Minggu, 15 Desember 2013

Rahasia di balik Dzikir



kesempatan pada saudara2 ku atas ke ikhlasan hamba untuk menyampaikan pengetahuan untuka mendapatkan ridho allah dan inayahnya melalui pendekatan dzikrullah dengan sang khaliq allah azza wajalla..

 1.               Rahasia dibalik Dzikir Jahar

Hingga kini, masih banyak orang yang under estimate, merasa tidak mempercayai dengan dalil suudzon dan syak wasangka, apakah benar ada yang dinamakan dzikir jahar atau dzikir keras. Kebanyakan dari mereka, mengira bahwa yang dinamakan dzikir keras itu sesuatu yang tidak ada riwayat dari Rasulnya. Benarkah?
Sebagai ilustrasi, sebagaimana orang bijak pernah berkata, bahwa manusia akan dikumpulkan dengan orang yang disukainya. Jika ia mencintai musik, maka ia akan berkumpul dengan para pecinta musik. Jika ia mencintai hobi motor cross misalnya, maka ia akan berkumpul dengan mereka yang mencitai hobi yang sama. Tidak perduli dengan suara bising dan dentuman musik yang menjadi-jadi. Bagi mereka yang penting adalah mencari kenikmatan.
Ya, begitulah bahwa manusia akan dikumpulkan bersama dengan orang yang memiliki hobi dan minat yang sama. Demikian juga dengan dzikir, atau bagi mereka yang menyukai dzikir. Timbulnya pertanyaan, benarkah ada dzikirjahar, ialah keluar dari mereka yang memang belum mencintai apa itu dzikir jahar. Padahal, Allah sendiri adalah firman-Nya menyatakan bahwa orang yang beriman yang memiliki hati suci, jika mendengar dzikir akan tersentuh dan gemetar hatinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka hanyakepada Allah saja berserah diriQS. Al Anfal ayat 2).” (
Dalam ayat ini, Allah memberi isyarat bahwa mereka yang beriman tidak akan merasa resah tetapi akan tersentuh hati dan jiwanya jika mendengarkan dzikir. Dari ayat ini yang menjadi titik tekan adalah dalam kata dzukiro, yang berarti dzikir itu dibacakan. Berarti orang yang beriman itu mendengar bacaan dzikir, lalu mereka bergetar hatinya. Kemudian, kita bisa menyimpulkan bahwa apa pun yang bisa didengar atau terdengar itu adalah suara yang dinyaringkan atau dikeraskan. Berarti dzikir dalam ayat tersebut adalah dzikir jahar atau dzikir yang dinyaringkan. Untuk lebih jelasnya, maka kita uraikan satu per satu ayat Al Quran dan Hadits yang menerangkan tentang dzikirjahar.
 HUKUM DZIKIR KERAS (JAHAR) DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITSHUKUM DZIKIR JAHAR DALAM AQUR’AN
 - 1. Q.S. AL-‘AROF AYAT 204 :
Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat .”
 Penjelasan ayat ini bukan menunjukan dzikir dalam hati tapi dzikir yang terdengar atau dzikir keras. Namun, Ayat di atas seakan bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits yang lain tentang anjuran untuk berdzikir dalam hati seperti Q.S.Al-‘Arof ayat 205: Sebutlah nama Allah di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan tidak dengan suara yang keras dari pagi sampai petang, Dan janganlah dirimu menjadi golongan yang lupa (lalai).”
Sebenarnya Ayat 205 ini tidaklah bertentangan dengan ayat 204 yang menunjukan akan diperintahkannya dzikirjahar. Dan ayat 205 ini tidak bisa dijadikan alasan untuk melarang dzikir keras karena akan bertentangan dengan dzikir yang telah umum yang biasa dibaca dengan suara keras, seperti takbiran, adzan, membaca talbiyah ketika pelaksanakan haji, membaca al-qur’an dengan dikeraskan atau dilagukan, membaca sholawat dangan suara keras dan lain-lain. Hanya saja, Q.S Al’Arof ayat 205 ini hanya menjelaskan tentang dzikir yang tidak memakai gerak lidah yaitu dzikir dalam hati atau khofi. Jadi penjelasan Ayat 205 ini menunjukan, bagaimanapun bentuknya dzikir jika dibaca dalam hati pasti tidak akan mengeluarkan suara karena dzikirnya sudah menggunakan hati, bahkan sudah tidak menggunakan gerak lidah.
Kesimpulan dari dua ayat itu, Allah menunjukan adanya perintah dibolehkannya berdzikir dengan jahar (keras) maupun dzikir dalam hati (khofi) yang tidak memakai gerak lidah.

 - 2. Q.S.AL-BAQOROH AYAT 200 :
“Apabila engkau telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menywebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau bahkan berdzikirlah lebih (nyaring dan banyak) daripada itu.”
Menurut Ibnu Katsir, latar belakang turunnya ayat ini ialah kebiasaan bangsa Arab, baik suku quraisy maupun lainnya pada musim haji mereka biasanya berkumpul di Mudzalifah setelah wukuf di Arafah. Disitu mereka membanggakan kebesaran nenek moyang mereka dengan cara menyebut-nyebut kebesaran nenek moyang mereka itu dalam pidato mereka. Ketika telah memeluk agama Islam, Nabi memerintahkan mereka hadir di Arafah untuk wukuf kemudian menuju mudzdalifah. Setelah mabit di mudzdalifah mereka diperintahkan untuk meninggalkan tempat itu dengan tidak menunjukan perbedaan diantara mereka (dengan cara menyebut kebesaran nenek moyang) seperti yang mereka lakukan pada masa pra Islam.
Berbeda dengan Ibnu Katsir, yaitu Mahmud Hijazi menafsirkan ayat ini dengan mengatakan, bila kamu selesai mengerjakan haji maka berdzikirlah kepada Tuhanmu dengan baik (dengan cara menyebut-nyebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu sewaktu kamu jahiliyah atau sebutlah nama Allah itu lebih keras daripada kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu itu. Begitu pun penafsiran Ibnu Abbas, seperti terdapat dalam kitab Tanwir al Miqbas ketika menafsirkan kata aw asyadda dzikro yang berarti menyebut Allah dengan mengatakan “Ya Abba” seperti menyebut nenek moyang “Ya Allah”.
Dua pendapat mufasir di atas mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa menyebut nama Allah dalam pengertian dzikrullah dianjurkan setelah menunaikan ibadah haji,. Dzikrullah tersebut dikerjakan dengan suara keras, bahkan boleh dengan suara yang lebih keras daripada suara jahiliyah tatkala mereka menyebut nama nenek moyang mereka ketika berhaji.

 - 3. Q.S. AL-BAQOROH AYAT 114 :
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi-halangi menyebut nama Allah di dalam mesjid-mesjid-Nya ..”

 - 4. Q.S. AN-NUR AYAT 36 :
“ Didalam semua rumah Allah diijinkan meninggikan (mengagungkan) suara untuk berdzikir dengan menyebut nama-Nya dalam mensucikan-Nya sepanjang pagi dan petang.”

 - 5. Dan lain-lain
 HUKUM DZIKIR JAHAR MENURUT HADITS ROSUL
HADITS KE SATU
Dalam Kitab Bukhori jilid 1:
Dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Abbas ra., berkata: Inna rof’ash shauti bidzdzikri hiina yanshorifunnaasu minal maktuubati kaana ‘ala ‘ahdi Rosuulillaahi sholallaahu alaihi wasallam kuntu ‘alamu idzaanshorrofuu bidzaalika sami’tuhu.” Artinya :“Sesungguhnya mengeraskan suara dalam berdzikir setelah manusia-manusia selesai dari sholat fardlu yang lima waktu benar-benar terjadi pada zaman Nabi Saw. Saya (ibnu Abbas) mengetahui para sahabat melakukan hal itu karena saya mendengarnya .”
Selanjutnya dalam hadits :Suara yang keras dalam berdzikir bersama-sama pada waktu tertentu atau ba’da waktu sholat fardhu, akan berbekas dalam menyingkap hijab, menghasilkan nur dzikir” (HR. Bukhari).

 - HADITS KE DUA
Dari Abu Khurairah ra, katanya Rasulullah bersabda: “Allah berfirman;Aku berada di dalam sangkaan hamba-Ku tentang diri-Ku, Aku menyertainya ketika dia menyebut-Ku, jika dia menyebut-Ku kepada dirinya, maka Aku menyebutnya kepda diri-Ku. Maka jika menyebut-tu di depan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di tempat yang lebih baik daripada mereka” (HR. Bukhari). Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut ‘di depan orang banyak’, berarti dzikir tersebut dilakukan secara jahar.

 - HADITS KE TIGA
Diriwayatkan di dalam Al Mustadrak dan dianggap saheh, dari Jabir ra. berkata: Rasulullah keluar menjumpai kami dan bersabda: ‘Wahai saudara-saudara, Allah memiliki malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis-majlis dzikir di dunia. Maka penuhilah taman-taman syurga’. Mereka bertanya:’Dimanakah taman-taman syurga itu?’. Rasulullah menjawab: ‘Majlis-majlis dzikir.’ Kunjungilah dan hiburlah diri dengan dzikir kepada Allah” (HR. Al Badzar dan Al Hakim). Penjelasan hadits ini, bahwa dalam kalimat malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis dzikir di dunia’maksudnya berarti dzikir dalam hal ini adalah dzikir jahar yang dilakukan manusia. Karena malaikat hanya mengetahui dzikir jahar dan tidak mampu mengetahui dzikir khofi. Hal ini sebagaimana sabda Rasul: Adapun dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat yakni dzikir khofi atau dzikir dalam hati yakni dzikir yang memiliki keutamaan 70x lipat dari dzikir yang diucapkan (HR. Imam Baihaqi dalam Kitab Tanwirul Qulub hal.509).

 - HADITS KE EMPAT
Hadits yang dishohehkan oleh An Nasai dan Ibdu Majjah dari As Sa’ib dari Rasululah SAW, beliau bersabda: Jibril telah datang kepadaku dan berkata, ‘Perintahkanlah kepada sahabat-sahabatmu untuk mengeraskan suaranya di dalam takbir(HR. Imam Ahmad Abu Daud At Tirmidzi).
Penjelasan hadits ini, bahwa sangat jelas tidak dilarangnya dzikir keras tetapi dianjurkan untuk melakukan dzikirjahar.

 - HADITS KE LIMA
Didalam kitab Sya’bil Iman dari Abil Jauza’ ra. berkata :Nabi Saw, bersabda, “Perbanyaklah dzikir kepada Allah sampai orang-orang munafik berkata bahwa kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” (H.R.Baihaqi)
Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut “orang-orang munafik berkata bahwa kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” Hadits ini menunjukan dzikir jahar karena dengan dzikir jahar (terdengar) itulah orang munafik akhirnya menyebutnya ria .

 - HADIITS KE ENAM
Juga dalam kitab Sya’bil Iman yang di shohehkan oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id Al-Khudri ra., berkata :“Nabi Saw, bersabda,” Perbanyaklah dzikir kepada Allah kendati kalian dikatakan gila”. (H.R.Al-Hakim danAl-Baihaqi)
 - HADITS KE TUJUH,
Dari Jabir bin Abdullahra, berkata :Ada seorang yang mengeraskan suaranya dalam berdzikir, maka seorang berkata, “ semestinya dia merendahkan suaranya.” Rosulullah bersabda,” Biarkanlah dia,sebab sesungguhnya dia adalah lebih baik.“ (Al-Baihaqi). Dari Sa’id bin Aslam ra., katanya Ibnu Adra’ berkata, “ Aku menyertai Nabi Saw. Pada suatu malam, lalu melewati seseorang di mesjid yang mengeraskan suaranya, lalu aku berkata, “ Wahai Rosulullah, tidaklah ia termasuk orang ria ? “ Beliau menjawab, “ Tidak,tetapi dia pengeluh,” (H.R.Baihaqi).

 PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG DZIKIR JAHAR
Imam An-Nawawi berkata : Bahwa bacaan dzikir sir (samar) lebih utama apabila takut ria, atau khawatir mengganggu orang yang sedang sholat atau tidur. Sedangkan yang jahar (dzikir keras) lebih baik apabila tidak ada kekhawatiran tentang hal ini, mengingat amalan di dalamnya lebih banyak manfaatnya, karena ia dapat membangkitkan kalbu orang yang membaca atau yang berdzikir, ia mengumpulkan semangat untuk berfikir, mengalahkan pendengaran kepadanya, mengusir tidur, dan menambah kegiatan” (dalam Kitab Haqiqot Al-Tawwasulu wa Al-Wasilat Al-Adlow’il kitabi wa As-Sunnah).
Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal 108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal ‘arifiin.“ Artinya: Keraskanlah suaramu didalam berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan wajib bagi murid-murid yang masih didalam tahap belajar menuju Allah, untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu penghalang kepada Allah yang telah menjadikan hati jadi keras bagaikan batu, penghalangnya yaitu seperti sipat malas, sombong, ria, iri dengki dan sebagainya)
Imam Al-Ghozali r.a. mengatakan: “Sunnat dzikir keras (jahar) diberjemaahkan di mesjid karena dengan banyak suara keras akan memudahkan cepat hancurnya hati yang keras bagaikan batu, seperti satu batu dipukul oleh orang banyak maka akan cepat hancur”.

KENAPA MESTI DZIKIR KERAS?
Ulama ahli ma’rifat mengatakan bahwa untuk mencapai ma’rifat kepada Allah bisa diperoleh dengan kebeningan hati. Sedangkan kebeningan hati itu bisa dicapai dengan suatu thoriqoh (cara), diantaranya banyak berdzikir kepada Allah. Jadi, ma’rifattidak akan bisa diperoleh jika hati kita busuk penuh dengan kesombongan, ria, takabur, iri dengki, dendam, pemarah, malas beribadah dan lain-lain. Oleh sebab itu dzikir diantara salah satu cara (thiriqoh) untuk membersihkan hati.
Sebab, manusia sering menyalahgunakan fitrah yang diberikan Tuhan, sehingga hati mereka menjadi keras. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut, mendorong manusia memiliki hati yang keras melebihi batu. Hal tersebut sebagaimana kalimat yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat 74: “tsumma qosat quluubukumminba’di dzaalika fahiya kal hijaaroti aw asyaddu qoswatun”, artinya “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,bahkan lebih keras lagi”.Dari ayat tersebut hati manusia yang membangkang terhadap Allah menjadikan hatinya keras bagaikan batu bahkan lebih keras daripada batu.
Maka, jalan keluarnya untuk melembutkan hati yang telah keras bagaikan batu sehingga kembali tunduk kepada Allah, sebagaimana Ulama ahli ma’rifat mengatakan penafsirkan ayat tersebut, sebagaimana dalam kitab miftahu Ash-Sshudur karya Sulthon Awliya Assayyid Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin r.a. bahwa “fakamaa annal hajaro laa yankasiru illa biquwwatin dlorbil muawwil fakadzaalikal qolbu laayankasiru illa biquwwati ”, artinya “sebagaimana batu tidak pecah kecuali bila dipukul dengan tenaga penuh pukulan palunya, demikian hati yang membatu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan kuatnya suara dzikir. “liannadz dzikro laa yu’tsiru fiijam’i tsanaati qolbi shohibihi illa biquwwatin”, artinya “ Demikian pula dzikir tak akan memberi dampak dalam menghimpun fokus hati pendzikirnya yang terpecah pada Allah kecuali dengan suara keras”.
Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal 108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal ‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan wajib bagi murid-murid yang masih di dalam tahap belajar menuju Allah, untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu penghalang yang akan menghalangi kita dekat kepada Allah, seperti sifat-sifat jelek manusia: iri, dengki, sombong, takabur,dll yang disumberkan oleh hati yang keras).

CARA BERDZIKIR DENGAN KERAS YANG DIAJARKAN ROSUL
Dalam hadits shohihnya, dari Yusuf Al-Kaorani : “Sesungguhnya Sayyidina ‘Ali r.a. telah bertanya pada Nabi Saw. : Wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku macam-macam thoriqot (jalan) yang paling dekat menuju Allah dan yang paling mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama di sisi Allah, maka Nabi Saw menjawab: wajiblah atas kamu mendawamkan dzikkrullah: Sayyidina ‘Ali r.a bertanya lagi: Bagaimana cara berdzikirnya ya Rosulallah? Maka Nabi menjawab: pejamkan kedua matamu, dan dengarkan (ucapan) dariku tiga kali, kemudian ucapkan olehmu tiga kali, dan aku akan mendengarkannya. Maka Nabi Saw. Mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali sambil memejamkan kedua matanya dan mengeraskan suaranya, sedangkan Sayyidina ‘Ali r.a mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali, sedangkan Nabi Saw memdengarkannya”. (Hadits dengan sanad sahih, dalam kitab Jami’ul Ushul Auliya)
 Dalam kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar terjaga dari datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al’Arof ayat 17: “Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada manusia melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri”. Ayat ini menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda manusia agar menjadi ingkar terhadap Allah. Jelas, sasarannya manusia melalui empat arah; 1. Depan 2.Belakang 3.Kanan 4.Kiri.Maka, dzikirnya pun harus menutup empat arah. Dalam kitab Tanwirul Qulub: ucapkan kalimat “LAA”dengan diarahkan dari bawah pusat tarik sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah depan dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena syetan mengganggu otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu suuddzon. Dan “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan “ILLALLAH”diarahkan ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya, hal ini untuk menutup pintu syetan yang datangnya dari arah kiri, namun lapadz jalalah yaitu lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah sekitar dua jari, karena disanalah letaknya jantung atau hati (keras bagaikan batu) sebagaimana pendapat Imam Al-ghozali.
Syarat berdzikir menurut para Ulama Tasawuf:
1. Dengan berwudlu sempurna
2. Dengan suara kuat/ keras
3. Dengan pukulan yang tepat ke hati sanubari
 MANA YANG PALING UTAMA, DZIKIR KERAS (JAHAR) ATAU DZIKIR HATI (KHOFI)?
Dalam kitab ulfatu mutabarikin dan kitab makanatu Adz-dzikri bahwasanya Rosul pernah bersabda: “sebaik-baik dzikir adalah dalam hati”. Dalam kitab tersebut dijelaskan hal itu bagi orang yang telah mencapai kelembutan bersama Allah, hati bersih dari penyakit, hati yang sudah lembut. Sedangkan dzikir keras itu lebih utama bagi orang yang hatinya keras bagaikan batu, sehingga sulit untuk tunduk pada perintah Allah karena sudah dikuasai oleh nafsunya.
Dalam kitab Miftahu Ash-Shudur karya Sulthon Auliya As-Sayyid Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin r.a. bahwa “ Sulthon Awliya As-Sayyid Syekh Abu A-Mawahib Asy-Syadzili r.a. berkata:“Para ulama toriqoh berbeda pendapat tentang mana yang lebih utama, apakah dzikir sir (hati) atau dzikir jahar (keras), menurut pendapat saya bahwa dzikir jahar lebih utama bagi pendzikir tingkat pemula (bidayah) yang memang hanya dapat meraih dampak dzikir dengan suara keras dan bahwa dzikir sir (pelan) lebih utama bagi pendzikir tingkat akhir (nihayah) yang telah meraih Al-Jam’iyyah (keteguhan hati kepada Allah)” .
Imam Bukhori, dalam kitab Sahihnya bab dzikir setelah salat fardlu, berkata: “ Ishaq ibnu Nasr memberitahu kami, dia berkata’Amru memberitahu saya bahwa Abu Ma’bad, pelayan Ibnu Abbas, semoga Allah meridloi keduanya, memberitahu Ibnu Abbas bahwa “Mengeraskan suara dalam berdzikir ketika jama’ah selesai dan shalat fardlu sudah biasa dilakukan pada masa Nabi Muhammad. Ibnu Abbas berkata: “Aku tahu hal itu, saat mereka selesai shalat karena aku mendengarnya”. Sayyid Ahmad Qusyayi. Q.s., berkata: ”inilah dalil keutamaan dzikir keras (jahar) yang didengar orang lain, dengan demikian ia membuat orang lain berdzikir kepada Allah dengan dzikirnya kepada Allah“.

 DZIKIR KERAS MERESAHKAN?
Dzikir keras tidak akan meresahkan atau mengganggu orang yang hatinya penuh dengan cinta kepada Allah. Dengan terdengarnya dzikir menjadi magnet (daya tarik) yang kuat bagi orang yang beriman, bahkan menjadi kenikmatan tersendiri. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an QS.Al-Anfal ayat 2 :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka hanya kepada Allah saja berserah diri” .

 ALLAH TIDAK TULI
Ada anekdot dari seorang Ulama Tasawuf pengamal thoriqoh: suatu hari ada dialog antara mahasiswi dan ulama tasawuf. Mahasiswi bertanya: “Pak Kiai, kenapa dzikir mesti keras (jahar) padahal Allah itu tidak tuli?”. Ulama Tasawuf menjawab dengan membalikan pertanyaan: “yang bisa kena sifat tuli itu yang memiliki telinga atau tidak?”. Mahasiswi menjawab: “iya yang punya telinga”. Ulama Tasawuf kembali bertanya: “Kalau Allah punya telinga tidak?”. Mahasiswi menjawab: “tidak punya”. Ulama tasawuf kembali bertanya lagi: “apakah dengan suara keras makhluk akan merusak pendengaran Allah?”. Mahasiswi menjawab: “tidak Pak Kiai”.
Selanjutnya Ulama Tasawuf mengatakan: “oleh sebab itu istighfarlah dan bersyahadatlah dengan baik, bagaimanapun Allah tidak akan tuli dan tidak akan rusak pendengaran-Nya oleh suara kerasnya makhluk. Bagi-Nya suara keras maupun pelan terdengar oleh Allah sama. Hanya saja, hati manusia yang tuli akan perintah Allah. Jadi, dzikir keras bukan untuk Allah dan bukan ingin didengar oleh Allah karena Allah sudah tahu. Tapi tujuan dzikir keras itu diarahkan untuk hati yang tuli kepada Allah yang keras bagaikan batu sedangkan kita tahu batu itu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan yang kuat, begitupun hati yang keras bagaikan batu tidak akan hancur kecuali dengan suara pukulan dzikir yang kuat. Jadi, Allah tidak butuh akan dzikir kita, sebaliknya kitalah yang butuh akan dzikir kepada Allah supaya hati menjadi lembut, bersih dan ma’rifat kepada Allah.

ZIKIR: NUR DI ATAS NUR
Dalam praktik-praktik keruhanian Tasawuf, selalu ada unsur-unsur yang tidak memberi ruang yang bisa dijangkau akal-rasional. Karena dimensi “operatif” dari Tasawuf ini sebagian besar berlangsung di wilayah batin yang tidak berurusan dengan dimensi empiris, maka akal-rasional, pada level tertentu, tidak bisa dijadikan dasar untuk memverifikasi kebenaran suatu doktrin Sufi. Artinya, walaupun pada taraf tertentu akal tetaplah harus hidup dan dipakai, tetapi ada masa-masa ketika akal dan nalar-rasional harus diistirahatkan sepenuhnya, dan beralih secara bertahap ke penggunaan “mata hati yang bercahaya” atau qalb. Sebab, seperti firman Allah dalam hadis qudsi, “hanya hati (qalb) orang beriman yang mampu menampung-Ku, alam semesta tidak bisa.” Juga, “Allah tidak melihat pada bentukmu, tetapi pada hati-Mu.”

Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.

Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8). Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa, dan vice versa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).

Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.

hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:

Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.

Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).

ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.

Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.

Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.

Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)


SHOLAWAT AZHIMIYYAH
ALLAAHUMMA INNII AS ‘ALUKA BI NUURI WAJHILLAAHIL ‘AZHIIM. WA QOOMAT BIHII ‘AWAALIMULLAHIL ‘AZHIIM. ANTUSHOLLIYA ‘ALAA MAWLAANAA MUHAMMADIN DZIL QODRIL ‘AZHIIM. WA ‘ALAA AALI NABIYYILLAHIL ‘AZHIIM. BIQODRI ‘AZHOMATI DZAATILLAHIL ‘AZHIIM. FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADAMA FII ‘ILMILLAHIL ‘AZHIIM. SHOLAATAN DAA ‘IMATANM BIDAWAAMILLAAHIL ‘AZHIIM. TA’ZHIIMAL LIHAQQIKA YAA MAWLAANAA YAA MUHAMMAD YAA DZAL KHULUQIL ‘AZHIIM. WASALLIM ‘ALAYHI WA ‘ALAA AALIHII MITSLA DZAALIK. WAJMA’ BAYNII WABAYNAHUU KAMAA JAMA’TA BAYNAR RUUHI WANAFS, ZHOOHIROW WABAATHINAA, YAQHZHOTAW WAMANAAMAA. WAJ’ALHU YAA ROBBI RUUHAL LIDZAATII MIN JAMII’IL WUJUUHI FID DUNYAA QOBLAL AAKHIROTI YAA ‘AZHIIM.
Yaa Allah sesunggguhnya aku memohon kepadaMu dengan cahaya Wajah Allah Yang Agung. Yang memenuhi tiang-tiang Arasy Allah Yang Agung. Dan dengannya berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang Agung. Agar shalawat tersampaikan atas pelindung kami, Muhammad SAW, yang memiliki derajat yang Agung. Dan atas keluarga nabi Allah Yang Agung. Dengan ukuran Keagungan Zat Allah yang Agung. Disetiap kedipan dan nafas, sebanyak apa yang termaktub dalam Ilmu Allah Yang Agung. Shalawat yang sentosa dengan Kekekalan Allah Yang Agung. (sebagai) pengagungan terhadap Haq (kebenaran) engkau wahai Muhammad, yang memiliki akhlak (perangai) yang Agung. Dan salam atas beliau SAW serta keluarganya, semisal yang demikian itu . dan satukanlah aku dengan Beliau sebagaimana engkau satukan ruh dengan nafas, secara zhahir dan batin, dalam keadaan terjaga (sadar) atau tidur (mimpi). Dan jadikanlah beliau yaa Tuhanku, sebagai ruhani jiwaku, di setiap arah, didunia ini sebelum (datangnya) hari akhir, wahai Zat yang memiliki Keagungan.
 Ada sebuah peristiwa menakjubkan sehubungan dengan shalawat ini. Al-Arif billah Habib Abu Bakar bin Abdullah ‘Atthas memperoleh shalawat ini dari SAYYID AHMAD BIN IDRIS secara langsung . Beliau lalu menulis shalawat ini dan menyimpannya dalam tas pakaian. sewaktu berlayar dilaut , seorang darwis ahli sir batin dan kasyaf melihat cahaya keluar dari tas Habib Abu Bakar hingga ke langit. Ia lalu memberitahukan apa yang dilihatnya kepada Habib Au Bakar. habib abu Bakar berkata kepadanya, ” Tas ku ini hanya berisi pakaian dan shalawat”. habib Abu Bakar lalu menunjukan sholawat itu kepada si Darwisy.
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 – 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas’ud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik. Oleh karenanya tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang erat dengan nama-nama Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah, Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah. Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya ‘Salsabil Mu’in fi Tharaa-iqul Arba’iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah Mu’tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40).
Syekh Ahmad bin Idris berguru kepada Syekh Abdul Wahab at-Tazi, yang merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Beliau diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir As. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah adalah Shalawat ‘Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena menggunakan jalur Nabi Khidhir As hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur pengajaran syari’at Tarekat ini menggunakan jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani Qs. hingga kepada Sayidina Hasan Ra.
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia adalah Tarekat yang dibawa oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais, Mekah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Al-Idrisiyyah diteruskan oleh Syekh Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama’ahnya menjauhi perkara haram dan makruh seperti merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama’ah termasuk salat sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, karena banyak berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia, karena alasan politis nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat pergerakan Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para penjajah Barat.
AWRAD DAN DZIKIR
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama’ah Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba’da Maghrib hingga Isya dan ba’da Shubuh hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama ‘Hadiqatur Riyahin’ yang merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan (awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyyah adalah:
Membaca Al-Quran satu Juz,
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah adalah menunaikan salat tahajjud dan membaca Sholawat Azhimiiyyah sebanyak 70 kali sesudah ba’da Shubuh hingga terbit Fajar.
@@@
SHOLAWAT   SYEKH HABIB Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy
ALLAHUMMA SHALLI WA SALLIM ALAA SAYIDINA MUHAMMADIN NABIYIIL UMMIY WA ALAA ALIHI WA SHAHBIHI WASALIM BI ADADI SHALAWATULLAH WA ANBIYA’IHI WA RASULIHI WA MALAIKATIHI WA AWLIYA’IHI, WA YANFA’UNA BIHAA MIN BARAKATIHIM WA ANWARIHIM WA ASRARIHIM WA NAFAKHATIHIM WA ‘ALAA AWLADINA WA ABNAA’INA WA BANATINAA WA AHLI BAITINA WA AHBABINA WA LIMAN AHABUHUM WA LIMAN AHSANA ILAYNA FIIKA FII DUNYA WAL AKHIRAH BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAHIMIN
Yaa Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Baginda Sayidina Muhammad Nabi yang Ummi dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya, dengan shalawatnya Allah dan shalawatnya para Nabi, shalawatnya para Rasul dan Shalawatnya para malaikat serta shalawatnya para Awliya-Nya, yang memberikan kepada kita barakahnya, cahayanya, rahasianya, manfaatnya kepada kita, anak cucu keturunan kita, keluarga kita, ahli bait kita, kecintaan kita dan yang mencintai kita, dan orang-orang yang berbuat baik kepada kita karena Allah di dunia dan akhirat, dengan rahmat dari Mu, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Diijazahkan dan dihadiahkan dari Syekh al-Allamah al-Arifbillah Al-Walid al-Habib Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy. Shalawat luar biasa yang mencakup seluruh shalawat-shalawat yang ada, yang manfaat serta barakahnya menyeluruh meliputi anak cucu keturunan dan keluarga kerabat kita. Boleh di baca sekali, atau tiga kali. Beliau menganjurkan untuk dibaca tujuh kali pagi dan sore/malam.
Zdikir Segitiga Emas
Assalamu`alaikum Wr.Wb
Bismillah hirohmanirrohim
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puji bagi alloh SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita sekalian, sholawat serta salam kita hatur kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya hormati sesepuh KWA Ki wongalus, saudaraku dan sedulurku semua yang saya hormati pula. Izikan sekali lagi saya disini untuk memposting amalan Dzikir Agung Wong Tani.
Deskripsi :
I. Pendahuluan :
Dzikir ini meliputi 3 komponen permohonan
a. (sholawat, tahmid, takbir, Tahlil dll) pada doa ini kita bersifat memuji kebesaran Asma Alloh serta utusanNya,
b. (Tawasul/ pemberian hadiah/ Pemohonan batuan Doa/ mohon penyaksian) kepada para leluhur hujatul islam dari berbagai latar belakang serta para leluhur tanah jawa, tawasul ini diharapkan para auliyaillahita`ala memberi hadiah kepada sang pembaca atau mereka akan membatu kita dalam permohonan ini serta memberikan berbagai barokah yang di miliki masing2 leluhur disini terdapat lebih 50 kekasih Alloh SWT. Yang akan kita mintai perantara / barokah/bantuan dlm berbagai hal dalam doa` ini, dalam proses membaca sebagian besar wali-wali alloh akan datang berada disekitar kita untuk turut medoakan kita pada saat itu juga terutama bagi yang sudah istiqomah. Kenapa tawasulnya kok begitu banyak? Karena mereka2 adalah wali alloh yang telah banyak mengarang dan menyusun berbagai keilmuan dari berbagai sisi dan dimensi, insyaalloh tanpa kita belajar ilmunya kita akan mendapatkan secara langsung wali-wali alloh tersebut ilmu tersebut tanpa kita minta amin3x.
c. (Sholat wajib, sholat sunnah nawafil, Tobat, Lidafil bala`, Birrul walidain dll) disini sholat merupakan ujung tingkat tinggi dalam berdoa yaitu sholat di mana setelah kita memuji Alloh yang telah digariskan adalah hanya melalui sholat juga bersamaan kita minta sarana bantuan kepada leluhur Wali Alloh baik di wilayah tanah arab dan wali Nusantara RI untuk membawa doa kita pada sisi Alloh SWT. Jadi sholat merupakan ujung dari segala doa.
Dari semua itu kami menyimpulkan sebagai Dzikir Segitia Emas, karena antara sisi satu dengan yang lainnya saling menguatkan untuk membetuk segitiga trapezium menuju Alloh SWT.
II. Nama :
Asmak ini diberi nama cukup istimewa karena amalan ini adalah warisan dari beberapa guru yang kemudian saya simpulkan dan diringkas serapi-rapinya sehingga menjadi bentuk seperti ini. Termasuk didalamnya terdapat Dzikrul Ghofilin dari Mbah Khamid, Gus Miek, Mbah siddiq, serta dari kyai-kyai lain yg tidak bisa di sebut satu persatu.
III. Proses Peyusunan
Dzikir ini disusun layak lahirnya seorang bayi, perlu perawatan diuji lalu dirasakan di telaah manfaat dan faedahnya di dilihat latar belakang setiap kalimat setiap wali-wali alloh yang dikirimi fatikha serta kitab-kitab, doa dan asma-asma yang telah di karang oleh mereka sampai pada dampak langsung posisi kita di akhirat pada saat sidang ila yaumil qimayah sampai perjalanan sidratul muntaha. Karena memang begini tidak serta merta tersusun langsung jadi seperti ini dulu hanya poit A-E lalu Dzikrul Ghofilin kemudian meningkat tambah banyak dan insyaalloh mentok sampai disini tingkat paling tinggi.
Butuh 2 tahun untuk merampungkannya selesai pada tahun 2003 meskipun tidak pernah saya tulis dalam lembaran apapun. Pada tahun 2010 bulan juli ada tambahan 2 asmak pada poin M dan N yang saya ambil sesepuh di ASR mencari ridho alloh SWT. Di kampus KWAngen ini.
sebagian kecil Dzikir ini sudah saya blow up di ‘posting asmak warisan dua Guru’ beberapa bulan yang lalu.
IV. Cara membaca
Amalan ini dibaca setelah sholat maghrib sampai isya, untuk membaca Dzikir ini membutuhkan waktu 80 menit jika sudah hafal kalau dalam tahap pertama bisa sampai 2 jam + sholat sunnahnya, jelas membutuhkan waktu luang bagi sedulur yang hendak mengamalkannya, apalagi dijaman serba ruwet bin mumet benar-benar harus bisa mendisiplinkan waktu, apabila tidak ada waktu silahkan diamalkan diatas jam 9 malam. Sedulur bisa membacanya sekali saja seumur hidup atau hanya untuk mencoba silahkan, sedulur bisa membuat amalan ini sebagai koleksi lemari atau sekedar dibaca juga tidak apa-apa.
V. Tujuan
Tujuan mengamalkan Dzikir ini tidak lain hanya untuk mencari ridho alloh SWT. Sama sekali tidak ada terlintas /terbesit untuk mengharap kesaktian karena manusia sudah sakti bin mandraguna.
Selamat membaca semoga bermanfaat :
VI. Dzikir Segita Emas
Bismillahirrohmanirrohim
A. Istighfar 11 x
B. Subhanalloh 33 x
C. Allohu akbar 33 x
D. Alhamdulillah 33 x
E. Lailaha illalloh 100 x
F. Baca QS (Tha`ha /20:39). 3X
“Wa`alqoitu alaika mahabbatamminni walitus na`a ala ainin”
G. Bismillahirrohmanirrohim. Wabimu`jizati Wabikaromati Wabibarokati Wabissafa`ati rosulillah Nabiyulloh Isa Khidir Sulaiman Alfatikha …3X
H. Ayat Kursi … 3X
I. Sollallohu ala Muhammad 11 X
J. Bismillahimasyaalloh 7 X
K. La haula wala quwata illabillah 1 X
L. Bismillahirrohmanirrohim 11 X
M. Inna kuwwatih nakaban nata kitaban nata 11 x
N. Inna kuwwatih nakatahta kitaban nata lailahaillalloh bi idznillah illa haula wala quwata illa billah 3 x
O. Tawasul
1. Ila hadrotin 1. Nabi mustofa muhammad sollallohu alaihi wasallam 2. Tsumma ila hadroti sayyidisy-syaikh abdul qodir zaelani 3. wasayyidisy-syaikh abi khamid muhammad al-ghozalie 4. wasayyidisy-syaikh habibi abdi alwi al-haddad rodiyallohu anhu lahumul fatikha …(50x) setiap 10 kali diulang ilahadroti …dst.
2. Doa ‘Allohumma inna nas`aluka bihaqil fatikhatil muaddlomatil wasab il matsani antaf tahalana bikulli khoir wa`an tatafadlolana alaina likulli khoir wa antu amilana mu amalaka bi ilmil khoir wa`antahfadlona fi adyanina wa anfusina wa auladina wa amwalina wa ahlina wa ahbabina wa ashabina min kulli mihnatin wafitnatin wa bu’sin wadhoirin innaka waliyu likulli khoir wamutafaddilu likulli khoir wamu`din likulli khoir birohmatika ya arhamarrohimin wasollahlu ala sayidina muhammadin waala ali wasohbihi wasallam walhamdulillah hirobbil alamin.
3. Huwallohu lailahaillalloh huwararrohmanu jalla jalalu Arrohimu jalla jalalu…( baca asmaul khusna… ila akhir setiap asma di akhiri dengan lafad “jalla jalalu) 1x
4. Robbana atina fiddunya hasanah wafil a-khiroti hasanah wakina adzabannar 10X (doa sapu jagat)
5. Alladzi lamyalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad laitsa kamislihi syai`un fil ardli wala fissama`I wahuwas sami`ul alim 1 x
6. Ila hadroti jami`il ambiya`I wal mursalin wa`ulil azmi minarrusuli wajami`il malaikatil muqorrobin alaihimussolatu wassalam lahumul fatikha …1x
7. Allohumma sholli ala sayyidina jibril Wasayyidina mikail Wasayyidina isrofil, Wasayyidina ijro`il, wahamalatil arsy, wa’alal malaikatil muqorrobin wa`ala jami`il ambiya`I walmursalin solawatullohi wasalamuhu alaihim ajma`in 1x
8. Astaghfirulloh hal adhim 100x
9. Ila hadrotissyafi`ina sayyidissadati muhammadin sholallohu alaihi wasallam wa`ala alihi wasobbih, wakhususon ahlil badri minal muhajirina wal ansori rodiyallohu anhum ajma`in, wajami`i atba`ihi wasyuhada`I wajami`il ambiya`I wal mursalin wajami`il auliya`i wal ulama`I wassyuhada`I was sholihin sholawatullohi wasamuhu alaihim ajma`in walmusonnifina wamuallifina wajududina wajaddatina waaba ina waummahatina faman lahu huqukun alaina ghofarullohu lana lahumul fathika …1 x
10. Ila hadroti bachkrissyafa`ati sayyidina mahbubi muhammadin sollallohu alaihi wasallam lahumul fatikha ..1x
11. Ila hadroti nabiyina khadiri abi abbas balyan bin malkan alaihissalam lahumul fatikha ..1x
12. Ila hadroti 1. sultoni auliya`I auwali sayyidisy syababi ahli jannati sibti khoiri bariyyah, 2. abi Mummadin sayyidina khasani aliy ibni abi tholib, 3. wa`akhihis sokhibi sayyidina husain 4. wawalidaihima sayyidina ali bin abi tholib 5. wassayyidatina fatimatus zahro al-bathul rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
13. Ila hadroti 1. sayyidisy-syaikh muhyiddin abi muhammad shulton al-auliya asyikh abdul qodir al-jaelani ibni abi soleh musa janka dzausat 2. wasayyidisy-syaikh abi hamid muhammad al-ghozali 3. wa akhihi shoghiri sayyidisy-syaikh achmadal ghozali 4. wasayyidisy-syaikh abi bachri as-sibli 5. wasayyidisy-syaikh qutbi ghousi habibi abdi alwi al-hadad rodiyallohu anhum lahumul fatikha ..2 x
14. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abu yazid taufur ibni isa al-bustomy 2. wasayyidisy-syaikh muhammad hanafi 3. wasayyidisy-syaikh yusuf bin ismail an-nabhani 4. wasayyidisy-syaikh jalalidin as-suyuti 5. wasayyidisy-syaikh abi zakariya abi yahya ibni sarofi an-nawawi rodiyalluhu anhu lahumul fatikha …1 x
15. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abdi wahab asy sya`roni 2. wasayyidisy-syaikh ali nuriddin as-sauni 3. wasayyidisy-syaikh abi abbas achmad ali bunniy 4. wasayyidisy-syaikh ibrohim adzhama 5. wasayyidisy-syaikh ibrohim ad-dasuki rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
16. Ila Hadroti 1.Assyaikh abi abbas sihabiddin achmad umar al-ansori al-mursiyi 2. wasayyidisy-syaikh abi sa`id abdi karimi busyiri 3. wasayyidisy-syaikh abi hasan al-bachkri 4. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni ismail al-bukhori 5. wasayyidisy-syaikh jainiddin ibni abdi aziz al-mali baril fanani 4. wasayyidisy-syaikh tajiddin ibni atoillah as-sakandari rodiyallohu anhu lahumul fathika ..1x
17. Sholawat 300 x
18. Ila hadroti a`immati arba`ati mujtahidi ashabi madzahibi arba`ah 1. wakhususon sayyidisy-syaikh Muhammad idris as-syafi`I 2. wasayyidisy-syaikh abi khofdin umar suhro wardiyi 3. wasayyidisy-syaikh abi madyana 4. wasayyidisy-syaikh ibnu maliki al-andalusia 5 wasayyidisy-syaikh. Zainiddin sulaiman az-zajuli 6. wasayyidisy-syaikh muhyiddin ibni arobi 7. wasayyidisy-syaikh imron bin Husain rodiyallohu anhu lahumul fatikha ..1x
19. Ila hadroti 1. Qutbi kabiri abdi salam al-masyisi, 2. wasayyidisy-syaikh abi al-hasani ali ibni abi abdi jabbari as-syadzili 3. wasayyidisy-syaikh abi ma`fudin al-karhiyi 4.wasayyidisy-syaikh abil hasan sarris saqoti 5. wasayyidisy-syaikh abi qosim al-imam al-zunaid al-baghdadi 5. wasayyidisy-syaikh abi abbasi achmad al-badawi 6. wasayyidisy-syaikh achmad abi husain ar-rifaiyi 7. wasayyidisy-syaikh achmad al-badawi 8. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni nu`mani rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1 x
20. Ila hadroti 1. wasayyidisy-syaikh imam al-hasan abi hasani abi said al-basyri 2. wasayyidatir robiah al-adawiyah 3. wasyyidah ubaidah binti abi kilab rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1x
21. Ila Hadrotin 1. sayyidisy-syaikh Sulaim adz-daroein, 2. wasayyidisy-syaikh as`adinil mukhasibin, 3 wasayyidisy-syaikh abi sayyid din-dunnun al-misri, 4. wasayyidisy-syaikh Husain al-Mansyur al-hallaj, 5. wasayyidisy-syaikh Jalaluddin ar-rumi, 6. wasayyidisy-syaikh Abi khofdin umar bin farid al-sarofi al-hamwiyi al-misri rodhiyallohu`anhu lahumul fatikha …1x
22. Wakhususon sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan giri, sunan gunungjati, , sunan kudus, sunan muria, sunan, sunan kali jogo, syeich maulana malik ibrahim alfatikha …1 x
23. Wakhususon 1. Mbah Kyai Hasyim As`ary 2. Mbah Munawwir 3. Mbah Bahkruddin, 4. Mbah Kyai Muhammad Soleh Bahruddin rohimallohu ta`ala Al-Fatikha …1x
24. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi, 1. Mbah Kholil, 2. Mbah Khamid, 3. Mbah Abdulloh Amin, 4. Mbah Min, 5. Mbah Qusyairy Ilyas, 6. Gus Khamim Jazuli, 7. Mbah Slagah, 8. Mbah Sumberkerto, 9. Mbah Darrin, 10. Mbah Nyai Kholifatus sarifah 11. Mbah Semendi 12. Mbah Kyai Jalil Mustaqim, 13. Mbah Kyai Nawawi 14. Sayyid Arif, 15. Sayyid Abdurrohan, 16. Syeich Jumadil Kubro, 17. Syeich Yasin, 18. Mbah Syahri, 19. Mbah Mangli, 20. Mbah Kyai Badrudin, 21. Mbah Kendil Wesi 22. syeich Damanhuri Al-Fatikha …3x
25. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi 1. mbah Madun 2. mbah ki ageng penanggungan Al-Fatikha 1x
26. Ila Ruhi…/… (sebutkan nama kakek dan nenek minimal 2 turunan) Al-Fatikha…1x
27. Ila Ruhi wa jasadi Abi wa Umi … (ibu/ bapak) Al-Fatikha…1x
28. Ila Hadiyati babir rohmatin nafsi… (sebutkan nama istri dan anak bagi yg sudah menikah) Al-Fatikha…1x
29. Wakhususon wilayah (sebut nama dusun, desa kec. Kab. Prop. Pulau, NKRI) ‘jauhkan dari segala marabaha dan musibah aman3 ila yaumil qiyamah” al-fatihka ..1x
30. Ila hadroti ahya`i wal amwati min jami`issolikhina minal auliya`irrizalil arifin wal ulama`il amilin wajai`il auliya`i’ fi jawata wa madurota wa Indonesia wabil khossin jami`i sunan-sunan walisongo ajma`ina wasairissadati shoufiyatil muhakikina ainama kanu mim masyarikil ardlo ila maghoribiha innalloha yajma`una waiyahum wayahdina bi himayatihim yamahmina bihimamatihim wayumiduna bimadadihim wayu`iduna mim barokatihim wa asrorihim wa anwarihim wa`ulumihim fiddaroein, waila hadrotin mujtabah sollallohu alaihi wasallam alama nawassalafussolihk Al-Fatikha …3x
31. Ila hadroti ihwani dzkirina bi dzikril ghofilin wadzakiroti taghommada humullohu wamaghfirotu minallohi waridwan lahumul fatikha …1 x
32. Tahlil 100 x
33. lamabuda illaloh lamaksuda illalloh lamadzluba illalloh lamaujuda illalloh maula yasolliwasallim daiman abada ala habibika khoiril kholqikul lihimin huwal habibulladi turjasofa atuhu likullihau liminal ahwalimuktahimi
34. lishohibi burdati liqodoi hajatina wahajatiku min hawaijiddunya wal akhiroh al-fatikha …1x
P. Sholat at-taubah 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan littaubati rokataini ada`an lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ ya Alloh terimalah tobat saya ampunilah segala dosa saya perkataan saya dan tingkah laku saya. segala tinglaku saya jadikanlah amal ibadah untukMu)
Q. Sholat Litsubutil Iman 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Litsubutil Iman rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ Ya Alloh tambahkan nikmat islamku nikmat imanku dan nikmat ihksanku, mudahkan segala urusanku, bahagiakanlah diriku ila yaumil qiyamah)
R. Sholat Birrul Walidain 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Birrul Walidain rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“Ya Alloh ampu
1.               Rahasia dibalik Dzikir Jahar

Hingga kini, masih banyak orang yang under estimate, merasa tidak mempercayai dengan dalil suudzon dan syak wasangka, apakah benar ada yang dinamakan dzikir jahar atau dzikir keras. Kebanyakan dari mereka, mengira bahwa yang dinamakan dzikir keras itu sesuatu yang tidak ada riwayat dari Rasulnya. Benarkah?
Sebagai ilustrasi, sebagaimana orang bijak pernah berkata, bahwa manusia akan dikumpulkan dengan orang yang disukainya. Jika ia mencintai musik, maka ia akan berkumpul dengan para pecinta musik. Jika ia mencintai hobi motor cross misalnya, maka ia akan berkumpul dengan mereka yang mencitai hobi yang sama. Tidak perduli dengan suara bising dan dentuman musik yang menjadi-jadi. Bagi mereka yang penting adalah mencari kenikmatan.
Ya, begitulah bahwa manusia akan dikumpulkan bersama dengan orang yang memiliki hobi dan minat yang sama. Demikian juga dengan dzikir, atau bagi mereka yang menyukai dzikir. Timbulnya pertanyaan, benarkah ada dzikirjahar, ialah keluar dari mereka yang memang belum mencintai apa itu dzikir jahar. Padahal, Allah sendiri adalah firman-Nya menyatakan bahwa orang yang beriman yang memiliki hati suci, jika mendengar dzikir akan tersentuh dan gemetar hatinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka hanyakepada Allah saja berserah diri” (QS. Al Anfal ayat 2).
Dalam ayat ini, Allah memberi isyarat bahwa mereka yang beriman tidak akan merasa resah tetapi akan tersentuh hati dan jiwanya jika mendengarkan dzikir. Dari ayat ini yang menjadi titik tekan adalah dalam kata dzukiro, yang berarti dzikir itu dibacakan. Berarti orang yang beriman itu mendengar bacaan dzikir, lalu mereka bergetar hatinya. Kemudian, kita bisa menyimpulkan bahwa apa pun yang bisa didengar atau terdengar itu adalah suara yang dinyaringkan atau dikeraskan. Berarti dzikir dalam ayat tersebut adalah dzikir jahar atau dzikir yang dinyaringkan. Untuk lebih jelasnya, maka kita uraikan satu per satu ayat Al Quran dan Hadits yang menerangkan tentang dzikirjahar.
 HUKUM DZIKIR KERAS (JAHAR) DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITSHUKUM DZIKIR JAHAR DALAM AQUR’AN
 - 1. Q.S. AL-‘AROF AYAT 204 :
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat .”
 Penjelasan ayat ini bukan menunjukan dzikir dalam hati tapi dzikir yang terdengar atau dzikir keras. Namun, Ayat di atas seakan bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits yang lain tentang anjuran untuk berdzikir dalam hati seperti Q.S.Al-‘Arof ayat 205: “Sebutlah nama Allah di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan tidak dengan suara yang keras dari pagi sampai petang, Dan janganlah dirimu menjadi golongan yang lupa (lalai).”
Sebenarnya Ayat 205 ini tidaklah bertentangan dengan ayat 204 yang menunjukan akan diperintahkannya dzikirjahar. Dan ayat 205 ini tidak bisa dijadikan alasan untuk melarang dzikir keras karena akan bertentangan dengan dzikir yang telah umum yang biasa dibaca dengan suara keras, seperti takbiran, adzan, membaca talbiyah ketika pelaksanakan haji, membaca al-qur’an dengan dikeraskan atau dilagukan, membaca sholawat dangan suara keras dan lain-lain. Hanya saja, Q.S Al’Arof ayat 205 ini hanya menjelaskan tentang dzikir yang tidak memakai gerak lidah yaitu dzikir dalam hati atau khofi. Jadi penjelasan Ayat 205 ini menunjukan, bagaimanapun bentuknya dzikir jika dibaca dalam hati pasti tidak akan mengeluarkan suara karena dzikirnya sudah menggunakan hati, bahkan sudah tidak menggunakan gerak lidah.
Kesimpulan dari dua ayat itu, Allah menunjukan adanya perintah dibolehkannya berdzikir dengan jahar (keras) maupun dzikir dalam hati (khofi) yang tidak memakai gerak lidah.
 - 2. Q.S.AL-BAQOROH AYAT 200 :
“Apabila engkau telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menywebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau bahkan berdzikirlah lebih (nyaring dan banyak) daripada itu.”
Menurut Ibnu Katsir, latar belakang turunnya ayat ini ialah kebiasaan bangsa Arab, baik suku quraisy maupun lainnya pada musim haji mereka biasanya berkumpul di Mudzalifah setelah wukuf di Arafah. Disitu mereka membanggakan kebesaran nenek moyang mereka dengan cara menyebut-nyebut kebesaran nenek moyang mereka itu dalam pidato mereka. Ketika telah memeluk agama Islam, Nabi memerintahkan mereka hadir di Arafah untuk wukuf kemudian menuju mudzdalifah. Setelah mabit di mudzdalifah mereka diperintahkan untuk meninggalkan tempat itu dengan tidak menunjukan perbedaan diantara mereka (dengan cara menyebut kebesaran nenek moyang) seperti yang mereka lakukan pada masa pra Islam.
Berbeda dengan Ibnu Katsir, yaitu Mahmud Hijazi menafsirkan ayat ini dengan mengatakan, bila kamu selesai mengerjakan haji maka berdzikirlah kepada Tuhanmu dengan baik (dengan cara menyebut-nyebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu sewaktu kamu jahiliyah atau sebutlah nama Allah itu lebih keras daripada kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu itu. Begitu pun penafsiran Ibnu Abbas, seperti terdapat dalam kitab Tanwir al Miqbas ketika menafsirkan kata aw asyadda dzikro yang berarti menyebut Allah dengan mengatakan “Ya Abba” seperti menyebut nenek moyang “Ya Allah”.
Dua pendapat mufasir di atas mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa menyebut nama Allah dalam pengertian dzikrullah dianjurkan setelah menunaikan ibadah haji,. Dzikrullah tersebut dikerjakan dengan suara keras, bahkan boleh dengan suara yang lebih keras daripada suara jahiliyah tatkala mereka menyebut nama nenek moyang mereka ketika berhaji.
 - 3. Q.S. AL-BAQOROH AYAT 114 :
“ Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi-halangi menyebut nama Allah di dalam mesjid-mesjid-Nya ..”
 - 4. Q.S. AN-NUR AYAT 36 :
“ Didalam semua rumah Allah diijinkan meninggikan (mengagungkan) suara untuk berdzikir dengan menyebut nama-Nya dalam mensucikan-Nya sepanjang pagi dan petang.”
 - 5. Dan lain-lain
 HUKUM DZIKIR JAHAR MENURUT HADITS ROSUL
HADITS KE SATU
Dalam Kitab Bukhori jilid 1:
Dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Abbas ra., berkata: “Inna rof’ash shauti bidzdzikri hiina yanshorifunnaasu minal maktuubati kaana ‘ala ‘ahdi Rosuulillaahi sholallaahu alaihi wasallam kuntu ‘alamu idzaanshorrofuu bidzaalika sami’tuhu.” Artinya :“Sesungguhnya mengeraskan suara dalam berdzikir setelah manusia-manusia selesai dari sholat fardlu yang lima waktu benar-benar terjadi pada zaman Nabi Saw. Saya (ibnu Abbas) mengetahui para sahabat melakukan hal itu karena saya mendengarnya .”
Selanjutnya dalam hadits :“Suara yang keras dalam berdzikir bersama-sama pada waktu tertentu atau ba’da waktu sholat fardhu, akan berbekas dalam menyingkap hijab, menghasilkan nur dzikir” (HR. Bukhari).
 - HADITS KE DUA
Dari Abu Khurairah ra, katanya Rasulullah bersabda: “Allah berfirman; ‘Aku berada di dalam sangkaan hamba-Ku tentang diri-Ku, Aku menyertainya ketika dia menyebut-Ku, jika dia menyebut-Ku kepada dirinya, maka Aku menyebutnya kepda diri-Ku. Maka jika menyebut-tu di depan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di tempat yang lebih baik daripada mereka” (HR. Bukhari). Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut ‘di depan orang banyak’, berarti dzikir tersebut dilakukan secara jahar.
 - HADITS KE TIGA
Diriwayatkan di dalam Al Mustadrak dan dianggap saheh, dari Jabir ra. berkata: “Rasulullah keluar menjumpai kami dan bersabda: ‘Wahai saudara-saudara, Allah memiliki malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis-majlis dzikir di dunia. Maka penuhilah taman-taman syurga’. Mereka bertanya:’Dimanakah taman-taman syurga itu?’. Rasulullah menjawab: ‘Majlis-majlis dzikir.’ Kunjungilah dan hiburlah diri dengan dzikir kepada Allah” (HR. Al Badzar dan Al Hakim). Penjelasan hadits ini, bahwa dalam kalimat ‘malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis dzikir di dunia’maksudnya berarti dzikir dalam hal ini adalah dzikir jahar yang dilakukan manusia. Karena malaikat hanya mengetahui dzikir jahar dan tidak mampu mengetahui dzikir khofi. Hal ini sebagaimana sabda Rasul: “Adapun dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat yakni dzikir khofi atau dzikir dalam hati yakni dzikir yang memiliki keutamaan 70x lipat dari dzikir yang diucapkan” (HR. Imam Baihaqi dalam Kitab Tanwirul Qulub hal.509).
 - HADITS KE EMPAT
Hadits yang dishohehkan oleh An Nasai dan Ibdu Majjah dari As Sa’ib dari Rasululah SAW, beliau bersabda: “Jibril telah datang kepadaku dan berkata, ‘Perintahkanlah kepada sahabat-sahabatmu untuk mengeraskan suaranya di dalam takbir”(HR. Imam Ahmad Abu Daud At Tirmidzi).
Penjelasan hadits ini, bahwa sangat jelas tidak dilarangnya dzikir keras tetapi dianjurkan untuk melakukan dzikirjahar.
 - HADITS KE LIMA
Didalam kitab Sya’bil Iman dari Abil Jauza’ ra. berkata :“Nabi Saw, bersabda, “Perbanyaklah dzikir kepada Allah sampai orang-orang munafik berkata bahwa kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” (H.R.Baihaqi)
Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut “orang-orang munafik berkata bahwa kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” Hadits ini menunjukan dzikir jahar karena dengan dzikir jahar (terdengar) itulah orang munafik akhirnya menyebutnya ria .
 - HADIITS KE ENAM
Juga dalam kitab Sya’bil Iman yang di shohehkan oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id Al-Khudri ra., berkata :“Nabi Saw, bersabda,” Perbanyaklah dzikir kepada Allah kendati kalian dikatakan gila”. (H.R.Al-Hakim danAl-Baihaqi)
 - HADITS KE TUJUH,
Dari Jabir bin Abdullahra, berkata :“Ada seorang yang mengeraskan suaranya dalam berdzikir, maka seorang berkata, “ semestinya dia merendahkan suaranya.” Rosulullah bersabda,” Biarkanlah dia,sebab sesungguhnya dia adalah lebih baik.“ (Al-Baihaqi). Dari Sa’id bin Aslam ra., katanya Ibnu Adra’ berkata, “ Aku menyertai Nabi Saw. Pada suatu malam, lalu melewati seseorang di mesjid yang mengeraskan suaranya, lalu aku berkata, “ Wahai Rosulullah, tidaklah ia termasuk orang ria ? “ Beliau menjawab, “ Tidak,tetapi dia pengeluh,” (H.R.Baihaqi).
 PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG DZIKIR JAHAR
Imam An-Nawawi berkata : “Bahwa bacaan dzikir sir (samar) lebih utama apabila takut ria, atau khawatir mengganggu orang yang sedang sholat atau tidur. Sedangkan yang jahar (dzikir keras) lebih baik apabila tidak ada kekhawatiran tentang hal ini, mengingat amalan di dalamnya lebih banyak manfaatnya, karena ia dapat membangkitkan kalbu orang yang membaca atau yang berdzikir, ia mengumpulkan semangat untuk berfikir, mengalahkan pendengaran kepadanya, mengusir tidur, dan menambah kegiatan” (dalam Kitab Haqiqot Al-Tawwasulu wa Al-Wasilat Al-Adlow’il kitabi wa As-Sunnah).
Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal 108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal ‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan wajib bagi murid-murid yang masih didalam tahap belajar menuju Allah, untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu penghalang kepada Allah yang telah menjadikan hati jadi keras bagaikan batu, penghalangnya yaitu seperti sipat malas, sombong, ria, iri dengki dan sebagainya)
Imam Al-Ghozali r.a. mengatakan: “Sunnat dzikir keras (jahar) diberjemaahkan di mesjid karena dengan banyak suara keras akan memudahkan cepat hancurnya hati yang keras bagaikan batu, seperti satu batu dipukul oleh orang banyak maka akan cepat hancur”.

KENAPA MESTI DZIKIR KERAS?
Ulama ahli ma’rifat mengatakan bahwa untuk mencapai ma’rifat kepada Allah bisa diperoleh dengan kebeningan hati. Sedangkan kebeningan hati itu bisa dicapai dengan suatu thoriqoh (cara), diantaranya banyak berdzikir kepada Allah. Jadi, ma’rifattidak akan bisa diperoleh jika hati kita busuk penuh dengan kesombongan, ria, takabur, iri dengki, dendam, pemarah, malas beribadah dan lain-lain. Oleh sebab itu dzikir diantara salah satu cara (thiriqoh) untuk membersihkan hati.
Sebab, manusia sering menyalahgunakan fitrah yang diberikan Tuhan, sehingga hati mereka menjadi keras. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut, mendorong manusia memiliki hati yang keras melebihi batu. Hal tersebut sebagaimana kalimat yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat 74: “tsumma qosat quluubukumminba’di dzaalika fahiya kal hijaaroti aw asyaddu qoswatun”, artinya “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,bahkan lebih keras lagi”.Dari ayat tersebut hati manusia yang membangkang terhadap Allah menjadikan hatinya keras bagaikan batu bahkan lebih keras daripada batu.
Maka, jalan keluarnya untuk melembutkan hati yang telah keras bagaikan batu sehingga kembali tunduk kepada Allah, sebagaimana Ulama ahli ma’rifat mengatakan penafsirkan ayat tersebut, sebagaimana dalam kitab miftahu Ash-Sshudur karya Sulthon Awliya Assayyid Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin r.a. bahwa “fakamaa annal hajaro laa yankasiru illa biquwwatin dlorbil muawwil fakadzaalikal qolbu laayankasiru illa biquwwati ”, artinya “sebagaimana batu tidak pecah kecuali bila dipukul dengan tenaga penuh pukulan palunya, demikian hati yang membatu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan kuatnya suara dzikir. “liannadz dzikro laa yu’tsiru fiijam’i tsanaati qolbi shohibihi illa biquwwatin”, artinya “ Demikian pula dzikir tak akan memberi dampak dalam menghimpun fokus hati pendzikirnya yang terpecah pada Allah kecuali dengan suara keras”.
Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal 108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal ‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan wajib bagi murid-murid yang masih di dalam tahap belajar menuju Allah, untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu penghalang yang akan menghalangi kita dekat kepada Allah, seperti sifat-sifat jelek manusia: iri, dengki, sombong, takabur,dll yang disumberkan oleh hati yang keras).

CARA BERDZIKIR DENGAN KERAS YANG DIAJARKAN ROSUL
Dalam hadits shohihnya, dari Yusuf Al-Kaorani : “Sesungguhnya Sayyidina ‘Ali r.a. telah bertanya pada Nabi Saw. : Wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku macam-macam thoriqot (jalan) yang paling dekat menuju Allah dan yang paling mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama di sisi Allah, maka Nabi Saw menjawab: wajiblah atas kamu mendawamkan dzikkrullah: Sayyidina ‘Ali r.a bertanya lagi: Bagaimana cara berdzikirnya ya Rosulallah? Maka Nabi menjawab: pejamkan kedua matamu, dan dengarkan (ucapan) dariku tiga kali, kemudian ucapkan olehmu tiga kali, dan aku akan mendengarkannya. Maka Nabi Saw. Mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali sambil memejamkan kedua matanya dan mengeraskan suaranya, sedangkan Sayyidina ‘Ali r.a mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali, sedangkan Nabi Saw memdengarkannya”. (Hadits dengan sanad sahih, dalam kitab Jami’ul Ushul Auliya)
 Dalam kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar terjaga dari datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al’Arof ayat 17: “Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada manusia melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri”. Ayat ini menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda manusia agar menjadi ingkar terhadap Allah. Jelas, sasarannya manusia melalui empat arah; 1. Depan 2.Belakang 3.Kanan 4.Kiri.Maka, dzikirnya pun harus menutup empat arah. Dalam kitab Tanwirul Qulub: ucapkan kalimat “LAA”dengan diarahkan dari bawah pusat tarik sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah depan dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena syetan mengganggu otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu suuddzon. Dan “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan “ILLALLAH”diarahkan ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya, hal ini untuk menutup pintu syetan yang datangnya dari arah kiri, namun lapadz jalalah yaitu lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah sekitar dua jari, karena disanalah letaknya jantung atau hati (keras bagaikan batu) sebagaimana pendapat Imam Al-ghozali.
Syarat berdzikir menurut para Ulama Tasawuf:
1. Dengan berwudlu sempurna
2. Dengan suara kuat/ keras
3. Dengan pukulan yang tepat ke hati sanubari
 MANA YANG PALING UTAMA, DZIKIR KERAS (JAHAR) ATAU DZIKIR HATI (KHOFI)?
Dalam kitab ulfatu mutabarikin dan kitab makanatu Adz-dzikri bahwasanya Rosul pernah bersabda: “sebaik-baik dzikir adalah dalam hati”. Dalam kitab tersebut dijelaskan hal itu bagi orang yang telah mencapai kelembutan bersama Allah, hati bersih dari penyakit, hati yang sudah lembut. Sedangkan dzikir keras itu lebih utama bagi orang yang hatinya keras bagaikan batu, sehingga sulit untuk tunduk pada perintah Allah karena sudah dikuasai oleh nafsunya.
Dalam kitab Miftahu Ash-Shudur karya Sulthon Auliya As-Sayyid Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin r.a. bahwa “ Sulthon Awliya As-Sayyid Syekh Abu A-Mawahib Asy-Syadzili r.a. berkata:“Para ulama toriqoh berbeda pendapat tentang mana yang lebih utama, apakah dzikir sir (hati) atau dzikir jahar (keras), menurut pendapat saya bahwa dzikir jahar lebih utama bagi pendzikir tingkat pemula (bidayah) yang memang hanya dapat meraih dampak dzikir dengan suara keras dan bahwa dzikir sir (pelan) lebih utama bagi pendzikir tingkat akhir (nihayah) yang telah meraih Al-Jam’iyyah (keteguhan hati kepada Allah)” .
Imam Bukhori, dalam kitab Sahihnya bab dzikir setelah salat fardlu, berkata: “ Ishaq ibnu Nasr memberitahu kami, dia berkata’Amru memberitahu saya bahwa Abu Ma’bad, pelayan Ibnu Abbas, semoga Allah meridloi keduanya, memberitahu Ibnu Abbas bahwa “Mengeraskan suara dalam berdzikir ketika jama’ah selesai dan shalat fardlu sudah biasa dilakukan pada masa Nabi Muhammad. Ibnu Abbas berkata: “Aku tahu hal itu, saat mereka selesai shalat karena aku mendengarnya”. Sayyid Ahmad Qusyayi. Q.s., berkata: ”inilah dalil keutamaan dzikir keras (jahar) yang didengar orang lain, dengan demikian ia membuat orang lain berdzikir kepada Allah dengan dzikirnya kepada Allah“.

 DZIKIR KERAS MERESAHKAN?
Dzikir keras tidak akan meresahkan atau mengganggu orang yang hatinya penuh dengan cinta kepada Allah. Dengan terdengarnya dzikir menjadi magnet (daya tarik) yang kuat bagi orang yang beriman, bahkan menjadi kenikmatan tersendiri. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an QS.Al-Anfal ayat 2 :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka hanya kepada Allah saja berserah diri” .

 ALLAH TIDAK TULI
Ada anekdot dari seorang Ulama Tasawuf pengamal thoriqoh: suatu hari ada dialog antara mahasiswi dan ulama tasawuf. Mahasiswi bertanya: “Pak Kiai, kenapa dzikir mesti keras (jahar) padahal Allah itu tidak tuli?”. Ulama Tasawuf menjawab dengan membalikan pertanyaan: “yang bisa kena sifat tuli itu yang memiliki telinga atau tidak?”. Mahasiswi menjawab: “iya yang punya telinga”. Ulama Tasawuf kembali bertanya: “Kalau Allah punya telinga tidak?”. Mahasiswi menjawab: “tidak punya”. Ulama tasawuf kembali bertanya lagi: “apakah dengan suara keras makhluk akan merusak pendengaran Allah?”. Mahasiswi menjawab: “tidak Pak Kiai”.
Selanjutnya Ulama Tasawuf mengatakan: “oleh sebab itu istighfarlah dan bersyahadatlah dengan baik, bagaimanapun Allah tidak akan tuli dan tidak akan rusak pendengaran-Nya oleh suara kerasnya makhluk. Bagi-Nya suara keras maupun pelan terdengar oleh Allah sama. Hanya saja, hati manusia yang tuli akan perintah Allah. Jadi, dzikir keras bukan untuk Allah dan bukan ingin didengar oleh Allah karena Allah sudah tahu. Tapi tujuan dzikir keras itu diarahkan untuk hati yang tuli kepada Allah yang keras bagaikan batu sedangkan kita tahu batu itu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan yang kuat, begitupun hati yang keras bagaikan batu tidak akan hancur kecuali dengan suara pukulan dzikir yang kuat. Jadi, Allah tidak butuh akan dzikir kita, sebaliknya kitalah yang butuh akan dzikir kepada Allah supaya hati menjadi lembut, bersih dan ma’rifat kepada Allah.
ZIKIR: NUR DI ATAS NUR
Dalam praktik-praktik keruhanian Tasawuf, selalu ada unsur-unsur yang tidak memberi ruang yang bisa dijangkau akal-rasional. Karena dimensi “operatif” dari Tasawuf ini sebagian besar berlangsung di wilayah batin yang tidak berurusan dengan dimensi empiris, maka akal-rasional, pada level tertentu, tidak bisa dijadikan dasar untuk memverifikasi kebenaran suatu doktrin Sufi. Artinya, walaupun pada taraf tertentu akal tetaplah harus hidup dan dipakai, tetapi ada masa-masa ketika akal dan nalar-rasional harus diistirahatkan sepenuhnya, dan beralih secara bertahap ke penggunaan “mata hati yang bercahaya” atau qalb. Sebab, seperti firman Allah dalam hadis qudsi, “hanya hati (qalb) orang beriman yang mampu menampung-Ku, alam semesta tidak bisa.” Juga, “Allah tidak melihat pada bentukmu, tetapi pada hati-Mu.”

Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.

Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8). Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa, dan vice versa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).

Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.

hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:

Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.

Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).

ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.

Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.

Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.

Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)

SHOLAWAT AZHIMIYYAH
ALLAAHUMMA INNII AS ‘ALUKA BI NUURI WAJHILLAAHIL ‘AZHIIM. WA QOOMAT BIHII ‘AWAALIMULLAHIL ‘AZHIIM. ANTUSHOLLIYA ‘ALAA MAWLAANAA MUHAMMADIN DZIL QODRIL ‘AZHIIM. WA ‘ALAA AALI NABIYYILLAHIL ‘AZHIIM. BIQODRI ‘AZHOMATI DZAATILLAHIL ‘AZHIIM. FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADAMA FII ‘ILMILLAHIL ‘AZHIIM. SHOLAATAN DAA ‘IMATANM BIDAWAAMILLAAHIL ‘AZHIIM. TA’ZHIIMAL LIHAQQIKA YAA MAWLAANAA YAA MUHAMMAD YAA DZAL KHULUQIL ‘AZHIIM. WASALLIM ‘ALAYHI WA ‘ALAA AALIHII MITSLA DZAALIK. WAJMA’ BAYNII WABAYNAHUU KAMAA JAMA’TA BAYNAR RUUHI WANAFS, ZHOOHIROW WABAATHINAA, YAQHZHOTAW WAMANAAMAA. WAJ’ALHU YAA ROBBI RUUHAL LIDZAATII MIN JAMII’IL WUJUUHI FID DUNYAA QOBLAL AAKHIROTI YAA ‘AZHIIM.
Yaa Allah sesunggguhnya aku memohon kepadaMu dengan cahaya Wajah Allah Yang Agung. Yang memenuhi tiang-tiang Arasy Allah Yang Agung. Dan dengannya berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang Agung. Agar shalawat tersampaikan atas pelindung kami, Muhammad SAW, yang memiliki derajat yang Agung. Dan atas keluarga nabi Allah Yang Agung. Dengan ukuran Keagungan Zat Allah yang Agung. Disetiap kedipan dan nafas, sebanyak apa yang termaktub dalam Ilmu Allah Yang Agung. Shalawat yang sentosa dengan Kekekalan Allah Yang Agung. (sebagai) pengagungan terhadap Haq (kebenaran) engkau wahai Muhammad, yang memiliki akhlak (perangai) yang Agung. Dan salam atas beliau SAW serta keluarganya, semisal yang demikian itu . dan satukanlah aku dengan Beliau sebagaimana engkau satukan ruh dengan nafas, secara zhahir dan batin, dalam keadaan terjaga (sadar) atau tidur (mimpi). Dan jadikanlah beliau yaa Tuhanku, sebagai ruhani jiwaku, di setiap arah, didunia ini sebelum (datangnya) hari akhir, wahai Zat yang memiliki Keagungan.
 Ada sebuah peristiwa menakjubkan sehubungan dengan shalawat ini. Al-Arif billah Habib Abu Bakar bin Abdullah ‘Atthas memperoleh shalawat ini dari SAYYID AHMAD BIN IDRIS secara langsung . Beliau lalu menulis shalawat ini dan menyimpannya dalam tas pakaian. sewaktu berlayar dilaut , seorang darwis ahli sir batin dan kasyaf melihat cahaya keluar dari tas Habib Abu Bakar hingga ke langit. Ia lalu memberitahukan apa yang dilihatnya kepada Habib Au Bakar. habib abu Bakar berkata kepadanya, ” Tas ku ini hanya berisi pakaian dan shalawat”. habib Abu Bakar lalu menunjukan sholawat itu kepada si Darwisy.
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 – 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas’ud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik. Oleh karenanya tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang erat dengan nama-nama Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah, Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah. Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya ‘Salsabil Mu’in fi Tharaa-iqul Arba’iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah Mu’tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40).
Syekh Ahmad bin Idris berguru kepada Syekh Abdul Wahab at-Tazi, yang merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Beliau diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir As. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah adalah Shalawat ‘Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena menggunakan jalur Nabi Khidhir As hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur pengajaran syari’at Tarekat ini menggunakan jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani Qs. hingga kepada Sayidina Hasan Ra.
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia adalah Tarekat yang dibawa oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais, Mekah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Al-Idrisiyyah diteruskan oleh Syekh Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama’ahnya menjauhi perkara haram dan makruh seperti merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama’ah termasuk salat sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, karena banyak berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia, karena alasan politis nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat pergerakan Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para penjajah Barat.
AWRAD DAN DZIKIR
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama’ah Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba’da Maghrib hingga Isya dan ba’da Shubuh hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama ‘Hadiqatur Riyahin’ yang merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan (awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyyah adalah:
Membaca Al-Quran satu Juz,
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah adalah menunaikan salat tahajjud dan membaca Sholawat Azhimiiyyah sebanyak 70 kali sesudah ba’da Shubuh hingga terbit Fajar.
@@@
SHOLAWAT   SYEKH HABIB Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy
ALLAHUMMA SHALLI WA SALLIM ALAA SAYIDINA MUHAMMADIN NABIYIIL UMMIY WA ALAA ALIHI WA SHAHBIHI WASALIM BI ADADI SHALAWATULLAH WA ANBIYA’IHI WA RASULIHI WA MALAIKATIHI WA AWLIYA’IHI, WA YANFA’UNA BIHAA MIN BARAKATIHIM WA ANWARIHIM WA ASRARIHIM WA NAFAKHATIHIM WA ‘ALAA AWLADINA WA ABNAA’INA WA BANATINAA WA AHLI BAITINA WA AHBABINA WA LIMAN AHABUHUM WA LIMAN AHSANA ILAYNA FIIKA FII DUNYA WAL AKHIRAH BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAHIMIN
Yaa Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Baginda Sayidina Muhammad Nabi yang Ummi dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya, dengan shalawatnya Allah dan shalawatnya para Nabi, shalawatnya para Rasul dan Shalawatnya para malaikat serta shalawatnya para Awliya-Nya, yang memberikan kepada kita barakahnya, cahayanya, rahasianya, manfaatnya kepada kita, anak cucu keturunan kita, keluarga kita, ahli bait kita, kecintaan kita dan yang mencintai kita, dan orang-orang yang berbuat baik kepada kita karena Allah di dunia dan akhirat, dengan rahmat dari Mu, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Diijazahkan dan dihadiahkan dari Syekh al-Allamah al-Arifbillah Al-Walid al-Habib Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy. Shalawat luar biasa yang mencakup seluruh shalawat-shalawat yang ada, yang manfaat serta barakahnya menyeluruh meliputi anak cucu keturunan dan keluarga kerabat kita. Boleh di baca sekali, atau tiga kali. Beliau menganjurkan untuk dibaca tujuh kali pagi dan sore/malam.
Assalamu`alaikum Wr.Wb
Bismillah hirohmanirrohim
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puji bagi alloh SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita sekalian, sholawat serta salam kita hatur kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya hormati sesepuh KWA Ki wongalus, saudaraku dan sedulurku semua yang saya hormati pula. Izikan sekali lagi saya disini untuk memposting amalan Dzikir Agung Wong Tani.
Deskripsi :
I. Pendahuluan :
Dzikir ini meliputi 3 komponen permohonan
a. (sholawat, tahmid, takbir, Tahlil dll) pada doa ini kita bersifat memuji kebesaran Asma Alloh serta utusanNya,
b. (Tawasul/ pemberian hadiah/ Pemohonan batuan Doa/ mohon penyaksian) kepada para leluhur hujatul islam dari berbagai latar belakang serta para leluhur tanah jawa, tawasul ini diharapkan para auliyaillahita`ala memberi hadiah kepada sang pembaca atau mereka akan membatu kita dalam permohonan ini serta memberikan berbagai barokah yang di miliki masing2 leluhur disini terdapat lebih 50 kekasih Alloh SWT. Yang akan kita mintai perantara / barokah/bantuan dlm berbagai hal dalam doa` ini, dalam proses membaca sebagian besar wali-wali alloh akan datang berada disekitar kita untuk turut medoakan kita pada saat itu juga terutama bagi yang sudah istiqomah. Kenapa tawasulnya kok begitu banyak? Karena mereka2 adalah wali alloh yang telah banyak mengarang dan menyusun berbagai keilmuan dari berbagai sisi dan dimensi, insyaalloh tanpa kita belajar ilmunya kita akan mendapatkan secara langsung wali-wali alloh tersebut ilmu tersebut tanpa kita minta amin3x.
c. (Sholat wajib, sholat sunnah nawafil, Tobat, Lidafil bala`, Birrul walidain dll) disini sholat merupakan ujung tingkat tinggi dalam berdoa yaitu sholat di mana setelah kita memuji Alloh yang telah digariskan adalah hanya melalui sholat juga bersamaan kita minta sarana bantuan kepada leluhur Wali Alloh baik di wilayah tanah arab dan wali Nusantara RI untuk membawa doa kita pada sisi Alloh SWT. Jadi sholat merupakan ujung dari segala doa.
Dari semua itu kami menyimpulkan sebagai Dzikir Segitia Emas, karena antara sisi satu dengan yang lainnya saling menguatkan untuk membetuk segitiga trapezium menuju Alloh SWT.
II. Nama :
Asmak ini diberi nama cukup istimewa karena amalan ini adalah warisan dari beberapa guru yang kemudian saya simpulkan dan diringkas serapi-rapinya sehingga menjadi bentuk seperti ini. Termasuk didalamnya terdapat Dzikrul Ghofilin dari Mbah Khamid, Gus Miek, Mbah siddiq, serta dari kyai-kyai lain yg tidak bisa di sebut satu persatu.
III. Proses Peyusunan
Dzikir ini disusun layak lahirnya seorang bayi, perlu perawatan diuji lalu dirasakan di telaah manfaat dan faedahnya di dilihat latar belakang setiap kalimat setiap wali-wali alloh yang dikirimi fatikha serta kitab-kitab, doa dan asma-asma yang telah di karang oleh mereka sampai pada dampak langsung posisi kita di akhirat pada saat sidang ila yaumil qimayah sampai perjalanan sidratul muntaha. Karena memang begini tidak serta merta tersusun langsung jadi seperti ini dulu hanya poit A-E lalu Dzikrul Ghofilin kemudian meningkat tambah banyak dan insyaalloh mentok sampai disini tingkat paling tinggi.
Butuh 2 tahun untuk merampungkannya selesai pada tahun 2003 meskipun tidak pernah saya tulis dalam lembaran apapun. Pada tahun 2010 bulan juli ada tambahan 2 asmak pada poin M dan N yang saya ambil sesepuh di ASR mencari ridho alloh SWT. Di kampus KWAngen ini.
sebagian kecil Dzikir ini sudah saya blow up di ‘posting asmak warisan dua Guru’ beberapa bulan yang lalu.
IV. Cara membaca
Amalan ini dibaca setelah sholat maghrib sampai isya, untuk membaca Dzikir ini membutuhkan waktu 80 menit jika sudah hafal kalau dalam tahap pertama bisa sampai 2 jam + sholat sunnahnya, jelas membutuhkan waktu luang bagi sedulur yang hendak mengamalkannya, apalagi dijaman serba ruwet bin mumet benar-benar harus bisa mendisiplinkan waktu, apabila tidak ada waktu silahkan diamalkan diatas jam 9 malam. Sedulur bisa membacanya sekali saja seumur hidup atau hanya untuk mencoba silahkan, sedulur bisa membuat amalan ini sebagai koleksi lemari atau sekedar dibaca juga tidak apa-apa.
V. Tujuan
Tujuan mengamalkan Dzikir ini tidak lain hanya untuk mencari ridho alloh SWT. Sama sekali tidak ada terlintas /terbesit untuk mengharap kesaktian karena manusia sudah sakti bin mandraguna.
Selamat membaca semoga bermanfaat :
VI. Dzikir Segita Emas
Bismillahirrohmanirrohim
A. Istighfar 11 x
B. Subhanalloh 33 x
C. Allohu akbar 33 x
D. Alhamdulillah 33 x
E. Lailaha illalloh 100 x
F. Baca QS (Tha`ha /20:39). 3X
“Wa`alqoitu alaika mahabbatamminni walitus na`a ala ainin”
G. Bismillahirrohmanirrohim. Wabimu`jizati Wabikaromati Wabibarokati Wabissafa`ati rosulillah Nabiyulloh Isa Khidir Sulaiman Alfatikha …3X
H. Ayat Kursi … 3X
I. Sollallohu ala Muhammad 11 X
J. Bismillahimasyaalloh 7 X
K. La haula wala quwata illabillah 1 X
L. Bismillahirrohmanirrohim 11 X
M. Inna kuwwatih nakaban nata kitaban nata 11 x
N. Inna kuwwatih nakatahta kitaban nata lailahaillalloh bi idznillah illa haula wala quwata illa billah 3 x
O. Tawasul
1. Ila hadrotin 1. Nabi mustofa muhammad sollallohu alaihi wasallam 2. Tsumma ila hadroti sayyidisy-syaikh abdul qodir zaelani 3. wasayyidisy-syaikh abi khamid muhammad al-ghozalie 4. wasayyidisy-syaikh habibi abdi alwi al-haddad rodiyallohu anhu lahumul fatikha …(50x) setiap 10 kali diulang ilahadroti …dst.
2. Doa ‘Allohumma inna nas`aluka bihaqil fatikhatil muaddlomatil wasab il matsani antaf tahalana bikulli khoir wa`an tatafadlolana alaina likulli khoir wa antu amilana mu amalaka bi ilmil khoir wa`antahfadlona fi adyanina wa anfusina wa auladina wa amwalina wa ahlina wa ahbabina wa ashabina min kulli mihnatin wafitnatin wa bu’sin wadhoirin innaka waliyu likulli khoir wamutafaddilu likulli khoir wamu`din likulli khoir birohmatika ya arhamarrohimin wasollahlu ala sayidina muhammadin waala ali wasohbihi wasallam walhamdulillah hirobbil alamin.
3. Huwallohu lailahaillalloh huwararrohmanu jalla jalalu Arrohimu jalla jalalu…( baca asmaul khusna… ila akhir setiap asma di akhiri dengan lafad “jalla jalalu) 1x
4. Robbana atina fiddunya hasanah wafil a-khiroti hasanah wakina adzabannar 10X (doa sapu jagat)
5. Alladzi lamyalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad laitsa kamislihi syai`un fil ardli wala fissama`I wahuwas sami`ul alim 1 x
6. Ila hadroti jami`il ambiya`I wal mursalin wa`ulil azmi minarrusuli wajami`il malaikatil muqorrobin alaihimussolatu wassalam lahumul fatikha …1x
7. Allohumma sholli ala sayyidina jibril Wasayyidina mikail Wasayyidina isrofil, Wasayyidina ijro`il, wahamalatil arsy, wa’alal malaikatil muqorrobin wa`ala jami`il ambiya`I walmursalin solawatullohi wasalamuhu alaihim ajma`in 1x
8. Astaghfirulloh hal adhim 100x
9. Ila hadrotissyafi`ina sayyidissadati muhammadin sholallohu alaihi wasallam wa`ala alihi wasobbih, wakhususon ahlil badri minal muhajirina wal ansori rodiyallohu anhum ajma`in, wajami`i atba`ihi wasyuhada`I wajami`il ambiya`I wal mursalin wajami`il auliya`i wal ulama`I wassyuhada`I was sholihin sholawatullohi wasamuhu alaihim ajma`in walmusonnifina wamuallifina wajududina wajaddatina waaba ina waummahatina faman lahu huqukun alaina ghofarullohu lana lahumul fathika …1 x
10. Ila hadroti bachkrissyafa`ati sayyidina mahbubi muhammadin sollallohu alaihi wasallam lahumul fatikha ..1x
11. Ila hadroti nabiyina khadiri abi abbas balyan bin malkan alaihissalam lahumul fatikha ..1x
12. Ila hadroti 1. sultoni auliya`I auwali sayyidisy syababi ahli jannati sibti khoiri bariyyah, 2. abi Mummadin sayyidina khasani aliy ibni abi tholib, 3. wa`akhihis sokhibi sayyidina husain 4. wawalidaihima sayyidina ali bin abi tholib 5. wassayyidatina fatimatus zahro al-bathul rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
13. Ila hadroti 1. sayyidisy-syaikh muhyiddin abi muhammad shulton al-auliya asyikh abdul qodir al-jaelani ibni abi soleh musa janka dzausat 2. wasayyidisy-syaikh abi hamid muhammad al-ghozali 3. wa akhihi shoghiri sayyidisy-syaikh achmadal ghozali 4. wasayyidisy-syaikh abi bachri as-sibli 5. wasayyidisy-syaikh qutbi ghousi habibi abdi alwi al-hadad rodiyallohu anhum lahumul fatikha ..2 x
14. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abu yazid taufur ibni isa al-bustomy 2. wasayyidisy-syaikh muhammad hanafi 3. wasayyidisy-syaikh yusuf bin ismail an-nabhani 4. wasayyidisy-syaikh jalalidin as-suyuti 5. wasayyidisy-syaikh abi zakariya abi yahya ibni sarofi an-nawawi rodiyalluhu anhu lahumul fatikha …1 x
15. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abdi wahab asy sya`roni 2. wasayyidisy-syaikh ali nuriddin as-sauni 3. wasayyidisy-syaikh abi abbas achmad ali bunniy 4. wasayyidisy-syaikh ibrohim adzhama 5. wasayyidisy-syaikh ibrohim ad-dasuki rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
16. Ila Hadroti 1.Assyaikh abi abbas sihabiddin achmad umar al-ansori al-mursiyi 2. wasayyidisy-syaikh abi sa`id abdi karimi busyiri 3. wasayyidisy-syaikh abi hasan al-bachkri 4. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni ismail al-bukhori 5. wasayyidisy-syaikh jainiddin ibni abdi aziz al-mali baril fanani 4. wasayyidisy-syaikh tajiddin ibni atoillah as-sakandari rodiyallohu anhu lahumul fathika ..1x
17. Sholawat 300 x
18. Ila hadroti a`immati arba`ati mujtahidi ashabi madzahibi arba`ah 1. wakhususon sayyidisy-syaikh Muhammad idris as-syafi`I 2. wasayyidisy-syaikh abi khofdin umar suhro wardiyi 3. wasayyidisy-syaikh abi madyana 4. wasayyidisy-syaikh ibnu maliki al-andalusia 5 wasayyidisy-syaikh. Zainiddin sulaiman az-zajuli 6. wasayyidisy-syaikh muhyiddin ibni arobi 7. wasayyidisy-syaikh imron bin Husain rodiyallohu anhu lahumul fatikha ..1x
19. Ila hadroti 1. Qutbi kabiri abdi salam al-masyisi, 2. wasayyidisy-syaikh abi al-hasani ali ibni abi abdi jabbari as-syadzili 3. wasayyidisy-syaikh abi ma`fudin al-karhiyi 4.wasayyidisy-syaikh abil hasan sarris saqoti 5. wasayyidisy-syaikh abi qosim al-imam al-zunaid al-baghdadi 5. wasayyidisy-syaikh abi abbasi achmad al-badawi 6. wasayyidisy-syaikh achmad abi husain ar-rifaiyi 7. wasayyidisy-syaikh achmad al-badawi 8. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni nu`mani rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1 x
20. Ila hadroti 1. wasayyidisy-syaikh imam al-hasan abi hasani abi said al-basyri 2. wasayyidatir robiah al-adawiyah 3. wasyyidah ubaidah binti abi kilab rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1x
21. Ila Hadrotin 1. sayyidisy-syaikh Sulaim adz-daroein, 2. wasayyidisy-syaikh as`adinil mukhasibin, 3 wasayyidisy-syaikh abi sayyid din-dunnun al-misri, 4. wasayyidisy-syaikh Husain al-Mansyur al-hallaj, 5. wasayyidisy-syaikh Jalaluddin ar-rumi, 6. wasayyidisy-syaikh Abi khofdin umar bin farid al-sarofi al-hamwiyi al-misri rodhiyallohu`anhu lahumul fatikha …1x
22. Wakhususon sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan giri, sunan gunungjati, , sunan kudus, sunan muria, sunan, sunan kali jogo, syeich maulana malik ibrahim alfatikha …1 x
23. Wakhususon 1. Mbah Kyai Hasyim As`ary 2. Mbah Munawwir 3. Mbah Bahkruddin, 4. Mbah Kyai Muhammad Soleh Bahruddin rohimallohu ta`ala Al-Fatikha …1x
24. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi, 1. Mbah Kholil, 2. Mbah Khamid, 3. Mbah Abdulloh Amin, 4. Mbah Min, 5. Mbah Qusyairy Ilyas, 6. Gus Khamim Jazuli, 7. Mbah Slagah, 8. Mbah Sumberkerto, 9. Mbah Darrin, 10. Mbah Nyai Kholifatus sarifah 11. Mbah Semendi 12. Mbah Kyai Jalil Mustaqim, 13. Mbah Kyai Nawawi 14. Sayyid Arif, 15. Sayyid Abdurrohan, 16. Syeich Jumadil Kubro, 17. Syeich Yasin, 18. Mbah Syahri, 19. Mbah Mangli, 20. Mbah Kyai Badrudin, 21. Mbah Kendil Wesi 22. syeich Damanhuri Al-Fatikha …3x
25. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi 1. mbah Madun 2. mbah ki ageng penanggungan Al-Fatikha 1x
26. Ila Ruhi…/… (sebutkan nama kakek dan nenek minimal 2 turunan) Al-Fatikha…1x
27. Ila Ruhi wa jasadi Abi wa Umi … (ibu/ bapak) Al-Fatikha…1x
28. Ila Hadiyati babir rohmatin nafsi… (sebutkan nama istri dan anak bagi yg sudah menikah) Al-Fatikha…1x
29. Wakhususon wilayah (sebut nama dusun, desa kec. Kab. Prop. Pulau, NKRI) ‘jauhkan dari segala marabaha dan musibah aman3 ila yaumil qiyamah” al-fatihka ..1x
30. Ila hadroti ahya`i wal amwati min jami`issolikhina minal auliya`irrizalil arifin wal ulama`il amilin wajai`il auliya`i’ fi jawata wa madurota wa Indonesia wabil khossin jami`i sunan-sunan walisongo ajma`ina wasairissadati shoufiyatil muhakikina ainama kanu mim masyarikil ardlo ila maghoribiha innalloha yajma`una waiyahum wayahdina bi himayatihim yamahmina bihimamatihim wayumiduna bimadadihim wayu`iduna mim barokatihim wa asrorihim wa anwarihim wa`ulumihim fiddaroein, waila hadrotin mujtabah sollallohu alaihi wasallam alama nawassalafussolihk Al-Fatikha …3x
31. Ila hadroti ihwani dzkirina bi dzikril ghofilin wadzakiroti taghommada humullohu wamaghfirotu minallohi waridwan lahumul fatikha …1 x
32. Tahlil 100 x
33. lamabuda illaloh lamaksuda illalloh lamadzluba illalloh lamaujuda illalloh maula yasolliwasallim daiman abada ala habibika khoiril kholqikul lihimin huwal habibulladi turjasofa atuhu likullihau liminal ahwalimuktahimi
34. lishohibi burdati liqodoi hajatina wahajatiku min hawaijiddunya wal akhiroh al-fatikha …1x
P. Sholat at-taubah 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan littaubati rokataini ada`an lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ ya Alloh terimalah tobat saya ampunilah segala dosa saya perkataan saya dan tingkah laku saya. segala tinglaku saya jadikanlah amal ibadah untukMu)
Q. Sholat Litsubutil Iman 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Litsubutil Iman rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ Ya Alloh tambahkan nikmat islamku nikmat imanku dan nikmat ihksanku, mudahkan segala urusanku, bahagiakanlah diriku ila yaumil qiyamah)
R. Sholat Birrul Walidain 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Birrul Walidain rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“Ya Alloh ampu
1.               Rahasia dibalik Dzikir Jahar

Hingga kini, masih banyak orang yang under estimate, merasa tidak mempercayai dengan dalil suudzon dan syak wasangka, apakah benar ada yang dinamakan dzikir jahar atau dzikir keras. Kebanyakan dari mereka, mengira bahwa yang dinamakan dzikir keras itu sesuatu yang tidak ada riwayat dari Rasulnya. Benarkah?
Sebagai ilustrasi, sebagaimana orang bijak pernah berkata, bahwa manusia akan dikumpulkan dengan orang yang disukainya. Jika ia mencintai musik, maka ia akan berkumpul dengan para pecinta musik. Jika ia mencintai hobi motor cross misalnya, maka ia akan berkumpul dengan mereka yang mencitai hobi yang sama. Tidak perduli dengan suara bising dan dentuman musik yang menjadi-jadi. Bagi mereka yang penting adalah mencari kenikmatan.
Ya, begitulah bahwa manusia akan dikumpulkan bersama dengan orang yang memiliki hobi dan minat yang sama. Demikian juga dengan dzikir, atau bagi mereka yang menyukai dzikir. Timbulnya pertanyaan, benarkah ada dzikirjahar, ialah keluar dari mereka yang memang belum mencintai apa itu dzikir jahar. Padahal, Allah sendiri adalah firman-Nya menyatakan bahwa orang yang beriman yang memiliki hati suci, jika mendengar dzikir akan tersentuh dan gemetar hatinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka hanyakepada Allah saja berserah diri” (QS. Al Anfal ayat 2).
Dalam ayat ini, Allah memberi isyarat bahwa mereka yang beriman tidak akan merasa resah tetapi akan tersentuh hati dan jiwanya jika mendengarkan dzikir. Dari ayat ini yang menjadi titik tekan adalah dalam kata dzukiro, yang berarti dzikir itu dibacakan. Berarti orang yang beriman itu mendengar bacaan dzikir, lalu mereka bergetar hatinya. Kemudian, kita bisa menyimpulkan bahwa apa pun yang bisa didengar atau terdengar itu adalah suara yang dinyaringkan atau dikeraskan. Berarti dzikir dalam ayat tersebut adalah dzikir jahar atau dzikir yang dinyaringkan. Untuk lebih jelasnya, maka kita uraikan satu per satu ayat Al Quran dan Hadits yang menerangkan tentang dzikirjahar.
 HUKUM DZIKIR KERAS (JAHAR) DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITSHUKUM DZIKIR JAHAR DALAM AQUR’AN
 - 1. Q.S. AL-‘AROF AYAT 204 :
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat .”
 Penjelasan ayat ini bukan menunjukan dzikir dalam hati tapi dzikir yang terdengar atau dzikir keras. Namun, Ayat di atas seakan bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits yang lain tentang anjuran untuk berdzikir dalam hati seperti Q.S.Al-‘Arof ayat 205: “Sebutlah nama Allah di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan tidak dengan suara yang keras dari pagi sampai petang, Dan janganlah dirimu menjadi golongan yang lupa (lalai).”
Sebenarnya Ayat 205 ini tidaklah bertentangan dengan ayat 204 yang menunjukan akan diperintahkannya dzikirjahar. Dan ayat 205 ini tidak bisa dijadikan alasan untuk melarang dzikir keras karena akan bertentangan dengan dzikir yang telah umum yang biasa dibaca dengan suara keras, seperti takbiran, adzan, membaca talbiyah ketika pelaksanakan haji, membaca al-qur’an dengan dikeraskan atau dilagukan, membaca sholawat dangan suara keras dan lain-lain. Hanya saja, Q.S Al’Arof ayat 205 ini hanya menjelaskan tentang dzikir yang tidak memakai gerak lidah yaitu dzikir dalam hati atau khofi. Jadi penjelasan Ayat 205 ini menunjukan, bagaimanapun bentuknya dzikir jika dibaca dalam hati pasti tidak akan mengeluarkan suara karena dzikirnya sudah menggunakan hati, bahkan sudah tidak menggunakan gerak lidah.
Kesimpulan dari dua ayat itu, Allah menunjukan adanya perintah dibolehkannya berdzikir dengan jahar (keras) maupun dzikir dalam hati (khofi) yang tidak memakai gerak lidah.
 - 2. Q.S.AL-BAQOROH AYAT 200 :
“Apabila engkau telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menywebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau bahkan berdzikirlah lebih (nyaring dan banyak) daripada itu.”
Menurut Ibnu Katsir, latar belakang turunnya ayat ini ialah kebiasaan bangsa Arab, baik suku quraisy maupun lainnya pada musim haji mereka biasanya berkumpul di Mudzalifah setelah wukuf di Arafah. Disitu mereka membanggakan kebesaran nenek moyang mereka dengan cara menyebut-nyebut kebesaran nenek moyang mereka itu dalam pidato mereka. Ketika telah memeluk agama Islam, Nabi memerintahkan mereka hadir di Arafah untuk wukuf kemudian menuju mudzdalifah. Setelah mabit di mudzdalifah mereka diperintahkan untuk meninggalkan tempat itu dengan tidak menunjukan perbedaan diantara mereka (dengan cara menyebut kebesaran nenek moyang) seperti yang mereka lakukan pada masa pra Islam.
Berbeda dengan Ibnu Katsir, yaitu Mahmud Hijazi menafsirkan ayat ini dengan mengatakan, bila kamu selesai mengerjakan haji maka berdzikirlah kepada Tuhanmu dengan baik (dengan cara menyebut-nyebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu sewaktu kamu jahiliyah atau sebutlah nama Allah itu lebih keras daripada kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu itu. Begitu pun penafsiran Ibnu Abbas, seperti terdapat dalam kitab Tanwir al Miqbas ketika menafsirkan kata aw asyadda dzikro yang berarti menyebut Allah dengan mengatakan “Ya Abba” seperti menyebut nenek moyang “Ya Allah”.
Dua pendapat mufasir di atas mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa menyebut nama Allah dalam pengertian dzikrullah dianjurkan setelah menunaikan ibadah haji,. Dzikrullah tersebut dikerjakan dengan suara keras, bahkan boleh dengan suara yang lebih keras daripada suara jahiliyah tatkala mereka menyebut nama nenek moyang mereka ketika berhaji.
 - 3. Q.S. AL-BAQOROH AYAT 114 :
“ Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi-halangi menyebut nama Allah di dalam mesjid-mesjid-Nya ..”
 - 4. Q.S. AN-NUR AYAT 36 :
“ Didalam semua rumah Allah diijinkan meninggikan (mengagungkan) suara untuk berdzikir dengan menyebut nama-Nya dalam mensucikan-Nya sepanjang pagi dan petang.”
 - 5. Dan lain-lain
 HUKUM DZIKIR JAHAR MENURUT HADITS ROSUL
HADITS KE SATU
Dalam Kitab Bukhori jilid 1:
Dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Abbas ra., berkata: “Inna rof’ash shauti bidzdzikri hiina yanshorifunnaasu minal maktuubati kaana ‘ala ‘ahdi Rosuulillaahi sholallaahu alaihi wasallam kuntu ‘alamu idzaanshorrofuu bidzaalika sami’tuhu.” Artinya :“Sesungguhnya mengeraskan suara dalam berdzikir setelah manusia-manusia selesai dari sholat fardlu yang lima waktu benar-benar terjadi pada zaman Nabi Saw. Saya (ibnu Abbas) mengetahui para sahabat melakukan hal itu karena saya mendengarnya .”
Selanjutnya dalam hadits :“Suara yang keras dalam berdzikir bersama-sama pada waktu tertentu atau ba’da waktu sholat fardhu, akan berbekas dalam menyingkap hijab, menghasilkan nur dzikir” (HR. Bukhari).
 - HADITS KE DUA
Dari Abu Khurairah ra, katanya Rasulullah bersabda: “Allah berfirman; ‘Aku berada di dalam sangkaan hamba-Ku tentang diri-Ku, Aku menyertainya ketika dia menyebut-Ku, jika dia menyebut-Ku kepada dirinya, maka Aku menyebutnya kepda diri-Ku. Maka jika menyebut-tu di depan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di tempat yang lebih baik daripada mereka” (HR. Bukhari). Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut ‘di depan orang banyak’, berarti dzikir tersebut dilakukan secara jahar.
 - HADITS KE TIGA
Diriwayatkan di dalam Al Mustadrak dan dianggap saheh, dari Jabir ra. berkata: “Rasulullah keluar menjumpai kami dan bersabda: ‘Wahai saudara-saudara, Allah memiliki malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis-majlis dzikir di dunia. Maka penuhilah taman-taman syurga’. Mereka bertanya:’Dimanakah taman-taman syurga itu?’. Rasulullah menjawab: ‘Majlis-majlis dzikir.’ Kunjungilah dan hiburlah diri dengan dzikir kepada Allah” (HR. Al Badzar dan Al Hakim). Penjelasan hadits ini, bahwa dalam kalimat ‘malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti di majlis dzikir di dunia’maksudnya berarti dzikir dalam hal ini adalah dzikir jahar yang dilakukan manusia. Karena malaikat hanya mengetahui dzikir jahar dan tidak mampu mengetahui dzikir khofi. Hal ini sebagaimana sabda Rasul: “Adapun dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat yakni dzikir khofi atau dzikir dalam hati yakni dzikir yang memiliki keutamaan 70x lipat dari dzikir yang diucapkan” (HR. Imam Baihaqi dalam Kitab Tanwirul Qulub hal.509).
 - HADITS KE EMPAT
Hadits yang dishohehkan oleh An Nasai dan Ibdu Majjah dari As Sa’ib dari Rasululah SAW, beliau bersabda: “Jibril telah datang kepadaku dan berkata, ‘Perintahkanlah kepada sahabat-sahabatmu untuk mengeraskan suaranya di dalam takbir”(HR. Imam Ahmad Abu Daud At Tirmidzi).
Penjelasan hadits ini, bahwa sangat jelas tidak dilarangnya dzikir keras tetapi dianjurkan untuk melakukan dzikirjahar.
 - HADITS KE LIMA
Didalam kitab Sya’bil Iman dari Abil Jauza’ ra. berkata :“Nabi Saw, bersabda, “Perbanyaklah dzikir kepada Allah sampai orang-orang munafik berkata bahwa kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” (H.R.Baihaqi)
Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut “orang-orang munafik berkata bahwa kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian).” Hadits ini menunjukan dzikir jahar karena dengan dzikir jahar (terdengar) itulah orang munafik akhirnya menyebutnya ria .
 - HADIITS KE ENAM
Juga dalam kitab Sya’bil Iman yang di shohehkan oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id Al-Khudri ra., berkata :“Nabi Saw, bersabda,” Perbanyaklah dzikir kepada Allah kendati kalian dikatakan gila”. (H.R.Al-Hakim danAl-Baihaqi)
 - HADITS KE TUJUH,
Dari Jabir bin Abdullahra, berkata :“Ada seorang yang mengeraskan suaranya dalam berdzikir, maka seorang berkata, “ semestinya dia merendahkan suaranya.” Rosulullah bersabda,” Biarkanlah dia,sebab sesungguhnya dia adalah lebih baik.“ (Al-Baihaqi). Dari Sa’id bin Aslam ra., katanya Ibnu Adra’ berkata, “ Aku menyertai Nabi Saw. Pada suatu malam, lalu melewati seseorang di mesjid yang mengeraskan suaranya, lalu aku berkata, “ Wahai Rosulullah, tidaklah ia termasuk orang ria ? “ Beliau menjawab, “ Tidak,tetapi dia pengeluh,” (H.R.Baihaqi).
 PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG DZIKIR JAHAR
Imam An-Nawawi berkata : “Bahwa bacaan dzikir sir (samar) lebih utama apabila takut ria, atau khawatir mengganggu orang yang sedang sholat atau tidur. Sedangkan yang jahar (dzikir keras) lebih baik apabila tidak ada kekhawatiran tentang hal ini, mengingat amalan di dalamnya lebih banyak manfaatnya, karena ia dapat membangkitkan kalbu orang yang membaca atau yang berdzikir, ia mengumpulkan semangat untuk berfikir, mengalahkan pendengaran kepadanya, mengusir tidur, dan menambah kegiatan” (dalam Kitab Haqiqot Al-Tawwasulu wa Al-Wasilat Al-Adlow’il kitabi wa As-Sunnah).
Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal 108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal ‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan wajib bagi murid-murid yang masih didalam tahap belajar menuju Allah, untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu penghalang kepada Allah yang telah menjadikan hati jadi keras bagaikan batu, penghalangnya yaitu seperti sipat malas, sombong, ria, iri dengki dan sebagainya)
Imam Al-Ghozali r.a. mengatakan: “Sunnat dzikir keras (jahar) diberjemaahkan di mesjid karena dengan banyak suara keras akan memudahkan cepat hancurnya hati yang keras bagaikan batu, seperti satu batu dipukul oleh orang banyak maka akan cepat hancur”.

KENAPA MESTI DZIKIR KERAS?
Ulama ahli ma’rifat mengatakan bahwa untuk mencapai ma’rifat kepada Allah bisa diperoleh dengan kebeningan hati. Sedangkan kebeningan hati itu bisa dicapai dengan suatu thoriqoh (cara), diantaranya banyak berdzikir kepada Allah. Jadi, ma’rifattidak akan bisa diperoleh jika hati kita busuk penuh dengan kesombongan, ria, takabur, iri dengki, dendam, pemarah, malas beribadah dan lain-lain. Oleh sebab itu dzikir diantara salah satu cara (thiriqoh) untuk membersihkan hati.
Sebab, manusia sering menyalahgunakan fitrah yang diberikan Tuhan, sehingga hati mereka menjadi keras. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut, mendorong manusia memiliki hati yang keras melebihi batu. Hal tersebut sebagaimana kalimat yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat 74: “tsumma qosat quluubukumminba’di dzaalika fahiya kal hijaaroti aw asyaddu qoswatun”, artinya “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,bahkan lebih keras lagi”.Dari ayat tersebut hati manusia yang membangkang terhadap Allah menjadikan hatinya keras bagaikan batu bahkan lebih keras daripada batu.
Maka, jalan keluarnya untuk melembutkan hati yang telah keras bagaikan batu sehingga kembali tunduk kepada Allah, sebagaimana Ulama ahli ma’rifat mengatakan penafsirkan ayat tersebut, sebagaimana dalam kitab miftahu Ash-Sshudur karya Sulthon Awliya Assayyid Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin r.a. bahwa “fakamaa annal hajaro laa yankasiru illa biquwwatin dlorbil muawwil fakadzaalikal qolbu laayankasiru illa biquwwati ”, artinya “sebagaimana batu tidak pecah kecuali bila dipukul dengan tenaga penuh pukulan palunya, demikian hati yang membatu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan kuatnya suara dzikir. “liannadz dzikro laa yu’tsiru fiijam’i tsanaati qolbi shohibihi illa biquwwatin”, artinya “ Demikian pula dzikir tak akan memberi dampak dalam menghimpun fokus hati pendzikirnya yang terpecah pada Allah kecuali dengan suara keras”.
Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a. menerangkan juga dalam kita kifayatul At-Qiya hal 108 : “Irfa’uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum aljam’iyatu kal ‘arifiin.“ Artinya: “Keraskanlah suaramu didalam berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jam’iyah (keteguhan hatimu) seperti orang-orang yang telah mengenal Allah”.Selanjutnya masih menurut beliau “Dan wajib bagi murid-murid yang masih di dalam tahap belajar menuju Allah, untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab (yaitu penghalang yang akan menghalangi kita dekat kepada Allah, seperti sifat-sifat jelek manusia: iri, dengki, sombong, takabur,dll yang disumberkan oleh hati yang keras).

CARA BERDZIKIR DENGAN KERAS YANG DIAJARKAN ROSUL
Dalam hadits shohihnya, dari Yusuf Al-Kaorani : “Sesungguhnya Sayyidina ‘Ali r.a. telah bertanya pada Nabi Saw. : Wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku macam-macam thoriqot (jalan) yang paling dekat menuju Allah dan yang paling mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama di sisi Allah, maka Nabi Saw menjawab: wajiblah atas kamu mendawamkan dzikkrullah: Sayyidina ‘Ali r.a bertanya lagi: Bagaimana cara berdzikirnya ya Rosulallah? Maka Nabi menjawab: pejamkan kedua matamu, dan dengarkan (ucapan) dariku tiga kali, kemudian ucapkan olehmu tiga kali, dan aku akan mendengarkannya. Maka Nabi Saw. Mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali sambil memejamkan kedua matanya dan mengeraskan suaranya, sedangkan Sayyidina ‘Ali r.a mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali, sedangkan Nabi Saw memdengarkannya”. (Hadits dengan sanad sahih, dalam kitab Jami’ul Ushul Auliya)
 Dalam kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar terjaga dari datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al’Arof ayat 17: “Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada manusia melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri”. Ayat ini menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda manusia agar menjadi ingkar terhadap Allah. Jelas, sasarannya manusia melalui empat arah; 1. Depan 2.Belakang 3.Kanan 4.Kiri.Maka, dzikirnya pun harus menutup empat arah. Dalam kitab Tanwirul Qulub: ucapkan kalimat “LAA”dengan diarahkan dari bawah pusat tarik sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah depan dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena syetan mengganggu otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu suuddzon. Dan “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas, dan kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan “ILLALLAH”diarahkan ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya, hal ini untuk menutup pintu syetan yang datangnya dari arah kiri, namun lapadz jalalah yaitu lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah sekitar dua jari, karena disanalah letaknya jantung atau hati (keras bagaikan batu) sebagaimana pendapat Imam Al-ghozali.
Syarat berdzikir menurut para Ulama Tasawuf:
1. Dengan berwudlu sempurna
2. Dengan suara kuat/ keras
3. Dengan pukulan yang tepat ke hati sanubari
 MANA YANG PALING UTAMA, DZIKIR KERAS (JAHAR) ATAU DZIKIR HATI (KHOFI)?
Dalam kitab ulfatu mutabarikin dan kitab makanatu Adz-dzikri bahwasanya Rosul pernah bersabda: “sebaik-baik dzikir adalah dalam hati”. Dalam kitab tersebut dijelaskan hal itu bagi orang yang telah mencapai kelembutan bersama Allah, hati bersih dari penyakit, hati yang sudah lembut. Sedangkan dzikir keras itu lebih utama bagi orang yang hatinya keras bagaikan batu, sehingga sulit untuk tunduk pada perintah Allah karena sudah dikuasai oleh nafsunya.
Dalam kitab Miftahu Ash-Shudur karya Sulthon Auliya As-Sayyid Asy-Syekh Al-‘Alamah ‘Al-‘Arif billah Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin r.a. bahwa “ Sulthon Awliya As-Sayyid Syekh Abu A-Mawahib Asy-Syadzili r.a. berkata:“Para ulama toriqoh berbeda pendapat tentang mana yang lebih utama, apakah dzikir sir (hati) atau dzikir jahar (keras), menurut pendapat saya bahwa dzikir jahar lebih utama bagi pendzikir tingkat pemula (bidayah) yang memang hanya dapat meraih dampak dzikir dengan suara keras dan bahwa dzikir sir (pelan) lebih utama bagi pendzikir tingkat akhir (nihayah) yang telah meraih Al-Jam’iyyah (keteguhan hati kepada Allah)” .
Imam Bukhori, dalam kitab Sahihnya bab dzikir setelah salat fardlu, berkata: “ Ishaq ibnu Nasr memberitahu kami, dia berkata’Amru memberitahu saya bahwa Abu Ma’bad, pelayan Ibnu Abbas, semoga Allah meridloi keduanya, memberitahu Ibnu Abbas bahwa “Mengeraskan suara dalam berdzikir ketika jama’ah selesai dan shalat fardlu sudah biasa dilakukan pada masa Nabi Muhammad. Ibnu Abbas berkata: “Aku tahu hal itu, saat mereka selesai shalat karena aku mendengarnya”. Sayyid Ahmad Qusyayi. Q.s., berkata: ”inilah dalil keutamaan dzikir keras (jahar) yang didengar orang lain, dengan demikian ia membuat orang lain berdzikir kepada Allah dengan dzikirnya kepada Allah“.
 DZIKIR KERAS MERESAHKAN?
Dzikir keras tidak akan meresahkan atau mengganggu orang yang hatinya penuh dengan cinta kepada Allah. Dengan terdengarnya dzikir menjadi magnet (daya tarik) yang kuat bagi orang yang beriman, bahkan menjadi kenikmatan tersendiri. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an QS.Al-Anfal ayat 2 :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka hanya kepada Allah saja berserah diri” .
 ALLAH TIDAK TULI
Ada anekdot dari seorang Ulama Tasawuf pengamal thoriqoh: suatu hari ada dialog antara mahasiswi dan ulama tasawuf. Mahasiswi bertanya: “Pak Kiai, kenapa dzikir mesti keras (jahar) padahal Allah itu tidak tuli?”. Ulama Tasawuf menjawab dengan membalikan pertanyaan: “yang bisa kena sifat tuli itu yang memiliki telinga atau tidak?”. Mahasiswi menjawab: “iya yang punya telinga”. Ulama Tasawuf kembali bertanya: “Kalau Allah punya telinga tidak?”. Mahasiswi menjawab: “tidak punya”. Ulama tasawuf kembali bertanya lagi: “apakah dengan suara keras makhluk akan merusak pendengaran Allah?”. Mahasiswi menjawab: “tidak Pak Kiai”.
Selanjutnya Ulama Tasawuf mengatakan: “oleh sebab itu istighfarlah dan bersyahadatlah dengan baik, bagaimanapun Allah tidak akan tuli dan tidak akan rusak pendengaran-Nya oleh suara kerasnya makhluk. Bagi-Nya suara keras maupun pelan terdengar oleh Allah sama. Hanya saja, hati manusia yang tuli akan perintah Allah. Jadi, dzikir keras bukan untuk Allah dan bukan ingin didengar oleh Allah karena Allah sudah tahu. Tapi tujuan dzikir keras itu diarahkan untuk hati yang tuli kepada Allah yang keras bagaikan batu sedangkan kita tahu batu itu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan yang kuat, begitupun hati yang keras bagaikan batu tidak akan hancur kecuali dengan suara pukulan dzikir yang kuat. Jadi, Allah tidak butuh akan dzikir kita, sebaliknya kitalah yang butuh akan dzikir kepada Allah supaya hati menjadi lembut, bersih dan ma’rifat kepada Allah.
ZIKIR: NUR DI ATAS NUR
Dalam praktik-praktik keruhanian Tasawuf, selalu ada unsur-unsur yang tidak memberi ruang yang bisa dijangkau akal-rasional. Karena dimensi “operatif” dari Tasawuf ini sebagian besar berlangsung di wilayah batin yang tidak berurusan dengan dimensi empiris, maka akal-rasional, pada level tertentu, tidak bisa dijadikan dasar untuk memverifikasi kebenaran suatu doktrin Sufi. Artinya, walaupun pada taraf tertentu akal tetaplah harus hidup dan dipakai, tetapi ada masa-masa ketika akal dan nalar-rasional harus diistirahatkan sepenuhnya, dan beralih secara bertahap ke penggunaan “mata hati yang bercahaya” atau qalb. Sebab, seperti firman Allah dalam hadis qudsi, “hanya hati (qalb) orang beriman yang mampu menampung-Ku, alam semesta tidak bisa.” Juga, “Allah tidak melihat pada bentukmu, tetapi pada hati-Mu.”

Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.

Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8). Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa, dan vice versa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).

Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.

hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:

Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.

Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).

ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.

Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.

Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.

Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)

SHOLAWAT AZHIMIYYAH
ALLAAHUMMA INNII AS ‘ALUKA BI NUURI WAJHILLAAHIL ‘AZHIIM. WA QOOMAT BIHII ‘AWAALIMULLAHIL ‘AZHIIM. ANTUSHOLLIYA ‘ALAA MAWLAANAA MUHAMMADIN DZIL QODRIL ‘AZHIIM. WA ‘ALAA AALI NABIYYILLAHIL ‘AZHIIM. BIQODRI ‘AZHOMATI DZAATILLAHIL ‘AZHIIM. FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADAMA FII ‘ILMILLAHIL ‘AZHIIM. SHOLAATAN DAA ‘IMATANM BIDAWAAMILLAAHIL ‘AZHIIM. TA’ZHIIMAL LIHAQQIKA YAA MAWLAANAA YAA MUHAMMAD YAA DZAL KHULUQIL ‘AZHIIM. WASALLIM ‘ALAYHI WA ‘ALAA AALIHII MITSLA DZAALIK. WAJMA’ BAYNII WABAYNAHUU KAMAA JAMA’TA BAYNAR RUUHI WANAFS, ZHOOHIROW WABAATHINAA, YAQHZHOTAW WAMANAAMAA. WAJ’ALHU YAA ROBBI RUUHAL LIDZAATII MIN JAMII’IL WUJUUHI FID DUNYAA QOBLAL AAKHIROTI YAA ‘AZHIIM.
Yaa Allah sesunggguhnya aku memohon kepadaMu dengan cahaya Wajah Allah Yang Agung. Yang memenuhi tiang-tiang Arasy Allah Yang Agung. Dan dengannya berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang Agung. Agar shalawat tersampaikan atas pelindung kami, Muhammad SAW, yang memiliki derajat yang Agung. Dan atas keluarga nabi Allah Yang Agung. Dengan ukuran Keagungan Zat Allah yang Agung. Disetiap kedipan dan nafas, sebanyak apa yang termaktub dalam Ilmu Allah Yang Agung. Shalawat yang sentosa dengan Kekekalan Allah Yang Agung. (sebagai) pengagungan terhadap Haq (kebenaran) engkau wahai Muhammad, yang memiliki akhlak (perangai) yang Agung. Dan salam atas beliau SAW serta keluarganya, semisal yang demikian itu . dan satukanlah aku dengan Beliau sebagaimana engkau satukan ruh dengan nafas, secara zhahir dan batin, dalam keadaan terjaga (sadar) atau tidur (mimpi). Dan jadikanlah beliau yaa Tuhanku, sebagai ruhani jiwaku, di setiap arah, didunia ini sebelum (datangnya) hari akhir, wahai Zat yang memiliki Keagungan.
 Ada sebuah peristiwa menakjubkan sehubungan dengan shalawat ini. Al-Arif billah Habib Abu Bakar bin Abdullah ‘Atthas memperoleh shalawat ini dari SAYYID AHMAD BIN IDRIS secara langsung . Beliau lalu menulis shalawat ini dan menyimpannya dalam tas pakaian. sewaktu berlayar dilaut , seorang darwis ahli sir batin dan kasyaf melihat cahaya keluar dari tas Habib Abu Bakar hingga ke langit. Ia lalu memberitahukan apa yang dilihatnya kepada Habib Au Bakar. habib abu Bakar berkata kepadanya, ” Tas ku ini hanya berisi pakaian dan shalawat”. habib Abu Bakar lalu menunjukan sholawat itu kepada si Darwisy.
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 – 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas’ud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik. Oleh karenanya tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang erat dengan nama-nama Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah, Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah. Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya ‘Salsabil Mu’in fi Tharaa-iqul Arba’iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah Mu’tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40).
Syekh Ahmad bin Idris berguru kepada Syekh Abdul Wahab at-Tazi, yang merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Beliau diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir As. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah adalah Shalawat ‘Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena menggunakan jalur Nabi Khidhir As hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur pengajaran syari’at Tarekat ini menggunakan jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani Qs. hingga kepada Sayidina Hasan Ra.
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia adalah Tarekat yang dibawa oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais, Mekah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Al-Idrisiyyah diteruskan oleh Syekh Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama’ahnya menjauhi perkara haram dan makruh seperti merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama’ah termasuk salat sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, karena banyak berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia, karena alasan politis nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat pergerakan Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para penjajah Barat.
AWRAD DAN DZIKIR
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama’ah Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba’da Maghrib hingga Isya dan ba’da Shubuh hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama ‘Hadiqatur Riyahin’ yang merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan (awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyyah adalah:
Membaca Al-Quran satu Juz,
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah adalah menunaikan salat tahajjud dan membaca Sholawat Azhimiiyyah sebanyak 70 kali sesudah ba’da Shubuh hingga terbit Fajar.
@@@
SHOLAWAT   SYEKH HABIB Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy
ALLAHUMMA SHALLI WA SALLIM ALAA SAYIDINA MUHAMMADIN NABIYIIL UMMIY WA ALAA ALIHI WA SHAHBIHI WASALIM BI ADADI SHALAWATULLAH WA ANBIYA’IHI WA RASULIHI WA MALAIKATIHI WA AWLIYA’IHI, WA YANFA’UNA BIHAA MIN BARAKATIHIM WA ANWARIHIM WA ASRARIHIM WA NAFAKHATIHIM WA ‘ALAA AWLADINA WA ABNAA’INA WA BANATINAA WA AHLI BAITINA WA AHBABINA WA LIMAN AHABUHUM WA LIMAN AHSANA ILAYNA FIIKA FII DUNYA WAL AKHIRAH BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAHIMIN
Yaa Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Baginda Sayidina Muhammad Nabi yang Ummi dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya, dengan shalawatnya Allah dan shalawatnya para Nabi, shalawatnya para Rasul dan Shalawatnya para malaikat serta shalawatnya para Awliya-Nya, yang memberikan kepada kita barakahnya, cahayanya, rahasianya, manfaatnya kepada kita, anak cucu keturunan kita, keluarga kita, ahli bait kita, kecintaan kita dan yang mencintai kita, dan orang-orang yang berbuat baik kepada kita karena Allah di dunia dan akhirat, dengan rahmat dari Mu, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Diijazahkan dan dihadiahkan dari Syekh al-Allamah al-Arifbillah Al-Walid al-Habib Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy. Shalawat luar biasa yang mencakup seluruh shalawat-shalawat yang ada, yang manfaat serta barakahnya menyeluruh meliputi anak cucu keturunan dan keluarga kerabat kita. Boleh di baca sekali, atau tiga kali. Beliau menganjurkan untuk dibaca tujuh kali pagi dan sore/malam.
Assalamu`alaikum Wr.Wb
Bismillah hirohmanirrohim
Alhamdulillah hirobbil alamin, segala puji bagi alloh SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita sekalian, sholawat serta salam kita hatur kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya hormati sesepuh KWA Ki wongalus, saudaraku dan sedulurku semua yang saya hormati pula. Izikan sekali lagi saya disini untuk memposting amalan Dzikir Agung Wong Tani.
Deskripsi :
I. Pendahuluan :
Dzikir ini meliputi 3 komponen permohonan
a. (sholawat, tahmid, takbir, Tahlil dll) pada doa ini kita bersifat memuji kebesaran Asma Alloh serta utusanNya,
b. (Tawasul/ pemberian hadiah/ Pemohonan batuan Doa/ mohon penyaksian) kepada para leluhur hujatul islam dari berbagai latar belakang serta para leluhur tanah jawa, tawasul ini diharapkan para auliyaillahita`ala memberi hadiah kepada sang pembaca atau mereka akan membatu kita dalam permohonan ini serta memberikan berbagai barokah yang di miliki masing2 leluhur disini terdapat lebih 50 kekasih Alloh SWT. Yang akan kita mintai perantara / barokah/bantuan dlm berbagai hal dalam doa` ini, dalam proses membaca sebagian besar wali-wali alloh akan datang berada disekitar kita untuk turut medoakan kita pada saat itu juga terutama bagi yang sudah istiqomah. Kenapa tawasulnya kok begitu banyak? Karena mereka2 adalah wali alloh yang telah banyak mengarang dan menyusun berbagai keilmuan dari berbagai sisi dan dimensi, insyaalloh tanpa kita belajar ilmunya kita akan mendapatkan secara langsung wali-wali alloh tersebut ilmu tersebut tanpa kita minta amin3x.
c. (Sholat wajib, sholat sunnah nawafil, Tobat, Lidafil bala`, Birrul walidain dll) disini sholat merupakan ujung tingkat tinggi dalam berdoa yaitu sholat di mana setelah kita memuji Alloh yang telah digariskan adalah hanya melalui sholat juga bersamaan kita minta sarana bantuan kepada leluhur Wali Alloh baik di wilayah tanah arab dan wali Nusantara RI untuk membawa doa kita pada sisi Alloh SWT. Jadi sholat merupakan ujung dari segala doa.
Dari semua itu kami menyimpulkan sebagai Dzikir Segitia Emas, karena antara sisi satu dengan yang lainnya saling menguatkan untuk membetuk segitiga trapezium menuju Alloh SWT.
II. Nama :
Asmak ini diberi nama cukup istimewa karena amalan ini adalah warisan dari beberapa guru yang kemudian saya simpulkan dan diringkas serapi-rapinya sehingga menjadi bentuk seperti ini. Termasuk didalamnya terdapat Dzikrul Ghofilin dari Mbah Khamid, Gus Miek, Mbah siddiq, serta dari kyai-kyai lain yg tidak bisa di sebut satu persatu.
III. Proses Peyusunan
Dzikir ini disusun layak lahirnya seorang bayi, perlu perawatan diuji lalu dirasakan di telaah manfaat dan faedahnya di dilihat latar belakang setiap kalimat setiap wali-wali alloh yang dikirimi fatikha serta kitab-kitab, doa dan asma-asma yang telah di karang oleh mereka sampai pada dampak langsung posisi kita di akhirat pada saat sidang ila yaumil qimayah sampai perjalanan sidratul muntaha. Karena memang begini tidak serta merta tersusun langsung jadi seperti ini dulu hanya poit A-E lalu Dzikrul Ghofilin kemudian meningkat tambah banyak dan insyaalloh mentok sampai disini tingkat paling tinggi.
Butuh 2 tahun untuk merampungkannya selesai pada tahun 2003 meskipun tidak pernah saya tulis dalam lembaran apapun. Pada tahun 2010 bulan juli ada tambahan 2 asmak pada poin M dan N yang saya ambil sesepuh di ASR mencari ridho alloh SWT. Di kampus KWAngen ini.
sebagian kecil Dzikir ini sudah saya blow up di ‘posting asmak warisan dua Guru’ beberapa bulan yang lalu.
IV. Cara membaca
Amalan ini dibaca setelah sholat maghrib sampai isya, untuk membaca Dzikir ini membutuhkan waktu 80 menit jika sudah hafal kalau dalam tahap pertama bisa sampai 2 jam + sholat sunnahnya, jelas membutuhkan waktu luang bagi sedulur yang hendak mengamalkannya, apalagi dijaman serba ruwet bin mumet benar-benar harus bisa mendisiplinkan waktu, apabila tidak ada waktu silahkan diamalkan diatas jam 9 malam. Sedulur bisa membacanya sekali saja seumur hidup atau hanya untuk mencoba silahkan, sedulur bisa membuat amalan ini sebagai koleksi lemari atau sekedar dibaca juga tidak apa-apa.
V. Tujuan
Tujuan mengamalkan Dzikir ini tidak lain hanya untuk mencari ridho alloh SWT. Sama sekali tidak ada terlintas /terbesit untuk mengharap kesaktian karena manusia sudah sakti bin mandraguna.
Selamat membaca semoga bermanfaat :
VI. Dzikir Segita Emas
Bismillahirrohmanirrohim
A. Istighfar 11 x
B. Subhanalloh 33 x
C. Allohu akbar 33 x
D. Alhamdulillah 33 x
E. Lailaha illalloh 100 x
F. Baca QS (Tha`ha /20:39). 3X
“Wa`alqoitu alaika mahabbatamminni walitus na`a ala ainin”
G. Bismillahirrohmanirrohim. Wabimu`jizati Wabikaromati Wabibarokati Wabissafa`ati rosulillah Nabiyulloh Isa Khidir Sulaiman Alfatikha …3X
H. Ayat Kursi … 3X
I. Sollallohu ala Muhammad 11 X
J. Bismillahimasyaalloh 7 X
K. La haula wala quwata illabillah 1 X
L. Bismillahirrohmanirrohim 11 X
M. Inna kuwwatih nakaban nata kitaban nata 11 x
N. Inna kuwwatih nakatahta kitaban nata lailahaillalloh bi idznillah illa haula wala quwata illa billah 3 x
O. Tawasul
1. Ila hadrotin 1. Nabi mustofa muhammad sollallohu alaihi wasallam
 2. Tsumma ila hadroti sayyidisy-syaikh abdul qodir zaelani
 3. wasayyidisy-syaikh abi khamid muhammad al-ghozalie 
4. wasayyidisy-syaikh habibi abdi alwi al-haddad rodiyallohu anhu lahumul fatikha …(50x) setiap 10 kali diulang ilahadroti …dst.
2. Doa ‘Allohumma inna nas`aluka bihaqil fatikhatil muaddlomatil wasab il matsani antaf tahalana bikulli khoir wa`an tatafadlolana alaina likulli khoir wa antu amilana mu amalaka bi ilmil khoir wa`antahfadlona fi adyanina wa anfusina wa auladina wa amwalina wa ahlina wa ahbabina wa ashabina min kulli mihnatin wafitnatin wa bu’sin wadhoirin innaka waliyu likulli khoir wamutafaddilu likulli khoir wamu`din likulli khoir birohmatika ya arhamarrohimin wasollahlu ala sayidina muhammadin waala ali wasohbihi wasallam walhamdulillah hirobbil alamin.
3. Huwallohu lailahaillalloh huwararrohmanu jalla jalalu Arrohimu jalla jalalu…( baca asmaul khusna… ila akhir setiap asma di akhiri dengan lafad “jalla jalalu) 1x
4. Robbana atina fiddunya hasanah wafil a-khiroti hasanah wakina adzabannar 10X (doa sapu jagat)
5. Alladzi lamyalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad laitsa kamislihi syai`un fil ardli wala fissama`I wahuwas sami`ul alim 1 x
6. Ila hadroti jami`il ambiya`I wal mursalin wa`ulil azmi minarrusuli wajami`il malaikatil muqorrobin alaihimussolatu wassalam lahumul fatikha …1x
7. Allohumma sholli ala sayyidina jibril Wasayyidina mikail Wasayyidina isrofil, Wasayyidina ijro`il, wahamalatil arsy, wa’alal malaikatil muqorrobin wa`ala jami`il ambiya`I walmursalin solawatullohi wasalamuhu alaihim ajma`in 1x
8. Astaghfirulloh hal adhim 100x
9. Ila hadrotissyafi`ina sayyidissadati muhammadin sholallohu alaihi wasallam wa`ala alihi wasobbih, wakhususon ahlil badri minal muhajirina wal ansori rodiyallohu anhum ajma`in, wajami`i atba`ihi wasyuhada`I wajami`il ambiya`I wal mursalin wajami`il auliya`i wal ulama`I wassyuhada`I was sholihin sholawatullohi wasamuhu alaihim ajma`in walmusonnifina wamuallifina wajududina wajaddatina waaba ina waummahatina faman lahu huqukun alaina ghofarullohu lana lahumul fathika …1 x
10. Ila hadroti bachkrissyafa`ati sayyidina mahbubi muhammadin sollallohu alaihi wasallam lahumul fatikha ..1x
11. Ila hadroti nabiyina khadiri abi abbas balyan bin malkan alaihissalam lahumul fatikha ..1x
12. Ila hadroti 1. sultoni auliya`I auwali sayyidisy syababi ahli jannati sibti khoiri bariyyah, 2. abi Mummadin sayyidina khasani aliy ibni abi tholib, 3. wa`akhihis sokhibi sayyidina husain 4. wawalidaihima sayyidina ali bin abi tholib 5. wassayyidatina fatimatus zahro al-bathul rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
13. Ila hadroti 1. sayyidisy-syaikh muhyiddin abi muhammad shulton al-auliya asyikh abdul qodir al-jaelani ibni abi soleh musa janka dzausat 2. wasayyidisy-syaikh abi hamid muhammad al-ghozali 3. wa akhihi shoghiri sayyidisy-syaikh achmadal ghozali 4. wasayyidisy-syaikh abi bachri as-sibli 5. wasayyidisy-syaikh qutbi ghousi habibi abdi alwi al-hadad rodiyallohu anhum lahumul fatikha ..2 x
14. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abu yazid taufur ibni isa al-bustomy 2. wasayyidisy-syaikh muhammad hanafi 3. wasayyidisy-syaikh yusuf bin ismail an-nabhani 4. wasayyidisy-syaikh jalalidin as-suyuti 5. wasayyidisy-syaikh abi zakariya abi yahya ibni sarofi an-nawawi rodiyalluhu anhu lahumul fatikha …1 x
15. Ila Hadroti 1. sayyidisy-syaikh abdi wahab asy sya`roni 2. wasayyidisy-syaikh ali nuriddin as-sauni 3. wasayyidisy-syaikh abi abbas achmad ali bunniy 4. wasayyidisy-syaikh ibrohim adzhama 5. wasayyidisy-syaikh ibrohim ad-dasuki rodiyallohu anhum lahumul fatikha …1x
16. Ila Hadroti 1.Assyaikh abi abbas sihabiddin achmad umar al-ansori al-mursiyi 2. wasayyidisy-syaikh abi sa`id abdi karimi busyiri 3. wasayyidisy-syaikh abi hasan al-bachkri 4. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni ismail al-bukhori 5. wasayyidisy-syaikh jainiddin ibni abdi aziz al-mali baril fanani 4. wasayyidisy-syaikh tajiddin ibni atoillah as-sakandari rodiyallohu anhu lahumul fathika ..1x
17. Sholawat 300 x
18. Ila hadroti a`immati arba`ati mujtahidi ashabi madzahibi arba`ah 1. wakhususon sayyidisy-syaikh Muhammad idris as-syafi`I 2. wasayyidisy-syaikh abi khofdin umar suhro wardiyi 3. wasayyidisy-syaikh abi madyana 4. wasayyidisy-syaikh ibnu maliki al-andalusia 5 wasayyidisy-syaikh. Zainiddin sulaiman az-zajuli 6. wasayyidisy-syaikh muhyiddin ibni arobi 7. wasayyidisy-syaikh imron bin Husain rodiyallohu anhu lahumul fatikha ..1x
19. Ila hadroti 1. Qutbi kabiri abdi salam al-masyisi, 2. wasayyidisy-syaikh abi al-hasani ali ibni abi abdi jabbari as-syadzili 3. wasayyidisy-syaikh abi ma`fudin al-karhiyi 4.wasayyidisy-syaikh abil hasan sarris saqoti 5. wasayyidisy-syaikh abi qosim al-imam al-zunaid al-baghdadi 5. wasayyidisy-syaikh abi abbasi achmad al-badawi 6. wasayyidisy-syaikh achmad abi husain ar-rifaiyi 7. wasayyidisy-syaikh achmad al-badawi 8. wasayyidisy-syaikh abi abdillah ibni nu`mani rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1 x
20. Ila hadroti 1. wasayyidisy-syaikh imam al-hasan abi hasani abi said al-basyri 2. wasayyidatir robiah al-adawiyah 3. wasyyidah ubaidah binti abi kilab rodiyallohu anhu lahumul fatikha …1x
21. Ila Hadrotin 1. sayyidisy-syaikh Sulaim adz-daroein, 2. wasayyidisy-syaikh as`adinil mukhasibin, 3 wasayyidisy-syaikh abi sayyid din-dunnun al-misri, 4. wasayyidisy-syaikh Husain al-Mansyur al-hallaj, 5. wasayyidisy-syaikh Jalaluddin ar-rumi, 6. wasayyidisy-syaikh Abi khofdin umar bin farid al-sarofi al-hamwiyi al-misri rodhiyallohu`anhu lahumul fatikha …1x
22. Wakhususon sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan giri, sunan gunungjati, , sunan kudus, sunan muria, sunan, sunan kali jogo, syeich maulana malik ibrahim alfatikha …1 x
23. Wakhususon 1. Mbah Kyai Hasyim As`ary 2. Mbah Munawwir 3. Mbah Bahkruddin, 4. Mbah Kyai Muhammad Soleh Bahruddin rohimallohu ta`ala Al-Fatikha …1x
24. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi, 1. Mbah Kholil, 2. Mbah Khamid, 3. Mbah Abdulloh Amin, 4. Mbah Min, 5. Mbah Qusyairy Ilyas, 6. Gus Khamim Jazuli, 7. Mbah Slagah, 8. Mbah Sumberkerto, 9. Mbah Darrin, 10. Mbah Nyai Kholifatus sarifah 11. Mbah Semendi 12. Mbah Kyai Jalil Mustaqim, 13. Mbah Kyai Nawawi 14. Sayyid Arif, 15. Sayyid Abdurrohan, 16. Syeich Jumadil Kubro, 17. Syeich Yasin, 18. Mbah Syahri, 19. Mbah Mangli, 20. Mbah Kyai Badrudin, 21. Mbah Kendil Wesi 22. syeich Damanhuri Al-Fatikha …3x
25. Wakhususon Ila ruhi wa jasadi 1. mbah Madun 2. mbah ki ageng penanggungan Al-Fatikha 1x
26. Ila Ruhi…/… (sebutkan nama kakek dan nenek minimal 2 turunan) Al-Fatikha…1x
27. Ila Ruhi wa jasadi Abi wa Umi … (ibu/ bapak) Al-Fatikha…1x
28. Ila Hadiyati babir rohmatin nafsi… (sebutkan nama istri dan anak bagi yg sudah menikah) Al-Fatikha…1x
29. Wakhususon wilayah (sebut nama dusun, desa kec. Kab. Prop. Pulau, NKRI) ‘jauhkan dari segala marabaha dan musibah aman3 ila yaumil qiyamah” al-fatihka ..1x
30. Ila hadroti ahya`i wal amwati min jami`issolikhina minal auliya`irrizalil arifin wal ulama`il amilin wajai`il auliya`i’ fi jawata wa madurota wa Indonesia wabil khossin jami`i sunan-sunan walisongo ajma`ina wasairissadati shoufiyatil muhakikina ainama kanu mim masyarikil ardlo ila maghoribiha innalloha yajma`una waiyahum wayahdina bi himayatihim yamahmina bihimamatihim wayumiduna bimadadihim wayu`iduna mim barokatihim wa asrorihim wa anwarihim wa`ulumihim fiddaroein, waila hadrotin mujtabah sollallohu alaihi wasallam alama nawassalafussolihk Al-Fatikha …3x
31. Ila hadroti ihwani dzkirina bi dzikril ghofilin wadzakiroti taghommada humullohu wamaghfirotu minallohi waridwan lahumul fatikha …1 x
32. Tahlil 100 x
33. lamabuda illaloh lamaksuda illalloh lamadzluba illalloh lamaujuda illalloh maula yasolliwasallim daiman abada ala habibika khoiril kholqikul lihimin huwal habibulladi turjasofa atuhu likullihau liminal ahwalimuktahimi
34. lishohibi burdati liqodoi hajatina wahajatiku min hawaijiddunya wal akhiroh al-fatikha …1x
P. Sholat at-taubah 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan littaubati rokataini ada`an lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ ya Alloh terimalah tobat saya ampunilah segala dosa saya perkataan saya dan tingkah laku saya. segala tinglaku saya jadikanlah amal ibadah untukMu)
Q. Sholat Litsubutil Iman 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Litsubutil Iman rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“ Ya Alloh tambahkan nikmat islamku nikmat imanku dan nikmat ihksanku, mudahkan segala urusanku, bahagiakanlah diriku ila yaumil qiyamah)
R. Sholat Birrul Walidain 2 rokaat
Niat : usolli sunnatan Birrul Walidain rokataini lillahita`ala (Surat sesuai yang sedulur sukai)
Pada rokaat kedua sujud terakhir setelah membaca doa subhanarobbiyal a`la dst.baca do`a :
“Ya Alloh ampunilah hambamu

Untuk zikir Tubuh,Hati,nyawa,rahasia dengan tata laksananya Hubungi Saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar