ALLAH
TIDAK TULI
Ada
anekdot dari seorang Ulama Tasawuf pengamal thoriqoh: suatu
hari ada dialog antara mahasiswi dan ulama tasawuf. Mahasiswi bertanya: “Pak
Kiai, kenapa dzikir mesti keras (jahar) padahal Allah itu tidak tuli?”.
Ulama Tasawuf menjawab dengan membalikan pertanyaan: “yang bisa kena sifat tuli
itu yang memiliki telinga atau tidak?”. Mahasiswi menjawab: “iya yang punya
telinga”. Ulama Tasawuf kembali bertanya: “Kalau Allah punya telinga tidak?”.
Mahasiswi menjawab: “tidak punya”. Ulama tasawuf kembali bertanya lagi: “apakah
dengan suara keras makhluk akan merusak pendengaran Allah?”. Mahasiswi
menjawab: “tidak Pak Kiai”.
Selanjutnya Ulama Tasawuf
mengatakan: “oleh sebab itu istighfarlah dan bersyahadatlah dengan baik,
bagaimanapun Allah tidak akan tuli dan tidak akan rusak pendengaran-Nya oleh
suara kerasnya makhluk. Bagi-Nya suara keras maupun pelan terdengar oleh Allah
sama. Hanya saja, hati manusia yang tuli akan perintah Allah. Jadi, dzikir
keras bukan untuk Allah dan bukan ingin didengar oleh Allah karena Allah sudah
tahu. Tapi tujuan dzikir keras itu diarahkan untuk hati yang tuli kepada Allah
yang keras bagaikan batu sedangkan kita tahu batu itu tidak akan hancur kecuali
dengan pukulan yang kuat, begitupun hati yang keras bagaikan batu tidak akan hancur
kecuali dengan suara pukulan dzikir yang kuat. Jadi, Allah tidak butuh akan
dzikir kita, sebaliknya kitalah yang butuh akan dzikir kepada Allah supaya hati
menjadi lembut, bersih dan ma’rifat kepada Allah.
ZIKIR:
NUR DI ATAS NUR
Dalam praktik-praktik keruhanian
Tasawuf, selalu ada unsur-unsur yang tidak memberi ruang yang bisa dijangkau
akal-rasional. Karena dimensi “operatif” dari Tasawuf ini sebagian besar
berlangsung di wilayah batin yang tidak berurusan dengan dimensi empiris, maka
akal-rasional, pada level tertentu, tidak bisa dijadikan dasar untuk
memverifikasi kebenaran suatu doktrin Sufi. Artinya, walaupun pada taraf
tertentu akal tetaplah harus hidup dan dipakai, tetapi ada masa-masa ketika
akal dan nalar-rasional harus diistirahatkan sepenuhnya, dan beralih secara
bertahap ke penggunaan “mata hati yang bercahaya” atau qalb. Sebab, seperti
firman Allah dalam hadis qudsi, “hanya hati (qalb) orang beriman yang mampu
menampung-Ku, alam semesta tidak bisa.” Juga, “Allah tidak melihat pada bentukmu,
tetapi pada hati-Mu.”
Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.
Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8). Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa, dan vice versa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).
Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.
hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:
Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.
Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).
ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.
Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.
Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.
Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)
Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.
Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8). Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa, dan vice versa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).
Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.
hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:
Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.
Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).
ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.
Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.
Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.
Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)
SHOLAWAT AZHIMIYYAH
ALLAAHUMMA INNII AS ‘ALUKA BI NUURI WAJHILLAAHIL
‘AZHIIM. WA QOOMAT BIHII ‘AWAALIMULLAHIL ‘AZHIIM. ANTUSHOLLIYA ‘ALAA MAWLAANAA
MUHAMMADIN DZIL QODRIL ‘AZHIIM. WA ‘ALAA AALI NABIYYILLAHIL ‘AZHIIM. BIQODRI
‘AZHOMATI DZAATILLAHIL ‘AZHIIM. FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADAMA FII
‘ILMILLAHIL ‘AZHIIM. SHOLAATAN DAA ‘IMATANM BIDAWAAMILLAAHIL ‘AZHIIM.
TA’ZHIIMAL LIHAQQIKA YAA MAWLAANAA YAA MUHAMMAD YAA DZAL KHULUQIL ‘AZHIIM.
WASALLIM ‘ALAYHI WA ‘ALAA AALIHII MITSLA DZAALIK. WAJMA’ BAYNII WABAYNAHUU
KAMAA JAMA’TA BAYNAR RUUHI WANAFS, ZHOOHIROW WABAATHINAA, YAQHZHOTAW
WAMANAAMAA. WAJ’ALHU YAA ROBBI RUUHAL LIDZAATII MIN JAMII’IL WUJUUHI FID DUNYAA
QOBLAL AAKHIROTI YAA ‘AZHIIM.
Yaa Allah sesunggguhnya aku memohon kepadaMu dengan cahaya
Wajah Allah Yang Agung. Yang memenuhi tiang-tiang Arasy Allah Yang Agung. Dan
dengannya berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang Agung. Agar shalawat tersampaikan
atas pelindung kami, Muhammad SAW, yang memiliki derajat yang Agung. Dan atas
keluarga nabi Allah Yang Agung. Dengan ukuran Keagungan Zat Allah yang Agung.
Disetiap kedipan dan nafas, sebanyak apa yang termaktub dalam Ilmu Allah Yang
Agung. Shalawat yang sentosa dengan Kekekalan Allah Yang Agung. (sebagai)
pengagungan terhadap Haq (kebenaran) engkau wahai Muhammad, yang memiliki
akhlak (perangai) yang Agung. Dan salam atas beliau SAW serta keluarganya,
semisal yang demikian itu . dan satukanlah aku dengan Beliau sebagaimana engkau
satukan ruh dengan nafas, secara zhahir dan batin, dalam keadaan terjaga
(sadar) atau tidur (mimpi). Dan jadikanlah beliau yaa Tuhanku, sebagai ruhani
jiwaku, di setiap arah, didunia ini sebelum (datangnya) hari akhir, wahai Zat
yang memiliki Keagungan.
Ada sebuah
peristiwa menakjubkan sehubungan dengan shalawat ini. Al-Arif billah Habib Abu
Bakar bin Abdullah ‘Atthas memperoleh shalawat ini dari SAYYID AHMAD BIN IDRIS
secara langsung . Beliau lalu menulis shalawat ini dan menyimpannya dalam tas
pakaian. sewaktu berlayar dilaut , seorang darwis ahli sir batin dan kasyaf
melihat cahaya keluar dari tas Habib Abu Bakar hingga ke langit. Ia lalu
memberitahukan apa yang dilihatnya kepada Habib Au Bakar. habib abu Bakar
berkata kepadanya, ” Tas ku ini hanya berisi pakaian dan shalawat”. habib Abu
Bakar lalu menunjukan sholawat itu kepada si Darwisy.
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad
bin Idris al-Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 – 1837 M). Sebenarnya Tarekat
ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang
diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas’ud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad
bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan
berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh
Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan
mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik. Oleh
karenanya tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang
erat dengan nama-nama Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah, Mirghaniyyah,
Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah. Bahkan
Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40 Thariqat
yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya ‘Salsabil Mu’in fi Tharaa-iqul
Arba’iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah
Mu’tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40).
Syekh Ahmad bin Idris berguru kepada Syekh Abdul Wahab
at-Tazi, yang merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab
Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada
murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang
diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin,
dari Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Beliau diajarkan seluruh
awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir As. Namun
yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah adalah Shalawat
‘Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena
menggunakan jalur Nabi Khidhir As hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur
pengajaran syari’at Tarekat ini menggunakan jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Qs. hingga kepada Sayidina Hasan Ra.
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia adalah
Tarekat yang dibawa oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang
sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya
dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais,
Mekah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Al-Idrisiyyah diteruskan oleh Syekh
Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam
ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam
berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan
berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama’ahnya
menjauhi perkara haram dan makruh seperti merokok. Adapun dalam aspek
peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama’ah termasuk salat
sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di
Indonesia, karena banyak berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada
Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah
diambil dari nama depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia,
karena alasan politis nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah.
Mengingat pergerakan Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para penjajah
Barat.
AWRAD DAN DZIKIR
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama’ah
Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba’da Maghrib hingga Isya dan ba’da Shubuh
hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara
nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu
dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama ‘Hadiqatur Riyahin’ yang
merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan
(awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian
seorang murid Idrisiyyah adalah:
Membaca Al-Quran satu Juz,
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah adalah
menunaikan salat tahajjud dan membaca Sholawat Azhimiiyyah sebanyak 70 kali
sesudah ba’da Shubuh hingga terbit Fajar.
@@@
SHOLAWAT SYEKH
HABIB Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy
ALLAHUMMA SHALLI WA SALLIM ALAA SAYIDINA
MUHAMMADIN NABIYIIL UMMIY WA ALAA ALIHI WA SHAHBIHI WASALIM BI ADADI
SHALAWATULLAH WA ANBIYA’IHI WA RASULIHI WA MALAIKATIHI WA AWLIYA’IHI, WA
YANFA’UNA BIHAA MIN BARAKATIHIM WA ANWARIHIM WA ASRARIHIM WA NAFAKHATIHIM WA
‘ALAA AWLADINA WA ABNAA’INA WA BANATINAA WA AHLI BAITINA WA AHBABINA WA LIMAN
AHABUHUM WA LIMAN AHSANA ILAYNA FIIKA FII DUNYA WAL AKHIRAH BIRAHMATIKA YAA
ARHAMAR RAHIMIN
Yaa Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Baginda
Sayidina Muhammad Nabi yang Ummi dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya,
dengan shalawatnya Allah dan shalawatnya para Nabi, shalawatnya para Rasul dan
Shalawatnya para malaikat serta shalawatnya para Awliya-Nya, yang memberikan
kepada kita barakahnya, cahayanya, rahasianya, manfaatnya kepada kita, anak
cucu keturunan kita, keluarga kita, ahli bait kita, kecintaan kita dan yang
mencintai kita, dan orang-orang yang berbuat baik kepada kita karena Allah di
dunia dan akhirat, dengan rahmat dari Mu, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
Diijazahkan dan dihadiahkan dari Syekh al-Allamah
al-Arifbillah Al-Walid al-Habib Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Ba’Alawy. Shalawat luar biasa yang mencakup seluruh shalawat-shalawat yang ada,
yang manfaat serta barakahnya menyeluruh meliputi anak cucu keturunan dan
keluarga kerabat kita. Boleh di baca sekali, atau tiga kali. Beliau
menganjurkan untuk dibaca tujuh kali pagi dan sore/malam.
Assalamu`alaikum Wr.Wb
Bismillah hirohmanirrohim
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puji bagi alloh SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita sekalian, sholawat serta salam kita hatur kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya hormati sesepuh KWA Ki wongalus, saudaraku dan sedulurku semua yang saya hormati pula. Izikan sekali lagi saya disini untuk memposting amalan Dzikir Agung Wong Tani.
Bismillah hirohmanirrohim
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puji bagi alloh SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita sekalian, sholawat serta salam kita hatur kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya hormati sesepuh KWA Ki wongalus, saudaraku dan sedulurku semua yang saya hormati pula. Izikan sekali lagi saya disini untuk memposting amalan Dzikir Agung Wong Tani.
Deskripsi :
I. Pendahuluan :
Dzikir ini meliputi 3 komponen permohonan
a. (sholawat, tahmid, takbir, Tahlil dll) pada doa ini kita bersifat memuji kebesaran Asma Alloh serta utusanNya,
b. (Tawasul/ pemberian hadiah/ Pemohonan batuan Doa/ mohon penyaksian) kepada para leluhur hujatul islam dari berbagai latar belakang serta para leluhur tanah jawa, tawasul ini diharapkan para auliyaillahita`ala memberi hadiah kepada sang pembaca atau mereka akan membatu kita dalam permohonan ini serta memberikan berbagai barokah yang di miliki masing2 leluhur disini terdapat lebih 50 kekasih Alloh SWT. Yang akan kita mintai perantara / barokah/bantuan dlm berbagai hal dalam doa` ini, dalam proses membaca sebagian besar wali-wali alloh akan datang berada disekitar kita untuk turut medoakan kita pada saat itu juga terutama bagi yang sudah istiqomah. Kenapa tawasulnya kok begitu banyak? Karena mereka2 adalah wali alloh yang telah banyak mengarang dan menyusun berbagai keilmuan dari berbagai sisi dan dimensi, insyaalloh tanpa kita belajar ilmunya kita akan mendapatkan secara langsung wali-wali alloh tersebut ilmu tersebut tanpa kita minta amin3x.
c. (Sholat wajib, sholat sunnah nawafil, Tobat, Lidafil bala`, Birrul walidain dll) disini sholat merupakan ujung tingkat tinggi dalam berdoa yaitu sholat di mana setelah kita memuji Alloh yang telah digariskan adalah hanya melalui sholat juga bersamaan kita minta sarana bantuan kepada leluhur Wali Alloh baik di wilayah tanah arab dan wali Nusantara RI untuk membawa doa kita pada sisi Alloh SWT. Jadi sholat merupakan ujung dari segala doa.
Dari semua itu kami menyimpulkan sebagai Dzikir Segitia Emas, karena antara sisi satu dengan yang lainnya saling menguatkan untuk membetuk segitiga trapezium menuju Alloh SWT.
II. Nama :
Asmak ini diberi nama cukup istimewa karena amalan ini adalah warisan dari beberapa guru yang kemudian saya simpulkan dan diringkas serapi-rapinya sehingga menjadi bentuk seperti ini. Termasuk didalamnya terdapat Dzikrul Ghofilin dari Mbah Khamid, Gus Miek, Mbah siddiq, serta dari kyai-kyai lain yg tidak bisa di sebut satu persatu.
Dzikir ini meliputi 3 komponen permohonan
a. (sholawat, tahmid, takbir, Tahlil dll) pada doa ini kita bersifat memuji kebesaran Asma Alloh serta utusanNya,
b. (Tawasul/ pemberian hadiah/ Pemohonan batuan Doa/ mohon penyaksian) kepada para leluhur hujatul islam dari berbagai latar belakang serta para leluhur tanah jawa, tawasul ini diharapkan para auliyaillahita`ala memberi hadiah kepada sang pembaca atau mereka akan membatu kita dalam permohonan ini serta memberikan berbagai barokah yang di miliki masing2 leluhur disini terdapat lebih 50 kekasih Alloh SWT. Yang akan kita mintai perantara / barokah/bantuan dlm berbagai hal dalam doa` ini, dalam proses membaca sebagian besar wali-wali alloh akan datang berada disekitar kita untuk turut medoakan kita pada saat itu juga terutama bagi yang sudah istiqomah. Kenapa tawasulnya kok begitu banyak? Karena mereka2 adalah wali alloh yang telah banyak mengarang dan menyusun berbagai keilmuan dari berbagai sisi dan dimensi, insyaalloh tanpa kita belajar ilmunya kita akan mendapatkan secara langsung wali-wali alloh tersebut ilmu tersebut tanpa kita minta amin3x.
c. (Sholat wajib, sholat sunnah nawafil, Tobat, Lidafil bala`, Birrul walidain dll) disini sholat merupakan ujung tingkat tinggi dalam berdoa yaitu sholat di mana setelah kita memuji Alloh yang telah digariskan adalah hanya melalui sholat juga bersamaan kita minta sarana bantuan kepada leluhur Wali Alloh baik di wilayah tanah arab dan wali Nusantara RI untuk membawa doa kita pada sisi Alloh SWT. Jadi sholat merupakan ujung dari segala doa.
Dari semua itu kami menyimpulkan sebagai Dzikir Segitia Emas, karena antara sisi satu dengan yang lainnya saling menguatkan untuk membetuk segitiga trapezium menuju Alloh SWT.
II. Nama :
Asmak ini diberi nama cukup istimewa karena amalan ini adalah warisan dari beberapa guru yang kemudian saya simpulkan dan diringkas serapi-rapinya sehingga menjadi bentuk seperti ini. Termasuk didalamnya terdapat Dzikrul Ghofilin dari Mbah Khamid, Gus Miek, Mbah siddiq, serta dari kyai-kyai lain yg tidak bisa di sebut satu persatu.
III. Proses Peyusunan
Dzikir ini disusun layak lahirnya seorang bayi, perlu perawatan diuji lalu dirasakan di telaah manfaat dan faedahnya di dilihat latar belakang setiap kalimat setiap wali-wali alloh yang dikirimi fatikha serta kitab-kitab, doa dan asma-asma yang telah di karang oleh mereka sampai pada dampak langsung posisi kita di akhirat pada saat sidang ila yaumil qimayah sampai perjalanan sidratul muntaha. Karena memang begini tidak serta merta tersusun langsung jadi seperti ini dulu hanya poit A-E lalu Dzikrul Ghofilin kemudian meningkat tambah banyak dan insyaalloh mentok sampai disini tingkat paling tinggi.
Butuh 2 tahun untuk merampungkannya selesai pada tahun 2003 meskipun tidak pernah saya tulis dalam lembaran apapun. Pada tahun 2010 bulan juli ada tambahan 2 asmak pada poin M dan N yang saya ambil sesepuh di ASR mencari ridho alloh SWT. Di kampus KWAngen ini.
sebagian kecil Dzikir ini sudah saya blow up di ‘posting asmak warisan dua Guru’ beberapa bulan yang lalu.
Dzikir ini disusun layak lahirnya seorang bayi, perlu perawatan diuji lalu dirasakan di telaah manfaat dan faedahnya di dilihat latar belakang setiap kalimat setiap wali-wali alloh yang dikirimi fatikha serta kitab-kitab, doa dan asma-asma yang telah di karang oleh mereka sampai pada dampak langsung posisi kita di akhirat pada saat sidang ila yaumil qimayah sampai perjalanan sidratul muntaha. Karena memang begini tidak serta merta tersusun langsung jadi seperti ini dulu hanya poit A-E lalu Dzikrul Ghofilin kemudian meningkat tambah banyak dan insyaalloh mentok sampai disini tingkat paling tinggi.
Butuh 2 tahun untuk merampungkannya selesai pada tahun 2003 meskipun tidak pernah saya tulis dalam lembaran apapun. Pada tahun 2010 bulan juli ada tambahan 2 asmak pada poin M dan N yang saya ambil sesepuh di ASR mencari ridho alloh SWT. Di kampus KWAngen ini.
sebagian kecil Dzikir ini sudah saya blow up di ‘posting asmak warisan dua Guru’ beberapa bulan yang lalu.
IV. Cara membaca
Amalan ini dibaca setelah sholat maghrib sampai isya, untuk membaca Dzikir ini membutuhkan waktu 80 menit jika sudah hafal kalau dalam tahap pertama bisa sampai 2 jam + sholat sunnahnya, jelas membutuhkan waktu luang bagi sedulur yang hendak mengamalkannya, apalagi dijaman serba ruwet bin mumet benar-benar harus bisa mendisiplinkan waktu, apabila tidak ada waktu silahkan diamalkan diatas jam 9 malam. Sedulur bisa membacanya sekali saja seumur hidup atau hanya untuk mencoba silahkan, sedulur bisa membuat amalan ini sebagai koleksi lemari atau sekedar dibaca juga tidak apa-apa.
Amalan ini dibaca setelah sholat maghrib sampai isya, untuk membaca Dzikir ini membutuhkan waktu 80 menit jika sudah hafal kalau dalam tahap pertama bisa sampai 2 jam + sholat sunnahnya, jelas membutuhkan waktu luang bagi sedulur yang hendak mengamalkannya, apalagi dijaman serba ruwet bin mumet benar-benar harus bisa mendisiplinkan waktu, apabila tidak ada waktu silahkan diamalkan diatas jam 9 malam. Sedulur bisa membacanya sekali saja seumur hidup atau hanya untuk mencoba silahkan, sedulur bisa membuat amalan ini sebagai koleksi lemari atau sekedar dibaca juga tidak apa-apa.
V. Tujuan
Tujuan mengamalkan Dzikir ini tidak lain hanya untuk mencari ridho alloh SWT. Sama sekali tidak ada terlintas /terbesit untuk mengharap kesaktian karena manusia sudah sakti bin mandraguna.
Tujuan mengamalkan Dzikir ini tidak lain hanya untuk mencari ridho alloh SWT. Sama sekali tidak ada terlintas /terbesit untuk mengharap kesaktian karena manusia sudah sakti bin mandraguna.
Selamat membaca semoga bermanfaat :
VI. Dzikir Segita Emas
Bismillahirrohmanirrohim
A. Istighfar 11 x
B. Subhanalloh 33 x
C. Allohu akbar 33 x
D. Alhamdulillah 33 x
E. Lailaha illalloh 100 x
F. Baca QS (Tha`ha /20:39). 3X
“Wa`alqoitu alaika mahabbatamminni walitus na`a ala ainin”
G. Bismillahirrohmanirrohim. Wabimu`jizati Wabikaromati Wabibarokati Wabissafa`ati rosulillah Nabiyulloh Isa Khidir Sulaiman Alfatikha …3X
H. Ayat Kursi … 3X
I. Sollallohu ala Muhammad 11 X
J. Bismillahimasyaalloh 7 X
K. La haula wala quwata illabillah 1 X
L. Bismillahirrohmanirrohim 11 X
M. Inna kuwwatih nakaban nata kitaban nata 11 x
N. Inna kuwwatih nakatahta kitaban nata lailahaillalloh bi idznillah illa haula wala quwata illa billah 3 x
O. Tawasul
1. Ila hadrotin 1. Nabi mustofa muhammad sollallohu alaihi wasallam
Bismillahirrohmanirrohim
A. Istighfar 11 x
B. Subhanalloh 33 x
C. Allohu akbar 33 x
D. Alhamdulillah 33 x
E. Lailaha illalloh 100 x
F. Baca QS (Tha`ha /20:39). 3X
“Wa`alqoitu alaika mahabbatamminni walitus na`a ala ainin”
G. Bismillahirrohmanirrohim. Wabimu`jizati Wabikaromati Wabibarokati Wabissafa`ati rosulillah Nabiyulloh Isa Khidir Sulaiman Alfatikha …3X
H. Ayat Kursi … 3X
I. Sollallohu ala Muhammad 11 X
J. Bismillahimasyaalloh 7 X
K. La haula wala quwata illabillah 1 X
L. Bismillahirrohmanirrohim 11 X
M. Inna kuwwatih nakaban nata kitaban nata 11 x
N. Inna kuwwatih nakatahta kitaban nata lailahaillalloh bi idznillah illa haula wala quwata illa billah 3 x
O. Tawasul
1. Ila hadrotin 1. Nabi mustofa muhammad sollallohu alaihi wasallam
2. Tsumma ila hadroti sayyidisy-syaikh abdul qodir
zaelani
3. wasayyidisy-syaikh abi khamid muhammad
al-ghozalie
4. wasayyidisy-syaikh habibi abdi alwi al-haddad rodiyallohu
anhu lahumul fatikha …(50x) setiap 10 kali diulang ilahadroti …dst.
2. Doa ‘Allohumma inna nas`aluka bihaqil fatikhatil muaddlomatil wasab il matsani antaf tahalana bikulli khoir wa`an tatafadlolana alaina likulli khoir wa antu amilana mu amalaka bi ilmil khoir wa`antahfadlona fi adyanina wa anfusina wa auladina wa amwalina wa ahlina wa ahbabina wa ashabina min kulli mihnatin wafitnatin wa bu’sin wadhoirin innaka waliyu likulli khoir wamutafaddilu likulli khoir wamu`din likulli khoir birohmatika ya arhamarrohimin wasollahlu ala sayidina muhammadin waala ali wasohbihi wasallam walhamdulillah hirobbil alamin.
3. Huwallohu lailahaillalloh huwararrohmanu jalla jalalu Arrohimu jalla jalalu…( baca asmaul khusna… ila akhir setiap asma di akhiri dengan lafad “jalla jalalu) 1x
4. Robbana atina fiddunya hasanah wafil a-khiroti hasanah wakina adzabannar 10X (doa sapu jagat)
5. Alladzi lamyalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad laitsa kamislihi syai`un fil ardli wala fissama`I wahuwas sami`ul alim 1 x
6. Ila hadroti jami`il ambiya`I wal mursalin wa`ulil azmi minarrusuli wajami`il malaikatil muqorrobin alaihimussolatu wassalam lahumul fatikha …1x
7. Allohumma sholli ala sayyidina jibril Wasayyidina mikail Wasayyidina isrofil, Wasayyidina ijro`il, wahamalatil arsy, wa’alal malaikatil muqorrobin wa`ala jami`il ambiya`I walmursalin solawatullohi wasalamuhu alaihim ajma`in 1x
8. Astaghfirulloh hal adhim 100x
9. Ila hadrotissyafi`ina sayyidissadati muhammadin sholallohu alaihi wasallam wa`ala alihi wasobbih, wakhususon ahlil badri minal muhajirina wal ansori rodiyallohu anhum ajma`in, wajami`i atba`ihi wasyuhada`I wajami`il ambiya`I wal mursalin wajami`il auliya`i wal ulama`I wassyuhada`I was sholihin sholawatullohi wasamuhu alaihim ajma`in walmusonnifina wamuallifina wajududina wajaddatina waaba ina waummahatina faman lahu huqukun alaina ghofarullohu lana lahumul fathika …1 x
10. Ila hadroti bachkrissyafa`ati sayyidina mahbubi muhammadin sollallohu alaihi wasallam lahumul fatikha ..1x
11. Ila hadroti nabiyina khadiri abi abbas balyan bin malkan alaihissalam lahumul fatikha ..1x
12. Ila hadroti 1. sultoni auliya`I auwali sayyidisy syababi ahli jannati sibti khoiri bariyyah, 2. abi Mummadin sayyidina khasani aliy ibni abi tholib, 3. wa`akhihis sokhibi sayyidina husain 4. wawalidaihima sayyidina ali bin abi tholib 5. wassayyidatina fatimatus zahro al-bathul rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
13. Ila hadroti 1. sayyidisy-syaikh muhyiddin abi muhammad shulton al-auliya asyikh abdul qodir al-jaelani ibni abi soleh musa janka dzausat 2. wasayyidisy-syaikh abi hamid muhammad al-ghozali 3. wa akhihi shoghiri sayyidisy-syaikh achmadal ghozali 4. wasayyidisy-syaikh abi bachri as-sibli 5. wasayyidisy-syaikh qutbi ghousi habibi abdi alwi al-hadad rodiyallohu anhum lahumul fatikha ..2 x
14. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abu yazid taufur ibni isa al-bustomy 2. wasayyidisy-syaikh muhammad hanafi 3. wasayyidisy-syaikh yusuf bin ismail an-nabhani 4. wasayyidisy-syaikh jalalidin as-suyuti 5. wasayyidisy-syaikh abi zakariya abi yahya ibni sarofi an-nawawi rodiyalluhu anhu lahumul fatikha …1 x
15. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abdi wahab asy sya`roni 2. wasayyidisy-syaikh ali nuriddin as-sauni 3. wasayyidisy-syaikh abi abbas achmad ali bunniy 4. wasayyidisy-syaikh ibrohim adzhama 5. wasayyidisy-syaikh ibrohim ad-dasuki rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
16. Ila Hadroti 1.Assyaikh abi abbas sihabiddin achmad umar al-ansori al-mursiyi 2. wasayyidisy-syaikh abi sa`id abdi karimi busyiri 3. wasayyidisy-syaikh abi hasan al-bachkri 4. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni ismail al-bukhori 5. wasayyidisy-syaikh jainiddin ibni abdi aziz al-mali baril fanani 4. wasayyidisy-syaikh tajiddin ibni atoillah as-sakandari rodiyallohu anhu lahumul fathika ..1x
17. Sholawat 300 x
18. Ila hadroti a`immati arba`ati mujtahidi ashabi madzahibi arba`ah 1. wakhususon sayyidisy-syaikh Muhammad idris as-syafi`I 2. wasayyidisy-syaikh abi khofdin umar suhro wardiyi 3. wasayyidisy-syaikh abi madyana 4. wasayyidisy-syaikh ibnu maliki al-andalusia 5 wasayyidisy-syaikh. Zainiddin sulaiman az-zajuli 6. wasayyidisy-syaikh muhyiddin ibni arobi 7. wasayyidisy-syaikh imron bin Husain rodiyallohu anhu lahumul fatikha ..1x
19. Ila hadroti 1. Qutbi kabiri abdi salam al-masyisi, 2. wasayyidisy-syaikh abi al-hasani ali ibni abi abdi jabbari as-syadzili 3. wasayyidisy-syaikh abi ma`fudin al-karhiyi 4.wasayyidisy-syaikh abil hasan sarris saqoti 5. wasayyidisy-syaikh abi qosim al-imam al-zunaid al-baghdadi 5. wasayyidisy-syaikh abi abbasi achmad al-badawi 6. wasayyidisy-syaikh achmad abi husain ar-rifaiyi 7. wasayyidisy-syaikh achmad al-badawi 8. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni nu`mani rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1 x
20. Ila hadroti 1. wasayyidisy-syaikh imam al-hasan abi hasani abi said al-basyri 2. wasayyidatir robiah al-adawiyah 3. wasyyidah ubaidah binti abi kilab rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1x
21. Ila Hadrotin 1. sayyidisy-syaikh Sulaim adz-daroein, 2. wasayyidisy-syaikh as`adinil mukhasibin, 3 wasayyidisy-syaikh abi sayyid din-dunnun al-misri, 4. wasayyidisy-syaikh Husain al-Mansyur al-hallaj, 5. wasayyidisy-syaikh Jalaluddin ar-rumi, 6. wasayyidisy-syaikh Abi khofdin umar bin farid al-sarofi al-hamwiyi al-misri rodhiyallohu`anhu lahumul fatikha …1x
22. Wakhususon sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan giri, sunan gunungjati, , sunan kudus, sunan muria, sunan, sunan kali jogo, syeich maulana malik ibrahim alfatikha …1 x
23. Wakhususon 1. Mbah Kyai Hasyim As`ary 2. Mbah Munawwir 3. Mbah Bahkruddin, 4. Mbah Kyai Muhammad Soleh Bahruddin rohimallohu ta`ala Al-Fatikha …1x
24. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi, 1. Mbah Kholil, 2. Mbah Khamid, 3. Mbah Abdulloh Amin, 4. Mbah Min, 5. Mbah Qusyairy Ilyas, 6. Gus Khamim Jazuli, 7. Mbah Slagah, 8. Mbah Sumberkerto, 9. Mbah Darrin, 10. Mbah Nyai Kholifatus sarifah 11. Mbah Semendi 12. Mbah Kyai Jalil Mustaqim, 13. Mbah Kyai Nawawi 14. Sayyid Arif, 15. Sayyid Abdurrohan, 16. Syeich Jumadil Kubro, 17. Syeich Yasin, 18. Mbah Syahri, 19. Mbah Mangli, 20. Mbah Kyai Badrudin, 21. Mbah Kendil Wesi 22. syeich Damanhuri Al-Fatikha …3x
25. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi 1. mbah Madun 2. mbah ki ageng penanggungan Al-Fatikha 1x
26. Ila Ruhi…/… (sebutkan nama kakek dan nenek minimal 2 turunan) Al-Fatikha…1x
27. Ila Ruhi wa jasadi Abi wa Umi … (ibu/ bapak) Al-Fatikha…1x
28. Ila Hadiyati babir rohmatin nafsi… (sebutkan nama istri dan anak bagi yg sudah menikah) Al-Fatikha…1x
29. Wakhususon wilayah (sebut nama dusun, desa kec. Kab. Prop. Pulau, NKRI) ‘jauhkan dari segala marabaha dan musibah aman3 ila yaumil qiyamah” al-fatihka ..1x
30. Ila hadroti ahya`i wal amwati min jami`issolikhina minal auliya`irrizalil arifin wal ulama`il amilin wajai`il auliya`i’ fi jawata wa madurota wa Indonesia wabil khossin jami`i sunan-sunan walisongo ajma`ina wasairissadati shoufiyatil muhakikina ainama kanu mim masyarikil ardlo ila maghoribiha innalloha yajma`una waiyahum wayahdina bi himayatihim yamahmina bihimamatihim wayumiduna bimadadihim wayu`iduna mim barokatihim wa asrorihim wa anwarihim wa`ulumihim fiddaroein, waila hadrotin mujtabah sollallohu alaihi wasallam alama nawassalafussolihk Al-Fatikha …3x
31. Ila hadroti ihwani dzkirina bi dzikril ghofilin wadzakiroti taghommada humullohu wamaghfirotu minallohi waridwan lahumul fatikha …1 x
32. Tahlil 100 x
33. lamabuda illaloh lamaksuda illalloh lamadzluba illalloh lamaujuda illalloh maula yasolliwasallim daiman abada ala habibika khoiril kholqikul lihimin huwal habibulladi turjasofa atuhu likullihau liminal ahwalimuktahimi
34. lishohibi burdati liqodoi hajatina wahajatiku min hawaijiddunya wal akhiroh al-fatikha …1x
2. Doa ‘Allohumma inna nas`aluka bihaqil fatikhatil muaddlomatil wasab il matsani antaf tahalana bikulli khoir wa`an tatafadlolana alaina likulli khoir wa antu amilana mu amalaka bi ilmil khoir wa`antahfadlona fi adyanina wa anfusina wa auladina wa amwalina wa ahlina wa ahbabina wa ashabina min kulli mihnatin wafitnatin wa bu’sin wadhoirin innaka waliyu likulli khoir wamutafaddilu likulli khoir wamu`din likulli khoir birohmatika ya arhamarrohimin wasollahlu ala sayidina muhammadin waala ali wasohbihi wasallam walhamdulillah hirobbil alamin.
3. Huwallohu lailahaillalloh huwararrohmanu jalla jalalu Arrohimu jalla jalalu…( baca asmaul khusna… ila akhir setiap asma di akhiri dengan lafad “jalla jalalu) 1x
4. Robbana atina fiddunya hasanah wafil a-khiroti hasanah wakina adzabannar 10X (doa sapu jagat)
5. Alladzi lamyalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad laitsa kamislihi syai`un fil ardli wala fissama`I wahuwas sami`ul alim 1 x
6. Ila hadroti jami`il ambiya`I wal mursalin wa`ulil azmi minarrusuli wajami`il malaikatil muqorrobin alaihimussolatu wassalam lahumul fatikha …1x
7. Allohumma sholli ala sayyidina jibril Wasayyidina mikail Wasayyidina isrofil, Wasayyidina ijro`il, wahamalatil arsy, wa’alal malaikatil muqorrobin wa`ala jami`il ambiya`I walmursalin solawatullohi wasalamuhu alaihim ajma`in 1x
8. Astaghfirulloh hal adhim 100x
9. Ila hadrotissyafi`ina sayyidissadati muhammadin sholallohu alaihi wasallam wa`ala alihi wasobbih, wakhususon ahlil badri minal muhajirina wal ansori rodiyallohu anhum ajma`in, wajami`i atba`ihi wasyuhada`I wajami`il ambiya`I wal mursalin wajami`il auliya`i wal ulama`I wassyuhada`I was sholihin sholawatullohi wasamuhu alaihim ajma`in walmusonnifina wamuallifina wajududina wajaddatina waaba ina waummahatina faman lahu huqukun alaina ghofarullohu lana lahumul fathika …1 x
10. Ila hadroti bachkrissyafa`ati sayyidina mahbubi muhammadin sollallohu alaihi wasallam lahumul fatikha ..1x
11. Ila hadroti nabiyina khadiri abi abbas balyan bin malkan alaihissalam lahumul fatikha ..1x
12. Ila hadroti 1. sultoni auliya`I auwali sayyidisy syababi ahli jannati sibti khoiri bariyyah, 2. abi Mummadin sayyidina khasani aliy ibni abi tholib, 3. wa`akhihis sokhibi sayyidina husain 4. wawalidaihima sayyidina ali bin abi tholib 5. wassayyidatina fatimatus zahro al-bathul rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
13. Ila hadroti 1. sayyidisy-syaikh muhyiddin abi muhammad shulton al-auliya asyikh abdul qodir al-jaelani ibni abi soleh musa janka dzausat 2. wasayyidisy-syaikh abi hamid muhammad al-ghozali 3. wa akhihi shoghiri sayyidisy-syaikh achmadal ghozali 4. wasayyidisy-syaikh abi bachri as-sibli 5. wasayyidisy-syaikh qutbi ghousi habibi abdi alwi al-hadad rodiyallohu anhum lahumul fatikha ..2 x
14. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abu yazid taufur ibni isa al-bustomy 2. wasayyidisy-syaikh muhammad hanafi 3. wasayyidisy-syaikh yusuf bin ismail an-nabhani 4. wasayyidisy-syaikh jalalidin as-suyuti 5. wasayyidisy-syaikh abi zakariya abi yahya ibni sarofi an-nawawi rodiyalluhu anhu lahumul fatikha …1 x
15. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abdi wahab asy sya`roni 2. wasayyidisy-syaikh ali nuriddin as-sauni 3. wasayyidisy-syaikh abi abbas achmad ali bunniy 4. wasayyidisy-syaikh ibrohim adzhama 5. wasayyidisy-syaikh ibrohim ad-dasuki rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
16. Ila Hadroti 1.Assyaikh abi abbas sihabiddin achmad umar al-ansori al-mursiyi 2. wasayyidisy-syaikh abi sa`id abdi karimi busyiri 3. wasayyidisy-syaikh abi hasan al-bachkri 4. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni ismail al-bukhori 5. wasayyidisy-syaikh jainiddin ibni abdi aziz al-mali baril fanani 4. wasayyidisy-syaikh tajiddin ibni atoillah as-sakandari rodiyallohu anhu lahumul fathika ..1x
17. Sholawat 300 x
18. Ila hadroti a`immati arba`ati mujtahidi ashabi madzahibi arba`ah 1. wakhususon sayyidisy-syaikh Muhammad idris as-syafi`I 2. wasayyidisy-syaikh abi khofdin umar suhro wardiyi 3. wasayyidisy-syaikh abi madyana 4. wasayyidisy-syaikh ibnu maliki al-andalusia 5 wasayyidisy-syaikh. Zainiddin sulaiman az-zajuli 6. wasayyidisy-syaikh muhyiddin ibni arobi 7. wasayyidisy-syaikh imron bin Husain rodiyallohu anhu lahumul fatikha ..1x
19. Ila hadroti 1. Qutbi kabiri abdi salam al-masyisi, 2. wasayyidisy-syaikh abi al-hasani ali ibni abi abdi jabbari as-syadzili 3. wasayyidisy-syaikh abi ma`fudin al-karhiyi 4.wasayyidisy-syaikh abil hasan sarris saqoti 5. wasayyidisy-syaikh abi qosim al-imam al-zunaid al-baghdadi 5. wasayyidisy-syaikh abi abbasi achmad al-badawi 6. wasayyidisy-syaikh achmad abi husain ar-rifaiyi 7. wasayyidisy-syaikh achmad al-badawi 8. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni nu`mani rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1 x
20. Ila hadroti 1. wasayyidisy-syaikh imam al-hasan abi hasani abi said al-basyri 2. wasayyidatir robiah al-adawiyah 3. wasyyidah ubaidah binti abi kilab rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1x
21. Ila Hadrotin 1. sayyidisy-syaikh Sulaim adz-daroein, 2. wasayyidisy-syaikh as`adinil mukhasibin, 3 wasayyidisy-syaikh abi sayyid din-dunnun al-misri, 4. wasayyidisy-syaikh Husain al-Mansyur al-hallaj, 5. wasayyidisy-syaikh Jalaluddin ar-rumi, 6. wasayyidisy-syaikh Abi khofdin umar bin farid al-sarofi al-hamwiyi al-misri rodhiyallohu`anhu lahumul fatikha …1x
22. Wakhususon sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan giri, sunan gunungjati, , sunan kudus, sunan muria, sunan, sunan kali jogo, syeich maulana malik ibrahim alfatikha …1 x
23. Wakhususon 1. Mbah Kyai Hasyim As`ary 2. Mbah Munawwir 3. Mbah Bahkruddin, 4. Mbah Kyai Muhammad Soleh Bahruddin rohimallohu ta`ala Al-Fatikha …1x
24. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi, 1. Mbah Kholil, 2. Mbah Khamid, 3. Mbah Abdulloh Amin, 4. Mbah Min, 5. Mbah Qusyairy Ilyas, 6. Gus Khamim Jazuli, 7. Mbah Slagah, 8. Mbah Sumberkerto, 9. Mbah Darrin, 10. Mbah Nyai Kholifatus sarifah 11. Mbah Semendi 12. Mbah Kyai Jalil Mustaqim, 13. Mbah Kyai Nawawi 14. Sayyid Arif, 15. Sayyid Abdurrohan, 16. Syeich Jumadil Kubro, 17. Syeich Yasin, 18. Mbah Syahri, 19. Mbah Mangli, 20. Mbah Kyai Badrudin, 21. Mbah Kendil Wesi 22. syeich Damanhuri Al-Fatikha …3x
25. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi 1. mbah Madun 2. mbah ki ageng penanggungan Al-Fatikha 1x
26. Ila Ruhi…/… (sebutkan nama kakek dan nenek minimal 2 turunan) Al-Fatikha…1x
27. Ila Ruhi wa jasadi Abi wa Umi … (ibu/ bapak) Al-Fatikha…1x
28. Ila Hadiyati babir rohmatin nafsi… (sebutkan nama istri dan anak bagi yg sudah menikah) Al-Fatikha…1x
29. Wakhususon wilayah (sebut nama dusun, desa kec. Kab. Prop. Pulau, NKRI) ‘jauhkan dari segala marabaha dan musibah aman3 ila yaumil qiyamah” al-fatihka ..1x
30. Ila hadroti ahya`i wal amwati min jami`issolikhina minal auliya`irrizalil arifin wal ulama`il amilin wajai`il auliya`i’ fi jawata wa madurota wa Indonesia wabil khossin jami`i sunan-sunan walisongo ajma`ina wasairissadati shoufiyatil muhakikina ainama kanu mim masyarikil ardlo ila maghoribiha innalloha yajma`una waiyahum wayahdina bi himayatihim yamahmina bihimamatihim wayumiduna bimadadihim wayu`iduna mim barokatihim wa asrorihim wa anwarihim wa`ulumihim fiddaroein, waila hadrotin mujtabah sollallohu alaihi wasallam alama nawassalafussolihk Al-Fatikha …3x
31. Ila hadroti ihwani dzkirina bi dzikril ghofilin wadzakiroti taghommada humullohu wamaghfirotu minallohi waridwan lahumul fatikha …1 x
32. Tahlil 100 x
33. lamabuda illaloh lamaksuda illalloh lamadzluba illalloh lamaujuda illalloh maula yasolliwasallim daiman abada ala habibika khoiril kholqikul lihimin huwal habibulladi turjasofa atuhu likullihau liminal ahwalimuktahimi
34. lishohibi burdati liqodoi hajatina wahajatiku min hawaijiddunya wal akhiroh al-fatikha …1x
P. Sholat at-taubah 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan littaubati rokataini ada`an lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ ya Alloh terimalah tobat saya ampunilah segala dosa saya perkataan saya dan tingkah laku saya. segala tinglaku saya jadikanlah amal ibadah untukMu)
Q. Sholat Litsubutil Iman 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Litsubutil Iman rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ Ya Alloh tambahkan nikmat islamku nikmat imanku dan nikmat ihksanku, mudahkan segala urusanku, bahagiakanlah diriku ila yaumil qiyamah)
R. Sholat Birrul Walidain 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Birrul Walidain rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“Ya Alloh ampunilah hambamu
Niat : usolli sunnatan littaubati rokataini ada`an lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ ya Alloh terimalah tobat saya ampunilah segala dosa saya perkataan saya dan tingkah laku saya. segala tinglaku saya jadikanlah amal ibadah untukMu)
Q. Sholat Litsubutil Iman 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Litsubutil Iman rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ Ya Alloh tambahkan nikmat islamku nikmat imanku dan nikmat ihksanku, mudahkan segala urusanku, bahagiakanlah diriku ila yaumil qiyamah)
R. Sholat Birrul Walidain 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Birrul Walidain rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“Ya Alloh ampunilah hambamu
Untuk zikir Tubuh,Hati,nyawa,rahasia
dengan tata laksananya Hubungi Saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar